"Tuan Edward, jangan menindas Dokter Nathan. Kalau dia terluka, aku nggak akan memaafkanmu begitu saja!"Saat ini, Regina bergegas mendekat. Dia khawatir Nathan akan dirugikan.Edward memanfaatkan situasi tersebut dan berkata sambil tersenyum palsu, "Baiklah. Memandang dari wajahmu, kali ini aku akan memaafkannya.""Tapi jangan harap ada kesempatan bagus seperti ini lagi kelak. Aku bukanlah orang yang mudah diajak kompromi!"Setelah mendengus dingin, Edward pun berlalu dari sana.Emilia dan Tiara mengira Edward-lah yang telah mengampuni Nathan.Mereka sama sekali tidak tahu bahwa di saat Edward berlalu, lengan pria yang tersembunyi di balik pakaiannya itu telah memerah dan bengkak. Dia bahkan gemetar karena kedinginan.Tiara mencibir pada Nathan. "Kalau Regina nggak datang tepat waktu, kamu kira kamu akan selamat?""Seharusnya kamu sampaikan kata-kata ini pada Tuan Edward. Kalau tebakanku nggak salah, saat ini dia pasti sedang bergegas ke ruang perawatan untuk membalut lengannya!" bala
Di arena pacuan kuda klub, ada puluhan ribu orang yang menonton pacuan kuda.Baik di dalam maupun luar negeri, pacuan kuda merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh orang-orang kelas atas di saat mereka punya waktu luang.Apalagi, hal yang paling banyak dibicarakan adalah taruhan kuda.Regina memegang lengan Nathan. Tiara yang berada di samping pun mencari tempat yang strategis untuk menonton.Ini adalah tempat yang hanya bisa dimasuki oleh anggota klub yang punya kualifikasi yang memenuhi syarat.Mereka yang bisa duduk di sini dan menonton pacuan kuda adalah orang kaya ataupun bangsawan.Di barisan tengah, wali kota Beluno, Samuel Kurniawan, tampak dikelilingi beberapa orang. Dia sedang memperhatikan pacuan kuda dengan saksama.Seperti yang diketahui semua orang, pemimpin Beluno ini tidak mahir dalam hal lain, tetapi dia sangat menyukai pacuan kuda."Paman Samuel, Anda juga ada di sini!"Regina berinisiatif maju ke depan dan menyapa.Samuel mendorong kacamatanya, lalu berkata samb
Setelah berjalan ke samping dan duduk, Tiara sudah tidak sabar untuk mengingatkannya. "Regina, Andre si tua bangka itu, jelas-jelas ingin membuat perselisihan di antara wali kota dan Keluarga Suteja kalian."Regina berkata dengan cuek, "Biarkan saja. Dia hanya seorang tokoh kecil. Kalau Pak Samuel nggak ada di sini, aku pasti akan menamparnya karena berani mengatakan hal seperti itu pada Nathan!"Tiara menatap Nathan, lalu berkata dengan jijik, "Terus terang saja, ini semua karena kamu, si pembawa sial.""Karena kamu, mungkin saat ini, Pak Samuel sudah nggak senang pada Regina!"Nathan mengerutkan kening. "Apa begitu penting untuk menyenangkan Pak Samuel?"Tiara langsung mendengus dingin. "Nathan, kamu ini benar-benar bodoh, atau hanya berpura-pura bodoh?""Pak Samuel itu wali kota, pemimpin di Beluno. Apa kamu nggak melihat ada begitu banyak orang di belakangnya yang memegang hadiah mahal, menunggu untuk menyanjungnya?""Asalkan Pak Samuel membuka mulut, tahukah kamu akan ada banyak s
