Share

Bab 5

Auteur: Author92
last update Dernière mise à jour: 2025-09-08 11:01:53

Setelah kepergian Mbak Lia mengantarkan minuman untuk keluarga Rini, aku pun segera menyiapkan makanan yang sudah matang diatas meja untuk makan siang ini.

"Ris, kata Bulek makan siang nya cepat disiapin ya, tu keluarga Rini udah kelaparan kayaknya. udah seperti enggak makan sebulan " Keluh Mbak Lia sembari meletakkan nampan kosong.

Aku pun mengangguk lantas dengan cekatan menyiapkan piring serta yang lainnya karena Cuma itu saja yang belum aku siapkan. "Oh iya Mbak, ini juga sudah mau selesai kok,tinggal di taruh di wadah saja."

Kulihat Mbak Lia bukan membantuku malah clingak clinguk mencari seseorang didapur. “Cari apa sih mbak, kok seperti orang bingung gitu?"

“Lo itu si Rini mana? bukannya dia tadi kemari soalnya tadi waktu Mbak nganter minum dia pamit kebelakang sebentar, Mbak kira dia disini buat bantuin kamu Ris?" terlihat Mbak Lia gusar.

"Gak ada Mbak, dari tadi Risa cuma sendirian saja disini, mungkin Mbak salah denger kali, palingan juga dia ngadem dikamar, biasa juga gitu kan, mana mau dia bantu kita kalau repot di dapur."

"Emang keterlaluan bener si Rini ini, walau dia gak tinggal dirumah ini tapikan dia juga menantu dirumah ini. apa salahnya sih, bantu bantu sedikit,udah seperti nyonya besar saja" Gerutu Mbak Lia.

"Biarin sajalah Mbak, mungkin dia lelah diperjalanan." Aku menjawab malas, kalau bukan karena Mas Haris, aku juga malas sebenarnya disini, apa lagi mama yang enggak pernah adil dalam memperlakukan keluarga kecilku.

Mbak Lia yang terlanjur kesal malah mendudukkan dirinya di dekat meja makan."Lelah apanya orang jarak tempat tinggalnya kesini cuma kurang lebih lima menitan gitu, bilang saja tu orang emang dasarnya pemalas, lihat saja itu kuku kukunya yang panjang, kalau kata orang dulu kalau mau lihat orang itu rajin atau enggak lihat dari panjang kukunya.benar – benar si Angga ini salah cari istrinya sepertinya."

Aku pun cuma bisa tertawa kecil melihat wajah masam Mbak Lia. Kakak sepupu suamiku itu, walau orangnya blak – blakan tapi sebenarnya juga baik. Terbukti selama ini dia selalu bersikap baik bahkan cenderung membela ku, jika tidak diperlakukan dengan adil. Emang setauku Rini tidak pernah mau membantu memasak atau mencuci selama dia disini dan mengerjakan pekerjaan apa saja walau Mama repot sekalipun. Setiap datang dia selalu seperti ratu yang selalu duduk santai. Batinku.

Aku yang baru mengingat jika suamiku bekerja tidak sampai sore, pamit pada Mbak Lia untuk pulang terlebih dahulu."Mbak setelah ini Risa pamit pulang duluan ya, soalnya Mas Haris hari ini kerja cuma setengah hari, mungkin juga sekarang udah dirumah, kasian kalau Mas Haris makan enggak ada yang nemenin. entar dia malah bawa perempuan lain lagi buat nemenin dia makan" selorohku pada Mbak Lia.

"Iya Ris, Mbak juga gak bisa lama lama disini, Mbak ada janji sama temen Mbak mau nyari keperluan sekolah si Dani. Kamu juga jangan lupa bungkus makanannya untuk kamu bawa pulang. kasian itu si Haris" Balas Mbak Lia mencoba mengingatkanku untuk membawa masakan yang kami masak bersama – sama tadi.

Aku mengangguk sembari membungkusi beberapa potong opor ayam serta sayuran matang lainnya."Dani tahun ini masuk sekolah yah Mbak?"

"Iya ini insyaAllah tahun ini masuk, pusing Mbak ini, pengeluaran jadi makin membengkak, mana si Sari juga mau masuk SMP."

" Wah double dong Mbak biayanya, kalau Sari juga masuk SMP? Risa kira si Sari masih kelas 5 Mbak, enggak taunya udah mau SMP aja. soalnya badannya imut gitu”

“Itulah Ris, Mbak pusing ngatur keuangannya, tau sendiri sekarang masuk sekolah butuh biaya yang enggak sedikit. mana kerjaan abangmu juga serabutan”

“Yang sabar Mbak, InsyaAllah kalau buat anak pasti ada aja rezekinya. Oh ya, Risa udah selesai Mbak, kalau gitu Risa pamit dulu ya Mbak? Entar kalau mama nyariin tolong bilangin Risa pulang duluan." Balasku tersenyum seraya berlalu pergi meninggalkan Mbak Lia.

