Share

Bab 2 - Diusir

Author: Rini Lim
last update Last Updated: 2025-02-20 15:13:35

Rania menarik nafas dan membuangnya perlahan, Ia tak menolak perceraian ini, Ia hanya terus menghapus air mata yang seakan tidak mau berhenti mengalir di pipi mulusnya yang bersih alami. Pipi yang tidak pernah tersentuh skincare karena Ia teramat sayang menggunakan uang suaminya untuk kepentingan pribadinya. Rania hanya menabung pada rekening yang kartunya sendiri Ia berikan pada Aldi untuk menyimpannya. Betapa lugu dan tulusnya hati Rania dalam menyayangi dan mengabdi pada suaminya. Kini dirinya yang susah sendiri saat dibuang begitu saja oleh suaminya.

Rania selesai berkemas, sambil mendorong koper keluar, Ia bermonolog, Kemana aku harus pergi sekarang, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Tapi Ia tetap melangkah dengan tegar melewati Aldi yang duduk di ruang tamu.

Bi Inah memandang Rania dengan sayu, “saya pamit ya Bi, sampai berjumpa lagi di lain waktu, semoga kita masih ada waktu untuk bertemu”, pamit Rania sambil memeluk tubuh pembantunya.

Bi Inah mengangguk, “ hati-hati nyonya. Saya yakin Nyonya akan kembali dengan kemenangan. Allah bersama orang yang sabar”. Rania mengangguk mengaminkan.

“Assalamualaikum”, pamit Rania yang hanya dijawab oleh Bi Inah.

**

Rania berjalan menembus malam tanpa tahu tujuan. Ia akhirnya berhenti di depan masjid tak jauh dari komplek rumahnya. Rania hendak salat tahiyatul masjid dan salat hajat, Ia tak tahu harus kemana dan berbuat apa, oleh karenanya Rania memutuskan untuk salat supaya lebih tenang hatinya. Tak hentinya Ia menangis merutuki nasib hidupnya, ayah dan ibu pasti sedih melihatku seperti ini. Bagaimana kabar Ibu sekarang, Rania hampir tak pernah datang menjenguk sang Ibu yang sakit-sakitan semenjak menikah karena semua serba dibatasi oleh Aldi.

Saat melaksanakan salat, Rania tak henti-hentinya meneteskan air mata, Ia sungguh buntu tak tahu harus pergi kemana. Berkeliaran di jalanan juga bukan pilihan yang tepat karena jaman sekarang banyak kejahatan terjadi, apalagi ini sudah larut malam.

“Assalamualaikum Mbak Rania”, sapa seseorang dari shaft pria, rupanya dia adalah salah seorang security di komplek perumahan yang ditinggali Rania dan Aldi.

“Ah, waalaikumsalam Pak Yanto”, jawab Rania malu sambil menghapus air mata di pipi.

Pak Yanto melirik ke koper Rania, “maaf Mbak, kok mbak Rania sendirian saja di masjid dengan tas besar ini? kemana Pak Aldi?”, tanya satpam itu.

“Saya... “, Rania tak kuasa menahan tangis.

“Ada apa Mbak? Tidak usah sungkan, cerita saja”, ujar satpam berusia lima puluh tahun itu prihatin.

“Saya sudah diceraikan oleh Pak Aldi, Pak. Saya diminta meninggalkan rumah malam ini juga. Mohon jangan diceritakan ke warga lain ya, biar saja saya pergi degan tenang”, jawab Rania jujur.

“Astaghfirullah Mbak Rania!”, satpam itu terkejut bukan main.

Rania masih menunduk menyapu air mata yang terus saja menetes walau sudah berusaha ditahan.

“Walau sudah bercerai, Pak Aldi masih punya tanggung jawab untuk mengembalikan Mbak Rania dengan baik, tidak bisa lantas mengusir seenaknya. Orang hidup kan punya aturan. Mari ikut saya ke rumah pak RT Mbak, Ayo kita lapor”, ajak Pak Yanto.

Rania Menolak.

“Tidak usah Pak, nanti malah tambah runyam masalahnya, Pak Aldi bisa tambah marah dan saya malah lebih sulit posisinya karena saya tidak punya uang, pasti akan kalah saja dengan Pak Aldi”, jelas Rania. Ia tahu persis watak Aldi yang tidak pernah segan menggunakan uang dan kekuasaannya untuk menjatuhkan musuhnya, dan saat ini kebetulan musuhnya adalah dirinya, mantan istrinya sendiri. Rania tahu dirinya pasti akan kalah telak.

“Tapi Mbak Rania mau kemana sudah malam begini? Ini sudah hampir jam dua belas malam”, protes pak Yanto. Rania diam tak tahu harus menjawab apa, karea sejujurnya diapun bingung mau kemana.