Regina bertepuk tangan dengan gembira. "Dokter Nathan, kamu sangat hebat. Kuda nomor tujuh kita benar-benar menang. Hore!"Mendengar tawa kegirangannya, Edward, Andre, dan yang lainnya tampak murung.Samuel tersenyum dan berkata, "Jangan berkecil hati. Inilah pesona pacuan kuda. Sebelum sampai saat terakhir, nggak ada seorang pun yang bisa memprediksi siapa yang akan menjadi kuda hitam!"Lantaran pemimpin sudah menyampaikan pendapatnya, anak buahnya tentu harus segera mengutarakan tanggapan mereka"Plok, plok! Yang dikatakan Pak Samuel benar. Dalam sekejap, pemikiran kami langsung terbuka!""Pak Samuel memang hebat. Nggak ada yang bisa memprediksikan masa depan. Kita semua bisa menjadi kuda hitam. Anda benar-benar berwawasan luas!""Ronde berikutnya akan segera dimulai. Siapa yang bisa tertawa sampai akhir, dialah pemenangnya. Aku yakin Pak Samuel akan membawa kita ke garis akhir!"Dalam ronde kali ini, Pak Samuel memilih kuda nomor lima dengan penuh percaya diri."Dokter Nathan, kamu
Regina yang berdiri di samping, menutup mulutnya dan tertawa kecil. Dia tiba-tiba merasa bahwa orang-orang kelas atas di Beluno ini sama sekali tidak pintar-pintar amat.Edward berkata dengan nada tegas, "Nathan, aku mewakili Pak Samuel menyatakan perang denganmu!""Jangan senang terlalu dini. Kamu mampu memenangkan dua pertandingan, tapi itu hanya perlindungan pemula.""Kali ini, keberuntungan nggak akan berpihak pada orang bodoh lagi!"Andre mendengus dingin. "Tuan Edward benar. Dia hanya beruntung saja.""Belum ada seorang pun di Beluno ini yang bisa menandingi Pak Samuel dalam pacuan kuda, apalagi dokter kecil sepertimu!""Sudahlah. Lagian, kita juga bukannya nggak bisa menerima kekalahan," kata Pak Samuel sambil tersenyum."Dokter Nathan, 'kan? Haha. Kalau kamu masih bisa memenangkan ronde ini, aku pasti akan punya pandangan berbeda terhadapmu!"Nathan tersenyum tipis dan berkata, "Kalau masih begini, aku bisa dengan yakin memberi tahu Pak Samuel, aku pasti nggak akan kalah.""Som
Kuda nomor dua memimpin dan telah melewati setengah lintasan balap, tanpa menunjukkan tanda-tanda mengurangi kecepatan.Meski kuda nomor empat yang dipilih oleh Nathan juga tidak kalah cepat, ia masih tertinggal setengah badan di belakang."Nggak perlu ditonton lagi. Pemenangnya sudah keluar!"Edward menarik pandangannya dan tersenyum pada Samuel.Andre langsung berseru, "Pak Samuel memimpin kita dan akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Dia telah menunjukkan keberanian seorang pemimpin!"Lantaran telah mengubah kekalahan menjadi kemenangan, amarah di hati Samuel akhirnya mereda. Dia merasa sangat gembira.Dia menoleh ke arah Nathan dan berkata sambil tersenyum, "Anak muda, apa pendapatmu tentang ronde ini?"Nathan menarik pandangannya dari lapangan kompetisi. "Benar, pemenangnya sudah keluar!"Samuel tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Dia mampu menerima kekalahannya. Anak ini mudah diajar!"Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pak Samuel mungkin salah paham. P
"Karena Pak Samuel ingin tahu alasannya, aku akan menjelaskannya secara singkat!"Menghadapi permintaan nasihat dari pemimpin tertinggi Beluno, Nathan tidak terlihat sombong sedikit pun."Mudah saja. Untuk perlombaan pertama, kuda hibrida yang aku pilih memang nggak disukai semua orang karena daya ledaknya kurang dan nggak sebaik kuda ras asli. Siapa pun yang paham tentang pacuan kuda pasti tahu hal ini.""Tapi apa Pak Samuel pernah memikirkan hal ini sebelumnya? Kuda hibrida punya daya ledak yang buruk, tapi daya tahannya sangat baik. Ini juga merupakan kelebihan dari kuda hibrida.""Lintasan klub ini jelas lebih panjang sekitar 50 meter dari lintasan peternakan kuda biasa. Lintasan sepanjang 50 meter ini memberi ruang bagi kuda hibrida untuk berprestasi. Daya tahannya yang luar biasa akhirnya mengalahkan kuda lain, yang mana daya ledaknya kuat, tapi daya tahannya rata-rata. Kemenangan atau kekalahan hanya ada di antara keduanya!"Samuel mendengar dengan saksama, lalu bertanya, "Aku m
