Share

Be My Wife
Be My Wife
Author: Andrea Jevan

Be My Wife

Author: Andrea Jevan
last update Last Updated: 2023-11-09 14:05:41

Lovita baru saja tiba di rumah kostnya ketika dua orang laki-laki menghadang di depannya, menghentikan pergerakan Lovita hingga perempuan itu tidak bisa ke mana-mana.

"Mau lari ke mana lagi lo?"

Keduanya berdiri mengelilingi Lovita hingga pergerakannya terkunci.

"Mau apa kalian?" cicit Lovita ngeri. Kedua pria yang menghadangnya memiliki tubuh tegap dan raut wajah yang bengis. Suaranya yang keras membuat Lovita meringis.

"Bayar utang lo sekarang!"

"Utang yang mana lagi? Minggu lalu kan udah."

"Heh! Utang bapak lo 300 juta. Yang baru lo bayar baru satu juta. Sisanya 299 juta lagi, belum termasuk denda dan bunga berjalan."

Lovita ternganga mendengar ucapan pria itu.

Sejak ayahnya meninggal satu bulan yang lalu hidup Lovita seketika berubah. Debt collector datang silih berganti menagih utang ayahnya. Saat masih hidup ayah Lovita memang gemar berjudi. Lalu kini Lovitalah yang kena getahnya. Dia harus menanggung semua utang itu tanpa terkecuali karena ibunya juga sudah berpulang sejak beberapa tahun yang lalu.

"Turun lo!"

"Apa?"

"Turun!" Pria berkepala botak menarik tangan Lovita dengan keras hingga dia hampir saja jatuh dari motornya.

"Kalian mau apa? Balikin motor gue!" Lovita menjerit histeris ketika pria itu menduduki satu-satunya kendaraan yang dia punya.

"Bayar utang lo sekarang atau lo nggak akan pernah lagi ngeliat motor ini. Bukan hanya motor, tapi ..." Pria itu menyeringai sembari matanya menatap nakal pada dada Lovita yang berisi.

Lovita sontak menyilangkan tangannya di depan dada. Dia merasa tidak nyaman oleh tatapan pria itu.

"Kalian pikir 300 juta itu sedikit? Gue nggak mungkin bayar sebanyak itu," lirih Lovita putus asa.

"Itu urusan lo. Gue kasih waktu tiga hari buat melunasi semuanya. Kalau lo nggak bisa bayar, lo bayar sama tubuh lo. Dan gue pastiin lo nggak bakal bisa lolos."

Kedua orang suruhan itu menyeringai lebar lalu pergi bersama raungan motornya.

Lovita melangkah lesu masuk ke rumah kostnya. Kepalanya yang sakit terasa semakin berat. Apa kesalahan yang telah dilakukannya? Kenapa cobaan tidak habis-habis menimpanya? Dia tidak punya keluarga tempat mengadu. Hidupnya sebatang kara di dunia. Bahkan kini satu-satunya kendaraan yang dimilikinya untuk beraktivitas juga dirampas dengan paksa.

Deringan ponselnya menyentak Lovita dari lamunan. Dia menjawab panggilan.

"Halo."

"Lo di mana jam segini belum datang? Lo mau bikin malu gue lagi?"

Lovita berjengit mendengar suara keras di seberang sana seakan ingin memecahkan gendang telinganya. Orang yang menelepon Lovita itu adalah Maya, perempuan yang mempekerjakannya.

"Gue lagi di jalan mau ke sana, Mbak."

"Buruan! Leo udah marah-marah. Kalau lo udah nggak betah kerja sama gue, bilang baik-baik, nggak begini caranya!" Suara di seberang terdengar semakin emosi.

"Betah, Mbak, gue masih mau kerja sama Mbak,” sahut Lovita cepat.

Maya mendengkus keras lalu menutup panggilan begitu saja.

Lovita hanya bisa mengembuskan napas panjang. Sudah beberapa kali ini Lovita terlambat datang ke lokasi tempat jasanya dibutuhkan. Semua gara-gara Lovita kucing-kucingan dengan para penagih utang yang terus memburunya bagai pelaku kriminal.

Lovita segera memesan ojek online. Dia harus secepatnya tiba karena tidak ingin menambah masalah dengan Leo. Iya, Leonardy Daniel, model muda yang songong itu. Mentang-mentang lagi naik daun. Lovita sangat membencinya karena gaya Leo yang sombong, egois, dan selalu merasa paling benar sendiri. Sayangnya entah mengapa dia selalu kebagian tugas merias lelaki itu.