“Begini saja Mbak, kita ke rumah Pak RT menceritakan keadaan yang sebenarnya, tapi tanpa perlu mengambil tindakan apapun pada pak Aldi. Setidaknya Mbak Rania sudah melapor, dan mungkin malam ini mbak Rania bisa bermalam dengan lebih aman di rumah Pak RT, jika diizinkan oleh Bu RT. Yang penting kita melapor dulu Mbak”, ajak Pak Yanto setengah memaksa.

Akhirnya Rania menurut karena tak punya pilihan.

Setelah mendengar penjelaskan Rania, kedua pasangan ketua RT itu meminta Rania untuk bermalam satu hari di rumahnya. Bu RT sampai ikut menangis mendengar Rania bicara walaupun Rania bisa menahan air matanya saat membuat laporan, Ia sudah tampak lebih tegar setelah salat dan menangis di masjid tadi. Ia tahu Ia tetap harus bangkit dan melanjutkan hidupnya, bahwa Ia tidak bisa hanya menangis terus menerus meratapi kisah hidupnya.

“Saya akan membuat perhitungan dengan Pak Aldi, sejujurnya banyak warga juga yang sudah melapor katanya sering melihat Pak Aldi membawa wanita ke rumah. Tapi kita diam saja karena tak ada laporan apa-apa dari istrinya. Akhirnya kita jadi berpikir wanita itu mungkin sanak saudara Pak Aldi & Ibu”, Pak RT menjeda kalimatnya sambil membuang nafas. Sebenarnya Ia sedikit kesal dengan Rania yang lemah dan menerima saja perlakuan Aldi yang suka membawa wanita lain ke rumahnya, namun untuk menyalahkan Rania saat ini, Ia pun tak tega. Ia melanjutkan bicara, “Tapi kalau sudah jelas seperti ini, bila saatnya tiba akan ada penggerebekan juga di rumahnya”, ujar pak RT lagi.

“Iya Pak segera digerebek saja daripada meresahkan warga”, timpal bu RT.

Pak Yanto juga mengangguk semangat menyetujui rencana pak RT.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berhasil Usai Bercerai   Bab 72 - Akhir Yang Bahagia (Tamat)

    Pagi itu Fahmi berangkat kerja seperti biasa, sementara Rania mulai menikmati hari-harinya sebagai istri dan seorang ibu rumah tangga. Setelah menikah, Rania memang mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya dan Fahmi bekerja karena alasan profesionalitas. Fahmi setuju karena tak mungkin bagi mereka bekerja pada perusahaan yang sama dan di lokasi yang sama pula. Meskipun divisi Rania berbeda dengan Fahmi, tapi sebagai direktur penjualan Rania secara struktur melapor kepada direktur utama yaitu Fahmi. Oleh karenanya Rania memutuskan mencari pekerjaan lain.Rania mulai merasakan pusing dan mual setiap pagi hingga Fahmi berinisitatif membawanya ke dokter. Tak ingin Rania menunggu lama karena wajahnya yang terlihat semakin pucat, Fahmi lalu membawanya ke ruang IGD agar segera mendapat penanganan yang cepat dan intensif. Tak lama didatangkan dokter spesialis yang memeriksa dan melakukan USG pada Rania.“Selamat Pak, istri anda sedang hamil, sudah jalan 6 minggu, saya akan berikan obat-obat

  • Berhasil Usai Bercerai   Bab 71 - Menikah

    Pernikahan Rania dan Fahmi digelar dengan mewah di salah satu hotel berbintang di kawasan Jakarta Selatan. Hadir orang-orang terkasih Rania disana, Ibu kandung yang telah melahirkannya, Ibu RT yang dulu membantunya melewati masa sulit pasca diusir oleh Aldi, juga Bi Inah mantan asisten rumah tangga Aldi yang kemudian memilih keluar bekerja dan menganggur daripada harus membantu Aldi dan istri barunya kala itu. Walau pada akhirnya Rania meminta Bi Inah untuk bekerja kembali padanya setelah kehidupannya mulai berangsur membaik. Mereka bertiga adalah wanita hebat di belakang Rania. Di tengah rasa bahagia itu, muncul pula kekhawatiran dalam diri Rania tentang sulitnya memiliki anak bagi wanita berumur seperti dirinya, 40 tahun bukanlah usia muda untuk bisa hamil tetapi ketulusan sikap Fahmi yang nerimo membuat hatinya tenang dan mulai ikhlas menerima apapun kehendak Allah.“InshaAllah kita diberi kesempatan untuk memiliki anak dari rahim kamu, Rania, jikapun tidak, pastilah itu yang ter

