Share

Bukan Menantu Sampah
Bukan Menantu Sampah
Author: Sarangheo

Bab. 1. Hamil

Hari itu, aku berjalan keluar dari rumah sakit, dan melihat hujan begitu deras, aku langsung membuka tasku, namun sayangnya tidak ada payung yang biasa kubawa di dalamnya, mungkin karena tadi pagi aku terlalu terburu-buru, sehingga aku meninggalkan payungku di rumah.

Tanpa berpikir panjang aku segera mengambil handphoneku untuk menelepon pacarku, Jason, tapi dia tidak mengangkatnya.

Ini sudah keempat kalinya aku menelepon Jason hari ini, tapi tak sekalipun dia menerima panggilanku, aku merasa sedikit kecewa, kukira Jason bisa datang untuk menjemputku, tapi di saat seperti ini, ia malah menghilang.

Tetesan air hujan yang menetes di wajahku terasa dingin, dingin seperti hatiku saat ini, semakin lama, hujan pun semakin deras, tanpa berpikir panjang, aku pun mengangkat tasku untuk menutupi kepalaku, lalu melambai-lambaikan tanganku untuk menyetop taksi, namun setiap taksi yang lewat selalu berpenumpang, dan aku yang berdiri di pinggiran jalan sudah basah kuyup.

Sebenarnya aku bisa kembali ke dalam rumah sakit untuk berteduh sejenak, tapi kurasa sudah tidak perlu lagi sekarang, sekujur tubuhku pun basah kuyup, berteduh atau tidak mungkin tidak ada bedanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan pulang menerobos hujan, jarak dari rumah sakit ke tempat tinggalku kurang lebih lima belas menit, tidak jauh, tapi juga tidak dekat.

Mobil-mobil yang melaju cepat menyipratkan genangan-genangan air ke tubuhku dan wajahku, orang-orang yang bergegas pulang dengan membawa payung tak ada yang peduli pada keadaanku, di tengah kota yang sebesar ini, ada orang namun seperti tidak ada, mereka tidak akan pernah peduli padamu hanya karena kau tidak membawa payung di tengah hujan sederas ini.

Satu-satunya orang yang perduli pada dirimu, hanyalah dirimu sendiri, kalau kau sendiri tidak peduli pada dirimu, jangan berharap akan ada yang perduli kepadamu.

Begitu kembali ke rumah, sekujur tubuhku sudah basah kuyup seperti semangkuk sup ayam, bajuku benar-benar basah, tetesan air yang ada di ujung rambutku pun menetes ke bawah dan jatuh ke atas lantai, aku cepat-cepat mengambil sebuah baju kering dari dalam lemari, lalu mandi air hangat dan berganti baju, kemudian duduk di depan cermin yang ada di dalam kamar, mengeringkan rambutku dengan pengering rambut.

Setelah selesai mandi, Aku baru terlihat lebih cantik, seperti bunga yang baru saja terkena air hujan di musim semi, aku memandangi diriku sendiri di pantulan cermin, disana ada diriku yang dewasa, cantik, dan akupun memberi diriku sendiri nilai yaitu delapan puluh persen.

Namun, tak tahu kenapa, wajahku yang ada di dalam cermin seakan terlihat tidak begitu baik, sedikit pucat, mungkin karena beberapa hari ini perasaanku tidak senang, ditambah lagi--

Tiba-tiba, handphoneku berdering, memecahkan semua lamunanku, aku melihat handphoneku, rasa kekecewaan yang ada didalam hatiku menghilang seketika, sampai-sampai aku lupa bahwa aku baru saja diterpa hujan badai.

Akhirnya, pacarku Jason meneleponku.

"Suamiku sayang, aku kangen kamu."

Kataku dengan amat lembut.

"Isabelle, kenapa kau meneleponku?"

Belakangan ini, Jason tak lagi memanggilku dengan sebutan "istriku" lagi, sebutan ini membuatku sedikit merasa tidak nyaman, bagaimanapun, saat aku ingin bermanja-manja dengannya, dia juga bisa bermanja-manja denganku.

Aku ingin dia memanggilku dengan sebutan "istriku", tapi dia tidak melakukannya.

"Oh, apa kau ada waktu? Ada yang ingin kubicarakan."

Kusimpan semua perasaan kecewaku, aku sungguh ingin bertemu dengannya.

"Hari ini aku masih ada rapat, lain hari saja ya."

Kata pria itu dari dalam telepon, sepertinya dia memang sangat sibuk.

"Suamiku, apa kau bisa ke sini sebentar, ada hal penting yang ingin kubicarakan padamu."

"Ya sudah, baiklah, sebentar lagi aku ke sana." Balas pria itu setelah terdiam sejenak.

"Iya."

Balasku dengan sangat gembira, hal pertama yang kulakukan setelah mematikan telepon adalah berdandan, setelah merasa diriku sendiri sudah cukup cantik, aku mulai masak, hari ini adalah hari yang sangat spesial bagiku, ada satu kabar baik yang ingin kusampaikan pada Jason, kurasa kabar ini akan menjadi sebuah kejutan baginya.

Sekitar setengah jam kemudian, bel rumahku berbunyi, aku merapikan rambutku lalu membuka pintu, Jason yang datang.