***

Leo menyambut dengan tatapan dingin saat Lovita tiba. Lelaki itu kehilangan kesabarannya. Sudah berjam-jam dia menunggu. Siapa yang tidak kesal kalau begitu?

"Heran gue bisa-bisanya Mbak Maya mempekerjakan orang kayak lo," gerutunya saat Lovita mengambil kapas dan toner lalu bersiap membersihkan wajah Leo sebagai langkah awal sebelum mendandaninya.

Lovita tidak merespon karena tidak ingin berdebat. Namun rupanya Leo masih belum puas. Pria itu terus mencecarnya.

"Baru kali ini ada model yang nungguin periasnya datang. Di mana-mana tuh tukang rias yang nungguin artisnya.

Lovita menahan diri agar tidak emosi dan membiarkan Leo menumpahkan segala kekesalannya.

Selagi pria itu menggerutu Lovita terus membersihkan wajah Leo. Jemarinya menelusuri hidung tinggi lelaki itu. Para teman-temannya sesama perias selalu heboh saat Lovita mendapat kesempatan merias Leo. Mereka ingin berada di posisi Lovita. Lovita sama sekali tidak keberatan. Malah bersyukur bisa terhindar dari lelaki berwajah datar itu. Tapi sayangnya tim manajemen Leo selalu mengorder jasa Lovita melalui Maya. Di antara sekian banyak 'anak-anak' Maya, menurut mereka kerja Lovitalah yang paling bagus.

Sayangnya si pemakai jasa dan pemberi jasa saling bertentangan. Lovita membenci Leo yang sombong dan kabarnya juga menyukai sesama jenis. Sedangkan Leo tidak menyukai Lovita yang kerjanya tidak profesional dan sering terlambat. Anehnya entah mengapa manajemen model yang menaunginya suka sekali menggunakan jasa gadis itu.

Setelah selesai dengan wajah Leo, Lovita pindah pada rambut lelaki itu.

Ponsel Lovita berbunyi saat dia sedang mengoles gel di rambut panjang bergelombang milik Leo. Maya lagi yang menelepon.

"Iya, Mbak?"

"Udah di mana lo?"

"Udah nyampe kok, Mbak. Ini gue lagi hair do.”

"Bulan ini gaji lo dipotong."

"Lho kok dipotong gaji gue? Jangan dong, Mbaaak ..." Suara Lovita yang meningkat menarik perhatian beberapa orang di sekelilingnya termasuk Leo. Pria itu mengangkat wajah lalu melirik sekilas melalui kaca. Tadi dia sibuk memelototi ponsel membaca berita yang mengabarkan bahwa dirinya penyuka sesama jenis.

Lovita masih ingin protes tapi Maya sudah memutus sambungan, membuatnya hanya bisa mengembuskan napas berkali-kali.

"Dimarahin bos lagi lo?" tegur Gina, rekan Lovita yang sedang menata rambut model lain di sebelahnya.

Lovita tersenyum kecut.

"Lagian lo sih telat melulu."

"Motor gue diambil debt collector. Tadi lama nunggu abang ojol."

"Lho, kok bisa? Lo punya utang emang?"

"Utang bapak gue 300 juta. Dan gue cuma dikasih waktu tiga hari buat lunasin itu semua. Gue mau cari ke mana coba uang sebanyak itu?” suara Lovita bertambah lirih yang membuat Gina jatuh iba.

"Ya ampun, Lov, kasihan banget sih lo. Tapi sorry, gue juga nggak bisa bantu. Lo kan tahu keadaan kita sama."

"It's okay, Gin. Nanti gue coba cari solusinya," jawab Lovita meskipun dia tidak tahu harus mencari ke mana.

Tugas Lovita merias dan menata rambut Leo akhirnya selesai. Para model sekarang sedang melenggok di catwalk.

Lovita duduk sendiri sambil mengutak-atik handphone. Sudah sejak tadi dia melakukannya, mencari orang di daftar kontaknya yang kira-kira bisa membantu. Tapi orang baik mana yang mau meminjamkan 300 juta padanya? Kalau pun mereka punya Lovita tidak yakin ada yang memercayakan uang mereka padanya.

Masalahnya ini 300 juta, bukan 3 juta.

Lovita terus menghubungi orang-orang yang dia kenal. Respon mereka sangat beragam. Ada yang kasihan, ada yang tertawa karena mengira Lovita sedang bercanda. Tapi intinya hanya satu. Tidak ada yang bersedia meminjaminya uang segitu walau Lovita menjanjikan akan membayar secepatnya.

Lovita mondar-mandir sendiri di dalam ruangan seperti orang bingung. Dia sudah kehabisan akal. Jalannya buntu.

