“Albert, apa Grandpa ada?”Max langsung bertanya begitu ia melangkah masuk ke kediaman utama Henry Lou.Albert yang tidak mendapat informasi terkait kedatangan Max terlihat sedikit terkejut, sebelum akhirnya ia menyapa. “Selamat datang, Tuan muda. Tuan besar ada di ruang kerjanya seperti biasa. Apa Anda ada janji dengan beliau?”Max yang tadinya sudah berniat menuju ruang kerja sang tetua, terdiam di tempat. “Lho?! Grandpa yang suruh aku datang. Katanya dia undang 3 cucu Tuan Mikael.”Wajah Albert tampak heran. “Tidak ada kejadian demikian, Tuan Max. Tidak ada tamu sama sekali.”Rahang Max yang ternganga pun langsung menghempaskan udara. Kesal, karena sepertinya sang kakek hanya bergurau. “Jadi, maksudmu aku ditipu?”“Anda mungkin tidak akan percaya, tetapi sepertinya demikian Tuan Max.” Albert menghela napas lelah. “Ada kemungkinan juga, beliau memanggil Anda dengan agenda tersembunyi.”“Ya sudahlah. Sudah sampai sini juga, antar aku ke ruang kerja Grandpa!”Albert mengangguk setuju.
“Selamat datang, Maxmillian!”Pria tua dengan setelan tuxedo mewah itu membuka 2 tangan lebar-lebar, seolah akan memeluk Max. Untung saja ia sudah membaca laporan Lucas, jadi ia mengenali siapa orang itu.Cukup mengejutkan Max, karena kedatangannya disambut seperti itu. Bahkan para tamu undangan lain pun menoleh untuk mencari tahu siapa yang dihampiri tuan rumah acara.Max tersenyum sopan lalu membungkukkan tubuhnya. “Selamat atas ulang tahun emas pernikahan Anda, Tuan Mikael. Grandpa Henry titip salam untuk Anda dan nyonya.”“Hahaha! Ya, ya, ya! Thanks, Max!” Mikael merangkul ramah tubuh Max dan membawanya masuk ke dalam ballroom lebih dalam. “Ayo, kuperkenalkan dengan keluargaku!”Seolah energinya terkuras habis, Max mulai pusing membayangkan apa yang terjadi setelah ini. Pasalnya, dari informasi yang ia terima, Mikael punya 6 cucu perempuan. Yang katanya berkuliah di tempat yang sama dengan Max ada 2 orang.Menyadari Max berubah tegang, Mikael tergelak lagi sambil berkata, “Tenang,
“Apa menurutmu, dia cemburu?”Max menatap gelas berkaki jenjang di tangannya. Ia memutuskan untuk menemui Paul di sebuah bar hotel. CEO Louvz Tech itu tengah gelisah, setelah Bebby pergi begitu saja saat ia berniat meluruskan kejadian di restoran.“Sudah pasti lah, Max!” tukas Paul yang kemudian menenggak minumannya.Paul melanjutkan, “Kau hitung saja, sudah berapa tahun kita dekat? Terutama kau dan Bebby. Jangan tanya lagi!”“Aku nggak ingin dia salah paham, tapi dia nggak mau mendengarkan penjelasanku.” Max masih saja mengeluh.Kemungkinan besar sebentar lagi ia akan sulit diajak bicara karena mabuknya meningkat.Paul mendengus dengan sedikit niat mengejek, “Lalu, setelah nggak salah paham, memangnya kau mau apa? Kau berniat pacaran dengannya?”Namun, jawaban Max membuat Paul heran. Temannya itu menggelengkan kepala. “Aku hanya nggak suka kalau dia salah paham dan sedih.”“Kenapa nggak suka? Kau kan nggak minat menjadikan dia kekasih.”Paul mencoba meraba cara berpikir teman yang ia
“Jadi, apa yang terjadi?”Setelah Max mendapat kabar dari sang sekretaris terkait perdebatan antara Bebby dan Carol, ia tetap diam di ruangannya. Sebagai perpanjangan telinga, ia menyuruh Aletha untuk mencari tahu akar masalah antara Bebby dan Carol.Sekarang, setelah rapat departemen kreatif, Aletha kembali dengan laporannya. Seperti biasa, Lucas selalu mendampingi setiap kali ada masalah.“Nona Carol bersikeras kalau Nona Bebby adalah mata-mata dari PT Monza Play.” Aletha menjelaskan duduk perkaranya. “Walau Nona Carol sudah tahu kalau kasus itu ditutup dengan pengakuan bahwa Nona Bebby tidak ada hubungan lagi dengan Monza.”Max memijat pelipisnya. Pusing mendengarkan hal yang diperdebatkan Carol dan Bebby. Jelas sekali Carol melakukan banyak cara untuk mendepak Bebby dari Louvz Tech.“Suruh Bebby dan Carol menghadap saya jam 3 nanti.”“Baik, Tuan Max.”Aletha segera keluar, kembali ke mejanya. Sementara itu, Lucas melaporkan hasil pekerjaannya terkait pengadaan asisten untuk Max.N
Sepanjang jalan pulang mengantar Ivanna ke apartemen, Max memikirkan informasi yang disebutkan Aletha padanya. Bahwa Ivanna adalah seorang gamer.Max takut ini adalah jebakan. Karena ia pernah menyebutkan dalam konferensi pers bahwa segera, Louvz Tech akan meluncurkan program pemilihan tim terhebat yang bisa dikirim untuk bertanding sampai ke mancanegara.“Kayaknya mukamu banyak pertanyaan, Max?” Pertanyaan Ivanna terdengar memancing. “Tanya saja kalau mau!”Max melirik sesaat sambil menghela napas lelah. Berurusan dengan para wanita tidak pernah mudah baginya.“Kau saja cerita!” balas Max dengan nada menuntut. “Apa ada maksud lain kau membawa-bawa medali emas di dalam kopermu?”Ivanna terkekeh. “Memang ada larangan seseorang bawa medali kesayangannya? Aku ini gamer yang sedang naik daun lho!”Dahi Max berkerut. “Lantas kenapa keluargamu melepas anak sepertimu?”Kali ini Ivanna tergelak. “Nggak semua keluarga seperti keluargamu, Max. Keluarga Diasasmita tidak mengakui pencapaianku di
“Ivanna?”Max dan Lucas sama-sama terkejut mendengar nama yang tak akan pernah diduga akan datang berkunjung.“Bos, apa Anda ada urusan sama perempuan itu?” Lucas memastikan dengan Max. “Bukannya sudah jelas tidak masuk kriteria?”“Aku nggak–ah!” Max baru teringat.Ia sempat memberikan kartu namanya saat bertemu dengan Ivanna.Gadis yang gagal menjadi calon istrinya itu memaksa Max untuk menikahinya agar ia tak dinikahkan pada pria tua kaya.Max berjanji bahwa kalau memang dia benar diusir karena tidak mau menikahi pria tua pilihan orang tuanya, Ivanna bisa menghubunginya. Ia berjanji akan membantu sebisanya.Max menepuk dahinya. Merasa salah langkah. “Kurasa aku memang menjanjikan dia sesuatu, Cas.”“Janji soal apa, Bos?” tanya Lucas mengantisipasi.Dengan lirikan penuh rasa bersalah, Max menjelaskan apa yang terjadi saat pertemuan dengan Ivanna.“Jadi, karena nggak mungkin aku menikah dengannya, kubilang aku akan mengurusnya kalau memang dia diusir.” Max menutup ceritanya.Mendengar