"Iya Ris". Angguk Mbak Lia tersenyum.

Sembari melangkahkan kaki keluar. Aku tak sengaja mendengar Melati mengucap terimakasih ke Mama seketika itu juga langkahku terhenti. Karena penasaran akupun menghentikan langkahku lalu beranjak untuk melihat apa yang terjadi.

Dengan menggelengkan kepala heran. aku lagi – lagi menyaksikan ketidak adilan Ibu mertuaku, sakit sudah pasti, seolah selama ini aku bukan menantu yang baik untuknya."Makasih nek, Melati suka bajunya."Terlihat Melati begitu bahagia menerima pemberian neneknya.

"Iya sama sama cucu nenek yang paling cantik." Balas mama yang langsung menciumi Melati.

Akhirnya aku melihat sendiri saat Mama memberikan baju baru beberapa stel untuk Melati tepat didepan kamar Mama, dan ternyata disitu juga ada Rini.

Dengan pelan tapi masih terdengar ditelingaku, mama mengingatkan Rini untuk menyembunyikan tentang pemberiannya dariku."Rin, jangan sampai, Risa tahu ya kalau Mama kasi baju baru ke Melati. Mama takutnya ntar dya malah iri lagi, terus minta juga belikan untuk si Rania. lagian Mama juga sebenarnya udah siapin baju bekasnya Nisa untuk dikasi Rania."

Dengan senyum penuh kemenangan Rini langsung menyetujui permintaan mama."Iya Ma, Rini gak akan ngomong kesiapa siapa kok, mama tenang aja, lagian makasi banyak ya ma, selalu beliin Melati baju baru, padahal baju yang minggu lalu mama kasih juga belum semua dipakai sama Melati."

"Ya sama – sama, lagian sudah kewajiban mama beliin cucunya baju baru selagi mampu, yuk kita makan siang sama sama ajak orang tuamu jangan lupa Angga juga diajak tadi Mama lihat dia lagi dikolam ngasi makan ikan."

Rini mengangguk lalu melangkah terlebih dahulu."Iya Ma."

Akupun lantas buru – buru pergi sebelum Mama dan Rini menyadari kalau aku sudah melihat semuanya. Tentunya dengan membawa rasa sakit hati yang begitu dalam. Entah setelah ini apakah aku akan menginjakkan kaki lagi kerumah ini atau tidak, aku belum memikirkannya. Sudah cukup rasanya kesabaranku di permainkan oleh keluarga ini, aku diam bukan karena bodoh tapi karena aku masih menghargai Mas Haris yang selama ini baik dan menyayangiku.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Baju Bekas Untuk Anakku    Ban 17

    Keesokan harinya, Salma mendatangi rumah Risa dan Haris. Ia berniat untuk memberikan pelajaran kepada Rania agar tidak memamerkan barang-barang yang membuat Melati menjadi iri.Salma mengetuk pintu rumah Risa dan Haris dengan sedikit keras. Risa yang sedang berada di dalam rumah, terkejut mendengar ketukan pintu yang begitu keras.Risa membuka pintu dan terkejut melihat Salma berdiri di depan rumahnya dengan wajah marah."Ada apa, Ma?" tanya Risa dengan nada khawatir."Mana Rania?" tanya Salma dengan nada ketus."Rania sedang bermain di luar, Ma. Ada apa memangnya?" jawab Risa dengan nada bingung."Panggil Rania sekarang juga!" perintah Salma dengan nada sedikit keras.Risa merasa takut dengan nada bicara Salma. Ia segera memanggil Rania yang sedang bermain di depan rumah.Rania datang menghampiri Risa dengan wajah bingung. Ia tidak tahu mengapa neneknya datang ke rumahnya dengan wajah marah."Ada apa, Nek?" tanya Rania dengan nada polos.Salma menatap Rania dengan tatapan tajam. "Ran

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 16

    Malam itu, suasana rumah terasa lebih hangat dan menyenangkan. Haris berhasil mencairkan suasana yang tadinya suram. Setelah makan malam, Haris mengajak Rania bermain dan bercanda, membuat Rania tertawa riang. Risa tersenyum melihat kebahagiaan anaknya. Ia merasa beruntung memiliki Haris sebagai suami dan ayah bagi Rania.Namun, di balik senyumnya, Risa masih merasa khawatir. Ia tahu, Haris tidak mungkin bisa langsung membelikan Rania gaun baru. Penghasilan Haris sebagai karyawan swasta tidak terlalu besar, dan mereka memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.Malam semakin larut, Rania sudah tertidur pulas di kamarnya. Risa dan Haris duduk berdua di ruang tamu, menikmati secangkir teh hangat."Mas, aku gak mau kamu terlalu memaksakan diri untuk belikan Rania gaun baru," ujar Risa dengan nada khawatir. "Kita lagi banyak kebutuhan, selain itu kit juga harus mempersiapkan biaya sekolah Rania."Haris menggenggam tangan Risa dengan lembut. "Mas tahu, Dek. Tapi mas gak tega lihat Rania