Dia hampir menangis memikirkannya. Kalau dia gagal mendapatkan uang 300 juta itu maka dia harus rela menyerahkan tubuhnya. Napasnya terasa sesak saat memikirkannya.

Ketika membalikkan badan dan bermaksud keluar dari ruangan Lovita menemukan Leo berdiri di belakangnya dengan punggung bersandar ke dinding sedangkan tangannya bersedekap di dada.

"Ngapain lo di sini? Lo bukannya lagi show ya?" tanya Lovita mencoba bersikap tenang.

Sudut bibir Leo terangkat membentuk senyum miring yang menyebalkan. "Katanya lo lagi kelilit utang."

"Nggak usah ikut campur, bukan urusan lo juga," balas Lovita. Dia tahu Leo pasti ingin mengejeknya.

Lovita melangkah pergi dari sana. Tapi tiba-tiba Leo mencekal lengannya saat Lovita melintas di depan lelaki itu.

"Apaan sih lo? Lepasin tangan gue!" Lovita menyentak tangannya tapi cekalan Leo terlalu kuat.

Lovita mendongak mempertemukan pandangannya dengan iris coklat gelap milik Leo, lalu mendengar lelaki itu mengucapkan sesuatu.

"Nikah sama gue, Lov. Gue bakal bayarin semua utang lo itu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Be My Wife   Dikerjai Lovita

    Bab 84Hal pertama yang dirasakan Lovita adalah rasa berat di matanya bagai diberi perekat. Lalu dengan perlahan-lahan kelopak matanya terbuka sedikit demi sedikit hingga ia benar-benar bisa membuka matanya. Hal berikut yang Lovita rasakan adalah rasa dingin dan kosong.Ia tidak tahu di mana tempatnya berada saat ini. Semua terasa asing.Yang bisa Lovita lakukan adalah menatap ke sekelilingnya sembari berpikir ini di mana tempatnya berada sekarang dan kenapa ia berada di sana."Lov ... Lovita ..." Saat ia tengah bergumul dengan kebingungannya Lovita mendengar suara seseorang memanggilnya, merasuki gendang telinganya.Lovita menggerakkan kepalanya perlahan. Di saat itulah perempuan tersebut menyadari bahwa ia tidak sendiri. Ada orang lain di sebelahnya. Sedang menggenggam tangannya dengan wajah penuh kekhawatiran."Kamu sudah sadar, Sayang?"Lovita tak segera berikan jawaban. Ditatapnya raut gagah berselimut kecemasan itu dengan pandangan kurang yakin."Lov, ini aku Leo, suami kamu. Ka

  • Be My Wife   Kondisi Terakhir Lovita Dan Pengakuan Jujur Leo

    Bab 83Jerry melunak setelah Leo ceritakan mengenai kondisi Lovita yang kritis dan hingga saat ini tidak sadarkan diri. Setelah penjelasan panjang kali lebar itu Jerry bersedia diajak ke rumah sakit untuk membesuk Lovita. Meski perjalananan tersebut tidaklah semulus itu. Selama di mobil Jerry terus meracau menyesali kebodohan Leo dengan kata-kata kasar."Udah dong, Jer. Pusing kepala gue dengerin lo ngomel melulu," ujar Leo agar Jerry berhenti mengoceh seperti ibu-ibu kalah arisan."Kepala lo cuma sakit kan, Nyet? Ini kepala gue berasa mau pecah mikirin masalah lo yang nggak ada habis-habisnya. Brand udah mutusin kerjasama dengan kita. Lo bakal kena sanksi dan gue ..." Jerry yang sedang menyetir sengaja menggantung perkataannya untuk memberi efek dramatis.Leo menolehkan kepalanya menatap laki-laki itu, menanti apa yang akan disampaikannnya."Gua nggak bakal dapet apa-apa. Gue nggak bakal dapet cuan. Yang ada cuma omelan dan tekanan dari Mas Jackie. Lo sih enak duit lo banyak. Nah gue

  • Be My Wife   Membuka Rahasia

    Bab 82Taksi yang membawa Leo berhenti di depan gedung apartemennya. Pria itu bergegas keluar dari sana. Tepat di saat itu ponselnya berdering. Leo berdecak ketika menyaksikan nama Jerry di sana. Pria itu tidak berhenti menerornya."Halo.""Di mana lo, Nyet? Gue udah jamuran nunggu lo dari tadi!" Jerry langsung menyembur.Ingin rasanya Leo membalas emosi Jerry dengan kemarahan yang sama. Namun ia tahu dirinyalah yang salah, jadi sekuat apa pun ia melawan hasilnya adalah percuma."Gue udah nyampe," jawab Leo pelan sembari melangkah ke parkiran basement.Tampak olehnya Jerry sedang berdiri dengan tangan berkacak pinggang beberapa meter di depan sana.Leo terus melangkah mendekati lelaki itu. Ketika jarak mereka tidak kurang dari satu meter lelaki itu langsung melayangkan tinjunya memberi Leo bogem mentah bertubi-tubi."Sialan lo, Njing! Lo pikir diri lo siapa? Udah ngerasa hebat? Tanpa gue lo nggak bakal jadi apa-apa. Orang-orang nggak bakal kenal sama lo. Lo nggak lebih dari sekadar sa