Salah seorang bos batu bara yang berperut buncit tertawa dan berkata, "Aku mengerti. Sama seperti pria dan wanita. Seberapa kuatnya seorang pria, terkadang dia juga harus bertekuk lutut di hadapan seorang wanita."Bos lainnya juga berkata dengan penuh emosional, "Benar. Aku pernah dengar orang bilang, bagi pria, satu-satunya jalan menuju surga berada di bawah kaki wanita. Ternyata prinsip yang sama juga berlaku untuk kuda!"Kutipan dari dua bos kaya barusan membuat wajah cantik Emilia, Regina, dan gadis-gadis lain yang hadir langsung merona tak terkendali.Yang lain juga tampak malu. Yang dikatakan kedua bos ini kedengarannya masuk akal, tetapi sepertinya juga ada yang janggal.Samuel tertegun sejenak, lalu menghela napas. "Aku menerima kekalahan ini dengan sepenuh hati!""Dokter Nathan dari Rumah Sakit Perdana, 'kan? Aku akan mengingatmu. Kamu memang hebat!"Menerima pujian seperti itu dari Pak Samuel, ekspresi di wajah Nathan masih tidak berubah.Sebaliknya, Andre, Edward, dan lainny
Wajah Tuan Edgar berubah pucat. Dia mencibir. "Nak, aku hampir termakan omonganmu!""Haha. Kata-katamu barusan terdengar nyata sekali. Apa kamu kira aku begitu mudah ditipu?"Nathan merentangkan tangannya dan berkata, "Tuan Edgar, percaya nggak, kamu akan tahu jawabannya dalam tiga hari."Jantung Tuan Edgar berdebar kencang. Dia sudah hampir gila dibuat Nathan.Penyakit datang tak pandang bulu. Meski dia sangat berkuasa, dia juga tidak bisa menghindari yang namanya penyakit.Kalau benar seperti yang dikatakan bocah ini, dirinya menderita penyakit serius dan tidak berusia panjang, maka itu akan menyusahkan!Lebih baik memercayai bahwa sesuatu itu ada daripada memercayai bahwa sesuatu itu tidak ada. Berpegang pada prinsip itu, Tuan Edgar buru-buru berpamitan pada Nayana dan meninggalkan Analin bersama anak buahnya.Nayana menutup mulutnya dan tertawa, "Dasar bodoh! Bisa-bisanya dia percaya semua ini.""Dilihat dari kondisinya barusan, dia mungkin akan pergi ke rumah sakit untuk melakukan
Nathan berkata dengan nada dingin, "Edgar, sepertinya kamu belum sadar kalau kamu sudah sakit parah!""Kalau kamu nggak mendapatkan pengobatan yang tepat dalam tiga hari, nyawamu pasti akan terancam!"Tuan Edgar mencibir, "Lantaran kamu nggak bisa melawanku, jadi sekarang kamu mencoba menipuku, 'kan?""Kamu mungkin nggak tahu, tapi keluargaku punya sejarah panjang dalam seni bela diri sejak aku masih kecil. Tubuhku ini bahkan lebih keras dari besi. Kamu bilang aku sakit parah? Apa kamu kira aku mudah dibodohi?"Nathan berkata dengan nada tenang, "Terserah kamu percaya atau nggak. Pokoknya dalam tiga hari, kamu pasti akan tersiksa dan penuh penderitaan, kemudian berakhir mati."Nayana terkejut. Dia pun berkata, "Tuan Edgar, Anda mungkin masih belum tahu. Tuan Nathan ini seorang dokter. Dia bilang ada yang salah dengan tubuh Anda, itu berarti benar.""Menurutku, sebaiknya kamu bicarakan baik-baik dengan Tuan Nathan. Lagi pula, kamu nggak akan rugi."Wajah Tuan Edgar tampak ragu dan bingu
