Kecurigaan terhadap Binar makin menjadi-jadi, saat Satya akhirnya menyadari kalau semua barang-barang milik Binar di kamarnya ternyata sudah tidak ada.Apa pun tidak ada yang tersisa. Rekaman cctv di rumah Satya menunjukkan kalau Binar pergi dari rumah di saat subuh, lengkap dengan membawa tas besar.Ketika Satya mengecek rekaman cctv, ternyata memang benar kalau Binar sempat membuka laptop milik Satya. Anehnya, dari mana Binar bisa tahu password di laptop milik Satya itu?Ah, Satya lemas di tempat. Tentu saja Binar bisa tahu, Binar sering bersih-bersih di dekat Satya saat laki-laki itu sedang ingin bekerja dengan laptopnya. Kemungkinannya Binar curi-curi kesempatan untuk melirik password di laptop Satya. Apa pun itu, yang jelas Satya jadi paham kalau sebenarnya Binar bukanlah orang kampung yang asli, pantas saja kerjaan Binar saat menjadi pembantu memang kurang becus.Berhari-hari rasanya Satya galau, ditambah galau karena ide produknya kemungkinan besar dicuri Binar. Apa ini mungkin
"Tumben banget lo baru muncul jam segini, Sat! Terus ngapain bawa bocah ke kantor?" Julian, sahabat Satya, terlihat keheranan saat mendapati Satya datang terlambat, ditambah datangnya juga tidak sendirian.Satya menghela napas dengan panjang. Tidak bisa berkata-kata lagi.Sementara Davi yang sedang ada dalam gendongan Satya pun tersenyum lebar memamerkan giginya ke arah Julian."Halo Om!" sapa Davi dengan ramah kepada Julian. "Gue makin yakin kalau nih bocah memang anak kandung lo, makin lama mukanya makin mirip sama lo, Sat." Pandangan Julian terus bergiliran ke arah Satya dan Davi, memastikan kemiripan wajah dua makhluk yang ada di hadapannya itu."Jul, gue lagi nggak peduli masalah yang itu. Masalah yang lebih gede lagi adalah, gue kehilangan Binar. Itu sebabnya Davi gue ajak ke sini," jelas Satya dengan sedikit lemas.Julian mengernyit. "Binar? Maksud lo baby sitter-nya anak lo ini? Yang waktu itu sempat datang ke kantor, kan? Yang body-nya oke itu? Yang udah lo dapetin perawanny
Di tengah perjalanan nikmat yang mereka lalui di dapur, tiba-tiba saja Binar baru menyadari sesuatu yang terlupakan sejak tadi. Dengan cepat ia pun mendorong tubuh Satya dengan kuat, hingga laki-laki itu pun terjatuh di lantai dapur."Aduuuuhhhhh, uuuuhhh ...." Satya mengaduh kesakitan. "Ke-kenapa, Bi?""Kondomnya!" Binar melotot seperti orang kesurupan. "Kenapa Tuan nggak pakai kondom?"Satya yang masih di lantai pun akhirnya nyengir lebar. Perlahan ia berdiri dan mendekati Binar yang masih melotot tajam itu."Kan tadi udah terlanjur keenakan, ya mana inget juga ambil begituan, Sayang!" ucap Satya dengan lembut sambil meraih tangan Binar, mencoba merayunya lagi."Nggak!" Binar langsung menolak sentuhan dari Satya. "Tuan nggak boleh deket-deket!""Nggak boleh deket-deket gimana? Barusan aja kita tempel-tempelan mirip tokek-tokek di dinding kok!""Tapi Tuan bandel, kenapa nggak pakai pengaman sih?" Binar tetap ngotot, sampai lupa dengan birahinya yang barusan, gara-gara saking syoknya
Fix, Binar ngambek!Ini terbukti saat makanan yang Satya pesan datang, tiba-tiba saja Binar makan mirip orang kesurupan. Tidak sampai disitu, setiap Satya bertanya selalu jawabannya ketus dan berakhir dengan membuang muka.Kalau begini sih Satya jadi tidak berani mengganggu Binar dengan pertanyaan-pertanyaan lagi. Bahkan sampai mereka pulang pun ternyata Binar masih betah dalam settingan ngambek.Kalau Davi? Sepertinya malam ini Davi paham kalau Binar sedang tidak baik-baik saja, jadi ia pun juga tidak mengganggu baby sitter-nya itu. Davi jadi lebih nempel dengan Satya, hingga akhirnya bocah itu pun ketiduran saat perjalanan pulang.Sesampai di rumah, Satya langsung menidurkan Davi di kamarnya, kemudian ia hendak mencari Binar untuk meminta maaf lagi.Sudah pasti perempuan muda itu kini sedang mengunci pintu di kamarnya, atau mungkin sudah tidur? Satya jadi ragu, sepertinya malam ini Satya tidak akan mengganggu Binar, siapa tahu besok Binar sudah kembali ke settingan awal lagi.Rasany