  • Be My Wife   Papa Sayang Kamu

    Bab 81Mengurus bayi baru lahir seperti Cantik betul-betul menguras energi Leo dan Gina. Apalagi keduanya sama-sama tidak berpengalaman. Hari itu Cantik tidak mandi sama sekali. Gina hanya menyeka anak itu dengan tisu basah. Meskipun Leo sudah mempelajari tutorialnya dari internet tapi ia masih belum berani memandikan putri mungilnya. Begitu pun dengan Gina.Cantik baru saja selesai menyusu. Gina mendapat bagian membuat susunya sedangkan Leo bertugas memegang botol susu."Le, besok lo bisa sendiri kan?" tanya Gina setelah Cantik tertidur. Anak itu sudah kenyang menyusu. Besok Gina ada job pagi. Ia tidak bisa menemani Leo mengurus Cantik."Bisa nggak bisa gue usahain bisalah, Gin.""Terus mandiin Cantik gimana? Gue masih nggak berani. Gue masih nervous parah. Gue takut tiba-tiba aja dia jatuh dari tangan gue.""Gue juga gitu," timpal Leo."Tapi Cantik nggak mungkin nggak mandi dan cuma dilap-lap pake tisu mulu kan?"Keduanya terpingkal menertawai kekonyolan mereka."Gini deh, besok pag

  • Be My Wife   Susahnya Menjadi Orang Tua

    Bab 80Leo tergesa-gesa ke kamar begitu mendengar teriakan Gina. Gadis itu semakin panik karena Cantik yang terus menangis."Gin, ini susunya." Leo memberikan botol susu pada Gina."Udah nggak panas lagi kan?""Nggak, tadi udah gue coba sedikit, udah pas kok."Gina meletakkan Cantik di atas tempat tidur dan mendekatkan ujung dot ke mulut anak itu. Cantik langsung diam begitu mendapat sumber asupannya yang membuat Leo dan Gina merasa lega.Keduanya memandangi bayi mungil itu bersamaan. Ketika susunya habis Cantik kembali menangis."Dia mau apa lagi ya, Le?" Gina bertanya bingung."Mungkin dia masih belum kenyang," duga Leo."Ya udah, lo bikinin lagi."Dengan sigap Leo beranjak ke belakang, membuatkan susu seperti tadi. Tapi ketika kembali memberikannya, Cantik masih menangis dan menolak."Dia kok nggak mau ya? Dia mau apa lagi sih?" Gina kebingungan, begitu pun dengan Leo."Gin, mungkin dia pup."Gina spontan memeriksa dan tertawa ketika mendapati dugaan Leo menjadi kenyataan."Bersi

  • Be My Wife   Coba Lo Susuin Dia

    Bab 79Leo dan Gina sudah berada di rumah. Keduanya sibuk mengurus bayi mungil yang mereka panggil Cantik.Saat ini Cantik sedang tidur dengan anteng di box-nya. Leo dan Gina memerhatikan anak itu sejak tadi. Kulit anak itu putih bersih. Hidungnya bangir. Bibirnya merah."Manis banget. Gedenya pasti bakal jadi idola cowok-cowok." Sejak tadi tidak ada habisnya Gina memuji Cantik."Dan gue nggak bakal ngebiarin cowok-cowok brengsek itu ngeganggu princess gue." Leo menimpali tanpa sadar yang membuat Gina terkekeh."Ini anak masih merah lo udah posesif banget. Gimana gedenya?""Gedenya gue bakal sewa sekuriti buat jaga dia dan nganterin ke mana-mana."Tawa Gina pecah berderai. Ketika Leo melebarkan mata memberi isyarat bahwa Cantik bisa bangun karena kebisingannya barulah Gina menurunkan volume suaranya."Eh, Le, gue baru ingat, kalo ntar Cantik bangun pasti dia minta susu. Sana gih lo beliin susu formula dulu. Jangan lupa beli botolnya juga sama cairan pembersih botol.""Susunya merek a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status