Edgar benar-benar salut dengan keberanian Nathan. Dari mana asal bocah ini? Beraninya berulang kali menentangnya?Ada kilatan dingin yang melintas di mata Nathan. Dia pun berkata dengan nada datar, "Bagaimana kalau aku bilang aku nggak percaya?"Saking kesalnya, emosi Tuan Edgar sudah hampir meledak. Dia langsung berkata pada Nayana. "Nayana, apa kamu nggak bisa menangani berengsek kecil ini?""Kalau kamu nggak bisa menanganinya, aku akan panggil orang untuk membunuhnya di jalan."Nayana memutar bola matanya ke arah Nathan. Bocah ini cukup keras kepala.Beraninya Nathan bersikap lancang pada Tuan Edgar. Bahkan, menyebutnya sebagai lelaki tua yang nggak tahu malu. Bukankah kelakuannya ini sudah kelewat batas? Apa dia tidak takut membuat Tuan Edgar tersinggung?Lantaran Nathan begitu menginginkan ramuan milik Edgar, bukankah seharusnya dia lebih bersabar?"Jangan marah, Tuan Edgar. Tuan Nathan masih muda dan gampang terbawa emosi. Aku mewakilinya minta maaf padamu."Nayana buru-buru mint
Nayana dipenuhi dengan rasa malu dan marah, tetapi dia masih bisa menyembunyikannya dengan baik. Wanita itu pun berkata sambil tersenyum, "Tuan Edgar bisa tertarik dengan janda tua seperti saya merupakan suatu kehormatan bagi saya.""Tapi masalah kita nggak boleh dicampuradukkan dengan masalah Tuan Nathan. Sebaiknya kita bicarakan dulu tentang ramuan legendaris yang ada di tanganmu."Tuan Edgar tidak tertarik sama sekali. Dia menyipitkan matanya dan memandang Nathan. "Sudah kubilang, bocah ini bukanlah apa-apa. Berbisnis dengan orang kelas bawah sepertinya hanya akan membuat statusku ikut menjadi rendah.""Lantaran kalian begitu menginginkan ramuan di tanganku, jadi kalian kini hanya punya pilihan kedua. Nayana, asalkan kamu setuju untuk mengikutiku, aku bisa memberimu ramuan itu kapan saja dan nggak meminta bayaran sepeser pun."Wajah cantik Nayana berubah merah padam.Namun, bukan karena malu, melainkan marah.Mengingat kepribadiannya, jika mendengar perkataan seperti itu, Nayana pas
Melihat Nathan tidak senang, Nayana segera berkata, "Sayangku, jangan marah. Aku sudah berusaha semampuku.""Tapi orang yang memiliki ramuan itu adalah Tuan Edgar Santoso dari ibu kota provinsi.""Lelaki tua ini ngotot mengatakan dia nggak akan menyerahkan barang sebelum dia tahu siapa yang membutuhkan ramuan itu.""Sebenarnya, aku juga tahu makna di baliknya. Dia adalah komoditas langka dan berpikir bahwa orang yang membutuhkan ramuan itu pastilah orang penting di Beluno, jadi dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan!"Raut wajah Nathan perlahan kembali normal. Dia pun bertanya, "Dari mana asal Tuan Edgar Santoso ini?"Arjun berkata dengan nada tegas, "Tuan Nathan, aku tahu si lelaki tua ini. Dia adalah putra ketiga dari Keluarga Santoso di ibu kota provinsi.""Mengandalkan reputasi Keluarga Santoso, Edgar sukses besar di wilayah Bimala. Dia juga berhubungan baik dengan orang-orang dari dunia bela diri dan komunitas bisnis.""Lantaran orang ini punya banyak kenalan
Nayana bertanya dengan ragu-ragu, "Sayang, apa ini pil ... ajaib?""Benar! Obat ini bisa merangsang semangat dalam waktu singkat dan membuat kekuatan meledak melampaui level," jawab Nathan dengan nada datar.Arjun berkata dengan gembira, "Tuan Nathan, bukankah barang bagus seperti itu hanya bisa diperoleh sekte seni bela diri dan keluarga bangsawan kuno?""Nggak juga. Meskipun pil ajaib sulit dimurnikan, metode rahasia pembuatannya masih berada dikuasai oleh orang-orang yang punya kekuatan besar," ujar Nathan dengan santai."Tapi di Isernia yang luas ini, bukan hanya sekte, tapi juga keluarga bangsawan kuno, serta orang-orang dari semua lapisan masyarakat yang berkuasa."Nayana meraih botol kecil itu dan enggan melepaskannya. Dia pun berkata, "Pil ini merupakan obat yang nggak bisa dijangkau oleh orang biasa. Aku pernah melihatnya di sebuah pelelangan.""Pil biasa saja harganya sudah hampir beberapa miliar, apalagi nggak ada pasar sama sekali. Sekalipun orang biasa punya uang, juga ngg
