Share

Bahagia Setelah Bersama Mas CEO Tampan!
Bahagia Setelah Bersama Mas CEO Tampan!
Penulis: Fitri_024

Chapter 1.

"Apa lagi Fitri, aku sibuk kamu bisa ngertiin aku nggak untuk kali ini aja," bentak seseorang di seberang telpon.

"Aku cuma pengen tahu kabar kamu apa itu salah? Lagian, pagi tadi aku udah chat kamu banyak banget tapi nggak kamu balas satupun."

"Kamu tahu kan Fit... " ucapan Revan terputus.

"Kerjaan kamu nggak dua puluh empat jam megang hp terus. Iya aku tahu itu, bahkan aku udah hapal tanpa perlu kamu kasih tahu." Zahra memotong ucapan kekasihnya.

Zahra Safitri, seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Fitri mempunyai keinginan sederhana, ia ingin hidup tanpa tekanan dan memiliki seorang kekasih yang menyayanginya. Keysa ingin kisah cintanya bisa seperti cerita di dalam novel yang selalu bahagia dan saling memahami.

"Udah ya Fit, jangan kekanakan begini. Aku harus kerja itu juga tujuannya buat masa depan kita bukan buat orang lain."

"Aku nggak kekanakan, aku cuma ..."

Tutt.. tuut..

Belum sempat Zahra menyelesaikan ucapannya tetapi panggilan sudah di akhiri sepihak oleh sang kekasih.

***

Revan Bagaskara, seorang pria yang merupakan kekasih Fitri. Keduanya sudah menjalin hubungan selama satu tahun, tak jarang juga keduanya terlibat pertengkaran hanya karena hal sepele. Jarak usia keduanya terpaut empat tahun, hal itu yang membuat terkadang kesal menghadapi sikap sang kekasih yang menurutnya selalu kekanakan.

"Minggu depan kita ketemu, kamu nggak usah sedih!" ujar Revan saat mereka sedang melakukan video call.

"Makasih ya Kak udah mau luangkan waktu buat ketemu aku," ucap Fitri dengan mata berbinar.

"Udah dulu ya, aku mau kerja lagi."

Revan segera memutuskan panggilan, hal itu tentu saja membuat ssenyum Fitri di seberang sana sirna hanya dalam hitungan detik.

***

"Fit, lo berhak bahagia. Gue nggak tega ngelihat lo terus menerus ngemis cinta ke cowok yang nggak peduli kayak dia." Layla tidak tega melihat sahabatnya itu bersedih karena terlalu memikirkan sang kekasih.

"Gue percaya kok La, dia itu peduli dan sayang sama gue walaupun dia jarang ada waktu buat gue." Fitri masih menyangkal pemikiran sahabatnya itu.

"Kenapa lo nggak mau cari kebahagiaan lo sendiri? Apa karena cinta?" Layla tak habis pikir dengan sahabatnya yang masih tetap bertahan.

"Gue punya alasan kenapa gue nggak bisa ninggalin dia. Walaupun gue kasih tau pasti lo nggak bakalan paham." Fitri menatap lurus ke depan entah apa yang ada di pikirannya.

"Serah lo deh Fit, gue mah cuma ngasih saran aja nggak maksa juga." Layla menatap Fitri dengan raut wajah kesal tetapi juga terlihat prihatin.

"Makasih ya lo udah selalu dengerin cerita gue, gue nggak tau harus cerita ke siapa kalau bukan sama lo." Fitri memeluk sahabatnya, bahunya bergetar menangis terisak.

"Udah jangan nangis! Kalau mau curhat gue selalu siap kok buat dengar keluhan lo, udah ya cup .. cup.. gue sayang lo makanya gue nyuruh lo lepasin dia." Layla semakin tidak tega saat melihat sahabatnya menangis gara-gara lelaki yang berstatus kekasih Fitri.

"Pulang yuk! Gue mau istrahat lagian gue takut papah marah kalau dia tau gue diluar." Fitri memutuskan untuk pulang setelah merasa sedikit tenang.

"Ayok gue anter lo pulang," ujar Layla menggenggam tangan Keysa mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil.

Setelah mengantar Fitri hingga depan rumahnya, Layla segera memutar arah untuk berkumpul bersama anak-anak di basecamp. Layla adalah ssahabat Fitri sejak masa SMP, namun bedanya Layla sering menongkrong diluar bersama anggota gengnya sedangkan Fitri hanya berdiam diri di rumah.

***

"Dari mana saja kamu kenapa baru pulang jam segini baru pulang?"

"A-a-aku dari keluar sebentar sama teman Pah," jawab Fitri gugup takut akan kemarahan Papahnya.

Arjuna, seorang lelaki berusia empat puluh tujuh tahun yang merupakan papah dari Fitri. Arjuna memiliki sifat yang tegas dan penuh aturan itu membuat hidup Fitri merasa tertekan saat berada di dalam rumah.

"Kamu itu harusnya belajar jangan keluyuran, ini sudah mau ujian malah santai-santai. Kamu mau nggak lulus ujian karna sifat pemalasmu itu?" Arjuna terus saja membentak putri bungsunya tanpa jeda.

"Pah aku cuma keluar sebentar itupun sama Layla," balas Fitri sedikit berteriak membuat Bagas semakin marah.

Plakk..

"Kamu sudah berani melawan Papah, sana masuk kamar dan belajar yang rajin biar jadi orang sukses." Arjuna kembali mengomel dan melayangkan tampar*n hingga membuat putrinya meringis.