  • Berhasil Usai Bercerai   Bab 70 - Rapat

    Rania benar-benar merasa tak nyaman satu kantor dengan Aldi. Untungnya memang setelah menikah dengan Fahmi nanti dia berencana untuk resign dan mencari pekerjaan lain demi menjaga profesionalitas keduanya. Karena Rania dan Fahmi sama-sama memegang jabatan tinggi di perusahaan itu.Saat tak sengaja akan berpapasan, Rania selalu berputar arah demi menghindari pertemuan dengan mantan suaminya itu. Sungguh ia tak ingin melihat Aldi lagi, walau seluruh perasaan cinta dan benci mungkin sudah hilang, tapi rasa trauma akan kesakitan yang pernah Aldi tumpahkan padanya sangat membekas di hati wanita itu. Meskipun ia telah memaafkan Aldi dan Angela tapi ia tak ingin benar-benar memiliki urusan dengannya lagi.Rapat bulanan yang rutin diadakan di divisi penjualan yang dipimpin Rania membuatnya tak bisa sepenuhnya menarik diri dari Aldi. Karena dirinya merupakan orang nomor satu di divisi itu yang mengharuskannya memimpin rapat dan memastikan strategi tim penjualan berjalan sesuai target perusahaa

  • Berhasil Usai Bercerai   Bab 69 - Kebingungan Rania

    Beberapa hari kemudian di kantor.Pagi itu Rania tengah berjalan ke arah pantry untuk membuat teh manis hangat favoritnya saat langkahnya tiba-tiba terhenti karena tanpa sengaja ia melihat Aldi lewat di depannya. Rania hampir saja oleng jika tidak dengan cepat menguasai keadaan. Aldi tengah diajak berkenalan dengan departemen-departemen lain di kantor oleh staf HRD.Dengan cepat Rania berbalik badan demi menghindari pertemuan itu, dia ingin mendengar langsung dari Fahmi sendiri apa yang sebenarnya terjadi.Rania membatalkan keinginannya meminum teh di pagi hari ini, dia memilih melanjutkan langkahnya lurus ke depan ke arah ruangan Fahmi. "Pagi Rona", sapa Rania sambil tersenyum."Pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?", jawab sekretaris Fahmi sopan sambil berdiri membetulkan rok pendeknya. Rania hanya tersenyum melihatnya."Apa jadwal bapak kosong sekarang? atau beliau ada meeting pagi ini?", tanya Rania datar."Saat ini kosong, Bu. Tapi setengah jam lagi ada meeting dengan komisaris PT

  • Berhasil Usai Bercerai   Bab 68 - Melamar

    Senin pagi di kantor, pintu ruangan Fahmi diketuk."Masuk", kata Fahmi tanpa mengalihkan pandangannya dari layar notebook.Aldi masuk bersama sekretaris Fahmi."Ini Pak Aldi, Pak, ada yang bisa saya bantu lagi?", tanya Rona, sang sekretaris dengan sopan."Tidak perlu, terima kasih, Ron", jawab Fahmi. Janda satu anak itu mengangguk lalu meninggalkan ruangan.Fahmi dan Aldi saling bersalaman lalu mempersilahkan Aldi duduk di sofa untuk menunggu."Tunggu sebentar ya, Aldi, ada yang harus saya selesaikan dahulu", terang Fahmi.Aldi menurut. Ia mengitari pandangannya ke sekitar ruangan, betapa besar dan mewahnya ruangan ini, Aldi membatin. Dirinya saja bahkan belum sempat sampai di posisi ini dulu, tapi sudah sombong sekali dengan mantan istrinya waktu itu. Sekarang, dunia berputar. Orang yang akan ia mintai pekerjaan adalah calon suami dari mantan istri yang dibuangnya dulu. Aldi memejamkan matanya berusaha mengusir galau yang melanda. Duh, aku harus fokus, jangan memikirkan Rania terus, A

  • Berhasil Usai Bercerai   Bab 67 - Aldi?

    Rania terkejut."Aldi! itu Aldi", tunjuk Rania spontan ke arah pintu pagar rumahnya. Fahmi ikut menoleh ke arah yang ditunjuk Rania. Ia bergegas menghampiri pagar dengan langkah tergesa. Rania mengikutinya di belakang."Untuk apa dia datang kesini, mas? Apa mas mengundangnya datang?", tanya Rania sedikit panik, ia memandang Fahmi dengan bingung, begitu pun Fahmi menatap Rania dengan kebingungan."Apa yang sedang kamu pikirkan, Rania? Disini tak ada siapa-siapa, tidak ada Aldi", terang Fahmi."Nggak mungkin, mas, tadi aku melihat dengan jelas dia ada disini", balas Rania dengan nada sedikit meninggi."Aku tidak mengundangnya, Rania. Lagian buat apa juga aku mengundang dia?", Fahmi balik bertanya. Rania tak menjawab. Ia pun bingung.Pak RT yang mengikuti Rania dan Fahmi sejak tadi juga berada di depan pagar rumah Rania memperhatikan sekeliling, dia tak menemukan siapa-siapa disini, apalagi Aldi yang dimaksud Rania. Rasanya tak masuk akal jika Aldi masih mempunyai muka bertemu Rania."Tad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status