"Aku dengar Penguasa Analin ini, karena sudah lama menjadi janda, dia suka mengincar pria muda yang tampan."Nathan tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku sudah mengerti.""Dia suka pria muda yang tampan, tapi aku bukan."Tiara menghentakkan kakinya dan berkata, "Percayalah, yang aku katakan itu nyata.""Reputasi Nayana nggak pernah bagus selama ini. Aku hanya takut kamu akan terpikat olehnya.""Tiara, kamu cantik dan punya tubuh yang bagus. Bukankah yang seharusnya bisa memikat pria itu kamu dan bukannya Nayana?" kata Nathan dengan nada bercanda.Wajah Tiara memerah. Dia berkata dengan nada canggung, "Nathan, kamu sekarang pintar ya. Kamu sudah bisa menggoda gadis dan menggombal.""Aku nggak peduli sama kamu lagi. Aku pergi!"Dia memegangi dadanya yang berdebar kencang dan berlari menjauh.Dia diam-diam mengumpat dalam hatinya, 'Tiara, apa kamu sudah gila? Meski Nathan baik, dia itu lelaki-nya sahabatmu. Kamu nggak boleh menyentuhnya. Kalau nggak, kamu akan dicap jalang!'Arjun dan Naya
Rafel mengangguk berulang kali. "Benar. Kalau bukan karena Alice memfitnah Tuan Nathan, saya nggak mungkin berani menangkap Anda."Nathan melambaikan tangannya. "Ya sudahlah. Aku harap Pak Rafael tahu apa yang harus dia lakukan terhadap Alice."Wajah Rafel berubah muram. "Jangan khawatir, Tuan Nathan. Perempuan jalang ini hampir membuatku melakukan kesalahan besar. Aku pasti nggak akan melepaskannya dengan mudah."Nathan berkata sambil tersenyum, "Tapi aku dengar dari Pak Samuel, kamu masih ingin tidur dengan Alice."Rafel langsung berseru, "Tuan Nathan, itu hanya karena aku khilaf sesaat.""Sekarang aku sudah buang jauh-jauh pemikiran itu. Aku hanya ingin menampar perempuan jalang itu dan menarik batas dengannya."Nathan mengangguk. "Jangan sampai dikendalikan oleh nafsu. Pak Rafel, kamu harus waspada."Rafel pun pergi dengan takut-takut. Setelah itu, Regina tersenyum dan berkata, "Dokter Nathan, aku lega melihatmu baik-baik saja.""Kalau begitu, pulanglah bersama Tiara dan lainnya. A
Rafel tertawa datar dan berkata, "Saya nggak berbudi luhur dan mulia seperti Anda, Pak Samuel.""Seperti kata pepatah, bunga liar lebih harum daripada bunga dalam rumah. Bunga di rumah nggak seindah bunga di luar.""Alice adalah wanita cantik dan berbakat dari Keluarga Sebastian di Naroa. Wajar saja aku tertarik dengannya.""Lagi pula ...."Melihat Rafel tampak ragu untuk berbicara, Samuel pun bertanya, "Lagi pula apa? Ceritakan secara rinci agar aku bisa membantumu berbicara."Rafel berkata dengan canggung, "Lagi pula, bisa meniduri wanita berstatus tinggi seperti Alice bukan hanya membuatku gembira, tetapi juga memberiku kepuasan tersendiri.""Selain itu, aku juga akan merekam video tanpa sepengetahuannya. Jadi, kelak aku bisa menontonnya lagi.""Pak Rafel, pikirkanlah, wanita seperti Alice bukanlah wanita yang bisa sembarangan diajak kencan. Asalkan berhasil sekali dan meninggalkan rekaman, aku bisa menggunakan rekaman ini untuk meminta Alice melayaniku lagi ...."Samuel menarik nap