Tanpa berkata apa-apa, aku langsung memeluknya, sudah beberapa hari kami tidak bertemu, aku sungguh rindu padanya, dari tubuhnya tercium bau rokok yang sangat khas, dicampur dengan sebuah aroma wewangian yang sangat tidak asing, hatiku mulai tidak tenang.

"Aku rindu padamu, sayang."

Jason menggendongku masuk ke dalam, lalu menutup pintunya, suaranya terdengar begitu lembut dan penuh kasih sayang.

Mungkin aku yang berpikir terlalu banyak, semua rasa kesal dan kecewa yang tertumpuk dalam hatiku pun menghilang semua, aku tersenyum padanya, "Kalau rindu padaku, kenapa kau tak datang melihatku, kukira kau masih marah padaku."

Belakangan ini, aku dan Jason sering bertengkar karena hal-hal kecil, terakhir kali kami bertemu, kami saling berpisah begitu saja tanpa berbaikan, sudah berhari-hari kami perang dingin.

Sepertinya hubungan kami berdua semakin renggang akhir-akhir ini, membuatku merasa sedikit khawatir.

Ada rasa sedih dan kecewa ketika dia tidak menemuiku duluan setelah pertengkaran itu, tapi tak perduli siapa yang akan meminta maaf duluan, pada akhirnya kami tetap berbaikan.

"Bodoh, mana mungkin aku marah padamu, hanya saja aku agak sedikit sibuk belakangan ini, kuharap kau mengerti." Jelas Jason, ia sama baiknya padaku seperti biasanya.

Aku membawa semua makanan yang kumasak dengan sepenuh hati tadi ke atas meja makan, lalu makan bersamanya.

Saat kami tengah makan, handphonenya tiba-tiba berdering tiga kali, tak tahu dia sedang berbalas pesan dengan siapa.

"Isabelle, kenapa kau memanggilku kemari, apa ada masalah, orang kantor menyuruhku kembali untuk menghadiri rapat, sebentar lagi aku harus pergi."

Jason sama sekali tidak mengatakan bagaimana masakanku, kurasa dia tidak ingin makan, konsentrasinya hanya tertuju pada handphonenya itu.

Aku meletakkan sumpitku, awalnya aku ingin memberitahunya setelah makan, tapi melihatnya terburu-buru seperti itu, membuatku kehilangan selera makan.

Apakah ada hal yang lebih penting dari makanan ini?

"Aku hamil." Kataku sambil melihat Jason.

"Apa?"

Mendengar perkataanku, Jason mengerutkan keningnya, memandangiku dengan sangat tidak percaya.

"Aku hamil."

Kataku lagi sambil membalik-balikkan isi tasku, mengeluarkan selembar laporan pemeriksaan dari rumah sakit pagi tadi.

Jason menerima hasil laporan itu dan melihatnya dengan seksama, wajahnya sama sekali tidak terlihat senang, malah terlihat sedikit berat.

"Isabelle, anak ini, kita gugurkan dulu ya?"

Perkataan Jason sangat membuat hatiku terasa sakit, sebenarnya dari awal aku sudah mengira dia akan berkata seperti itu, tapi aku tetap saja tidak percaya ia bisa mengatakannya.

"Kita sudah lima tahun pacarankan, dan sekarang aku hamil, kita bisa segera mengambil surat nikah, lalu melahirkan anak ini."

"Isabelle, dengarkan aku, kau juga bukan tidak tahu keadaan kita sekarang ini, menurutku, tunggu sampai kondisi kita lumayan berkecukupan, baru setelah itu kita menikah dan kau melahirkan anak, aku melakukan semua ini juga demi kebaikanmu dan anak kita, aku ingin kalian hidup di lingkungan yang lebih baik."

Perkataan Jason benar-benar omong kosong, meskipun kami berdua memang bukan orang kaya, tapi kami masih mampu untuk merawat seorang anak, aku berpacaran dengannya sejak umurku dua puluh dua tahun, aku memberikan semua masa mudaku padanya, dan sekarang usiaku sudah menginjak dua puluh tujuh tahun, aku sudah memutuskan untuk selalu bersamanya, aku ingin menikah dan melahirkan anak untuknya, lalu hidup bahagia.

Namun, ini semua hanya pemikiranku saja, tidak berarti Jason juga berpikir seperti ini.

Lima tahun tidak berarti selamanya, rasa cinta seseorang ternyata bisa berubah juga.

"Maksudnya, kau tak ingin menikah denganku, lalu melahirkan anak bersama ku kan?"

Perkataanku tidak selembut tadi, kedengarannya sedikit dingin.

"Aku bukannya tidak ingin menikah dan melahirkan anak denganmu, tapi hanya belum waktunya saja, tunggu sebentar lagi ya Isabelle, kita gugurkan anak ini dulu."

Kata Jason dengan nada memohon, berusaha berunding denganku dengan hati-hati.

"Aku tidak setuju, aku tidak akan menggugurkan anak ini, kalau kau tidak mau, aku mau mempertahankannya."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kenapa g mati aja kau daripada bertahan. bodoh,dungu,tolol
goodnovel comment avatar
Ete Watutamata
Awan kok pelit
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status