Tampaknya Satya memang harus terbiasa dengan kondisi 'ada Davi'. Iya, dirinya tidak bisa leluasa seperti dulu lagi, apa saja kegiatan nakal yang mau Satya lakukan pasti bocah ini selalu muncul. Pada akhirnya Satya pun segera mengajak Binar dan Davi untuk berangkat menuju ke tempat makan malam yang sudah Satya sediakan. Mungkin nanti malam bisa dilanjut lagi mesra-mesraannya saat Davi sudah tidur.Tidak memakan waktu lama, mereka pun sampai di tujuan. Mata Binar secara otomatis mengedar di resto berkelas yang baru saja ia kunjungi untuk pertama kalinya. Ada perasaan ragu pada Binar untuk lanjut masuk ke dalam, takut tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan seorang asisten rumah tangga. Ya jelas saja, ini tempat khusus untuk orang-orang berduit, dan pengunjung yang datang memang semua berpakaian rapi dan formal."Ayo, Bi!" Satya meraih tangan Binar dan hendak mengajaknya untuk masuk ke dalam.Binar menahan dirinya hingga Satya pun kebingungan."Kenapa?" tanya Satya."Ummm ... Tuan yak
Untuk pertama kalinya Binar terpesona sendiri melihat bayangan dirinya di cermin. Oh tidak seratus persen terpesona, sebenarnya agak sedikit risih dengan gaun yang irit bahan ini. Paha mulus Binar jadi terpampang nyata, juga dirinya pun tidak bisa duduk sembarangan kalau gaunnya pendek begini. Belum lagi bagian dada Binar jadi terlihat sangat menonjol, sungguh membuatnya jadi makin tidak nyaman."Iya, bagus sih, kainnya juga berasa beda sama daster murah yang Binar punya. Ummm ... tapi biarpun mahal tetap aja kurang nyaman dipakai, terlalu seksi nggak, ya?" Binar berkali-kali membolak balikkan tubuhnya, memperhatikan bagaimana tampilan dirinya lewat pantulan kaca.Suara ketukan pintu di kamar Binar terdengar, sudah pasti itu si Tuan Bos. "Bi, udahan? Kamu dandannya kenapa lama banget, sih? Bisa tumbuh akar ini pantatku kalau kelamaan nunggu kamu," suara Satya terdengar sedikit berteriak dari luar kamar Binar. Ya jelas Binar lama di dalam, dari tadi ia pusing sendiri melihat dirinya d
Tidak masalah bagi Satya kalau Binar punya inisiatif untuk menciumnya duluan. Malahan Satya sangat senang, baginya ini prestasi yang sangat baik untuk Binar. Sambil berciuman, satu tangan Satya pun menyalakan keran shower, hingga rintik-rintik hujan shower pun menemani mereka.Awalnya Binar bergidik akibat air shower yang membasahi tubuhnya, tapi lama kelamaan ia malah membiarkan air-air itu menghujani kegiatan panas mereka.Rasanya milik Satya di bawah sana tidak bisa diajak kompromi berlama-lama. Mau kembali mengulang kejadian semalam, temu kangen untuk kedua kalinya. Saat Satya hendak mengarahkan little bro miliknya ke milik Binar, seketika Binar menghentikan ciumannya. "Tuan!" Binar langsung menggeleng tanda penolakan."Kenapa, Bi? Ini kamu udah basah banget loh." Satya kembali mengarahkannya untuk segera masuk. Namun sayang, lagi-lagi ditahan oleh Binar."Enggak mau!" tolak Binar lagi."Mau aja!""Nggak mau, Tuan!""Aku janji pelan-pelan, nggak bakalan sakit, kok! Kemarin aja
Satya keki bukan main saat mengetahui kalau dirinya semalam pingsan dan tidak ada yang menyelamatkan. Pagi-pagi sekali Satya tersadar dari acara pingsan itu, dan ketika membuka mata ternyata dirinya sudah rebahan ganteng di lantai.Hampir saja Satya lupa dengan kronologi yang terjadi. Namun seketika ia teringat kalau semalam ada sosok gelap di dekat tangga dan membuat dirinya kaget sampai akhirnya pingsan.Bisa-bisanya Binar tidak membangunkan Satya, atau paling nggak pindahin badan Satya ke sofa biar Satya nggak masuk angin. Ini benar-benar dinginnya lantai menusuk sampai ke tulang-tulang. Pokoknya mood Satya jadi nggak bagus gara-gara kejadian ini. Saat Binar menghampirinya pun seketika Satya manyun, tidak ada manis-manisnya padahal semalam Satya sudah membobol Binar dengan penuh kenangan. Harusnya pagi ini bakalan jadi momen sayang-sayangan, malah Satya jadi ogah-ogahan."Tuan, Binar udah bikin sarapan nih! Eh?" Binar terheran sendiri saat melihat kondisi Satya yang berantakan dan
Dengan perlahan Satya menggerakkan pinggulnya, maju mundur dengan teratur. Binar terus-terusan mencakar lengan Satya. Makin dicakar rasanya Satya makin penasaran dan makin terus berpacu. Sempitnya lubang surgawi milik Binar juga membuat Satya ikut merintih, rasanya terjepit sempurna di dalam.Desahan demi desahan terdengar. Satya sangat menyukai desahan dari Binar, sangat seksi.Akibat nikmat, tanpa sadar Satya mempercepat temponya. Uh, rasanya seribu kali terjepit-jepit."Tu-Tuan, pelan ... pelan-pelan! Aaaahhhhh ...."Mendengar rintihan dari Binar, Satya akhirnya melambatkan pergerakannya kembali. "Maaf, Bi, keenakan jadi lupa." Satya pun kemudian mencium leher Binar, meninggalkan tanda merah di sana. Pelan-pelan bibir itu turun menuju ke dada Binar. Satya menjilatnya dan menghisapnya dengan lembut.Binar sepertinya mulai menikmatinya. Ia juga suka dengan sensasi geli-geli syahdu dari bibir dan lidah Satya pada dadanya.Gara-gara milik Binar yang masih sempit, akhirnya Satya pun he