"Papah jahat!" teriak Fitri berlari ke kamarnya sambil menangis.

"Kamu harus bisa menjadi orang sukses, papah sayang sama kamu." gumam Arjuna mengusap kasar wajahnya.

"Kenapa Mas? Fitri bikin ulah lagi ya?" Hana enghampiri suaminya yang sedang duduk di sofa.

"Anak kamu itu susah diatur, kamu ajarin dong biar nurut dia biar bisa sukses kayak kakaknya." Arjuna mengeluarkan sisa unek-uneknya pada sang istri.

"Mas, kenapa nggak bebasin aja Fitri keluar rumah lagian bukan sama cowok kan jadi menurutku itu nggak masalah." Hana mencoba memberi pengertian pada suaminya.

"Mas nggak mau kalau diluar sana dia slaah pergaulan dan melakukan sesuatu yang bisa merugikan dirinya apalagi sebentar lagi sudah mau ujian. Pokoknya dia harus belajar yang benar," ungkap Arjuna.

"Iya aku ngerti Mas tapi aku juga yakin kok kalau anak kita bisa jaga diri, dia perginya sama cewek kok." masih berusaha membujuk suaminya.

"Nggak! Pokoknya jangan melanggar aturan yang sudah aku berikan, kita nggak bisa terlalu percaya sama Keysa. Bisa saja temannya itu mempunyai niat yang tidak  nantinya." Arjuna masih kekeh dengan keputusannya.

***

"Aku kangen sama kamu, aku nggak minta full dua puluh empat jam kok. Apa susahnya sih ngasih kabar setiap pagi, siang, dan malam aja kayaknya nggak susah banget buat kamu."

Fitri menatap layar ponselnya yang menampilkan fotonya bersama Revan.

"Aku tau kamu sibuk tapi aku cuma mau waktumu, meskipun kamu cuma ngirim pesan satu titik aja aku udah bahagia kok nggak harus pesan panjang yang penting kamu ada kabar."

"Kamu tau nggak aku hampir setres tau nggak mikirin kamu."

Fitri terus saja bermonolog bahkan saat ini tanpa sadar ia sudah menangis dan tertawa, sudah mirip seperti orang setres sungguhan. Sejujurnya hati Fitri sangat lelah namun cintanya terhadap sang kekasih sangatlah besar, ia tidak tahu bertahan adalah sebuah ketulusan ataukah kebodohan.

Tanpa sadar sudah satu jam Fitri tertidur karena lelah menangis, ia terbangun saat mendengar gedoran pintu yang semakin kuat dari arah luar.

"Fit! Fit! Fitriii keluar kamu!" Arjuna bukan lagi mengetuk melainkan memukul keras pintu kamar putrinya.

"Fitriii! Buka pintunya apa kamu tidak mendengar suara Papah?"

"Iya Pah sebentar!" Fitri terbangun akibat teriakan papahnya yang menggelegar.

"Kenapa lama sekali apa kamu sedang tidur?" tebak Arjuna saat melihat keadaan Fitri yang sangat berantakan.

"Iya maaf Pah, tadi aku nggak sengaja ketiduran." Fitri menunduk takut.

"Papah tadi nyuruh kamu belajar bukan tidur, sekarang kamu Papah hukum. Kamu jangan keluar kamar sebelum Papah panggil dan jangan pernah mencoba kabur seperti tempo hari!" Arjuna memberi peringatan karena takut Keysa akan kabur melalui jendela seperti malam tempo hari.

"Aku lapar Pah, aku belum makan." Keysa mengiba berharap PPapanya akan kasihan.

"Jangan membantah, belajar setelah itu baru boleh keluar nanti akan papah pasang kamera biar kamu tidak berani macam- macam lagi." Arjuna meninggalkan Fitri tak lupa mengunci kamar itu dari luar.

"Hufhhh.. Papah kenapa sih nyuruh belajar terus capek tau," Fitri mengumpat lalu berbalik menuju meja belajarnya.

Fitri duduk di meja belajarnya membuka semua buku yang ada di depannya, bukan belajar tapi ia sibuk dengan layar ponselnya yang menampilkan ruang chatnya dengan Revan. Keysa mengirim beberapa pesan pada nomor kekasihnya yang sedang online, namun sudah lima belas menit tidak juga ada tanda-tanda bahwa sang kekasih akan membalas chatnya.

Lama tak mendapat balasan, Fitri lalu menekan nada panggil di aplikasi hijaunya.

Panggilan berdering namun kemudian di tolak membuat Fitri semakin menaruh curiga pada Revan, berbagai prasangka hadir di benaknya.

"Apa yang sedang dia kerjakan?"

"Apa dia sedang bersama wanita lain sehingga enggan menerima panggilan telpon dari dirinya."

"Apakah di jam begini sudah pulang kerja?"

Fitri semakin menduga dan kembali menghubungi sang kekasih hingga puluhan kali serta mengiriminya pesan chat ratusan kali.

"Kamu dimana sih angkat dong jangan kayak gini!" Fitri bergumam, bibirnya bergetar menahan tangis yang siap meledak.

"Revannnn kenapa kamu jahattttt?" Fitri tanpa sadar sudah berteriak seperti orang gila, kamar yang tadinya rapih kini berantakan lagi.

Lama Fitri mengamuk di kamarnya akibat rasa kesalnya pada sang kekasih, kamarnya sudah tak berbentuk lagi karena segala sesuatu yang dia lihat pastilah di lemparkannya begitu saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status