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 15

    Setelah Risa dan Rania pergi, suasana kembali hening dan canggung. Mbak Lia menatap Bulek Salma dengan tatapan tidak setuju."Bulek, kenapa sih Bulek gak beliin aja Rania gaun yang sama kayak Melati? Kan Rania juga cucu Bulek, sama kayak Melati," ujar Mbak Lia dengan nada hati-hati, berusaha menegur Bulek Salma.Bulek Salma mendengus kesal dan memutar bola matanya. "Kamu ini kenapa sih, Lia? Ikut-ikutan Risa jadi Drama," balas Bulek Salma dengan nada yang meremehkan."Tapi kan kasihan, Bulek, sama Rania. Dia juga pengen punya gaun baru kayak Melati. Kenapa Bulek malah nawarin gaun bekas?" desak Mbak Lia, merasa iba pada keponakannya itu.Bulek Salma mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Anak-anak itu gak boleh selalu dimanja, Lia. Apa yang mereka mau gak harus selalu diturutin. Nanti jadi manja dan gak tahu diri," jawab Bulek Salma dengan nada yang meninggi."Tapi kan gak harus juga dikasih barang bekas, Bulek. Apalagi Rania itu masih kecil. Dia pasti

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 14

    Di toko perhiasan, Risa menyerahkan cincin pernikahannya kepada seorang petugas. Hatinya terasa berat, namun ia berusaha meyakinkan diri bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Ia harus membantu Mas Haris mewujudkan impiannya.Namun, di tengah transaksi jual beli itu, pikirannya terus melayang pada percakapannya dengan Mbak Lia pagi tadi. Kata-kata Mbak Lia tentang rahasia Haris terus terngiang di telinganya. Siapa sebenarnya Haris? Dan rahasia apa yang selama ini disembunyikan darinya?Risa merasa gelisah dan tidak tenang. Ia ingin segera mencari tahu kebenaran, namun ia juga takut dengan apa yang akan ia temukan. Ia takut jika rahasia itu akan mengubah pandangannya terhadap Haris, atau bahkan merusak hubungan mereka.Setelah menyelesaikan urusannya di toko perhiasan, Risa memutuskan untuk membeli beberapa kebutuhan dapur. Ia ingin mengalihkan pikirannya dan melakukan sesuatu yang produktif.Tanpa sadar, langkah kakinya membawanya ke sebuah toko sembako y

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 13

    Lia berjalan cepat meninggalkan rumah Risa, jantungnya berdegup kencang seperti genderang yang ditabuh bertalu-talu. Hampir saja, pikirnya, hampir saja ia membocorkan rahasia yang telah ia jaga selama puluhan tahun. Rahasia yang bisa mengubah hidup Haris dan semua orang yang terlibat."Astaghfirullah," gumamnya lirih, mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak seharusnya membuka mulut tentang hal itu. Risa adalah orang yang baik, tapi ia tidak berhak tahu kebenaran yang pahit ini. Kebenaran yang lebih baik tetap terkubur dalam-dalam.Namun, semakin ia mencoba melupakan percakapannya dengan Risa, semakin kuat pula bayangan wajah Haris muncul di benaknya. Haris yang selalu ceria, Haris yang selalu berusaha membahagiakan ibunya, Haris yang tidak tahu apa-apa tentang asal-usulnya yang sebenarnya."Ya Allah, apa yang harus kulakukan?" bisiknya, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia merasa bersalah karena telah menyembunyikan kebenaran dari Haris, tapi ia juga takut membayangkan apa yang aka

  • Baju Bekas Untuk Anakku   Bab 12

    Keesokan paginya, semangat membara dalam diri kami. Mas Haris sudah berangkat kerja, meninggalkan aroma kopi yang masih menguar di udara. Aku bergegas merapikan rumah, pikiran melayang pada toko perhiasan tempat cincin itu akan kujual. Cincin yang akan menjadi fondasi impian kami."Bunda, bunda..." suara Rania memecah lamunanku. Nada bicaranya riang, namun ada sedikit ketidaksabaran di sana."Iya sayang, ada apa?" sahutku dari dapur, tanganku masih sibuk menata piring-piring yang baru dicuci."Rania, boleh nggak main sepeda bareng Arin?"Jantungku berdegup sedikit lebih kencang. Membayangkan Rania bermain jauh dari pengawasanku selalu membuatku khawatir. Namun, mata Rania memancarkan permohonan yang sulit kutolak."Boleh, tapi jangan jauh-jauh ya. Sebentar lagi Rania ikut bunda pergi ada keperluan. Hati-hati main sepedanya, awas jatuh," pesanku dengan nada lembut namun tegas."Ok bunda!" jawabnya penuh semangat, lalu berlari keluar rumah, meninggalkan keheningan yang kembali menyelimu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status