Share

Bab. 10. Pulang

"Aku hendak membunuhmu, Siluman Ular, membalaskan dendam Austin."

Lalu, aku sudah dililit oleh piton besar ini, seekor piton besar ini sedang memandangku dengan lembut.

Pandangan ini sangat familiar.

"Bukankah aku sudah hidup dengan baik begini."

Si ular besar akhirnya angkat bicara, suaranya persis seperti Austin.

Mulai mempertanyakan apakah Austin adalah Siluman Ular yang dapat berubah? Bagaimanapun aku tidak berani mempertanyakan dan hanya menebak saja.

"Benar, ini aku."

Ular itu kembali bicara, Tuhanku, lelaki tampan itu dan piton besar ini adalah satu sosok yang sama, aku pingsan seketika.

"Bertemu dengan Raja Ular."

Dia berlutut, suaranya menggetarkan telinga.

"Berdirilah."

Lelaki tampan itu memelukku, suaranya dingin. Selesai bicara, ia meninggalkan ruangan sambil menggendong dengan dinginnya, kembali ke ruangannya.

"Penjaga Andrew Bai, kelihatan jelas bahwa Raja Ular peduli dengan gadis itu, dia siapanya Raja Ular? "

Raja Ular baru saja pergi, beberapa dayang wanita mulai menanyai Penjaga Andrew Bai dengan suara kecil. Penjaga Andrew Bai adalah orang terdekat Raja Ular, para dayang merasa mereka bisa mendapatkan sedikit info melalui mulut Andrew.

Tidak hanya dayang, tapi juga beberapa penjaga menoleh, memanjangkan telinga agar dapat ikut mendengar.

"Kalian ini, apakah kalian ingin aku tarik lidahnya satu persatu? "

Kabar yang diinginkan tidak didapatkan, malah dibentak oleh Penjaga Adrew Bai. Para dayang menutup mulut rapat-rapat, dan penjaga lain yang ikut mendengarkan pun kembali ke tempat, semuanya membubarkan diri dari pekarangan.

Setelah semua pergi, Penjaga Andrew Bai tersenyum pelan lalu meninggalkan tempat juga.

Didalam kamar yang mewah, bunga yang segar dan wangi, aroma kuno nan klasik, mutiara yang berkilau di malam hari, anggun dan mewah.

Sebuah ranjang yang besar dan lebar, aku berbaring di atasnya, sepasang mataku terpejam, seperti wanita cantik yang sedang tidur.

Ada seorang gadis di sampingnya, lelaki tampan itu duduk di sebelah ranjang, matanya sesekali mengerjap sambil memandangnya. Teringat adegan tentang aku yang salah paham mengira aku akan ditelan, suasana hatinya seolah membaik, sangat kentara sebenarnya dia sangat mempedulikanku.

Dia mengganggunya tidur, bahkan mengotori tubuhnya. Sebenarnya hanya ingin menghukumnya sebentar, tak disangka proses ini mengubah perasaannya terhadap dia. Dia memutuskan untuk ada disampingnya.

Saat tak sadarkan diri, aku bermimpi sedang berjalan di hutan yang gelap, tidak menemukan jalan keluar. Aku sangat takut, berharap ada yang datang menyelamatkanku. Setelah berjalan lama, didepanku ada orang yang membelakangiku, sosok punggungnya terlihat familiar.

" Austin Ye, apakah itu kamu? "

Aku meneriakinya, sosok sempurna itu mirip sekali dengannya.

Sosok itu balik badan, wajah yang sempurna itu memperlihatkan senyum yang mencurigakan, dengan buasnya dia merubah dirinya menjadi seekor ular yang besar dan melihat kearahku.

" Ah! Ular! "

Aku kaget dan terbangun, dua tanganku gemetaran.

" Kau tidak apa-apa? "

Suara lelaki yang merdu terdengar di telingaku, melihatku terbangun, Austin dengan lembut menanyaiku.

Ternyata hanya sebuah mimpi, aku menghela nafas. Melihat wajah lelaki tampan, aku tiba-tiba teringat sesuatu, sekilas aku meringkuk di pojok ranjang.

" Kau.. kau.. jangan mendekat... "

Memikirkan dia yang adalah ular besar itu, aku sangat ketakutan. Tidak terpikirkan olehku, lelaki yang rupawan itu ternyata adalah seekor ular, memikirkan itu membuatku bulu kudukku merinding.

" Bagaimana pun aku tidak dapat kemari. "

Melihatku mundur, dia terlihat tidak senang. Tangannya menyentuh ranjang, tubuhnya mendekat, wajah yang tampan itu tawa yang tidak menyenangkan.

Ini membuatku ingin mundur tapi tidak bisa, aku hanya bisa memojokkan diri dan bergetar.

" Tolong jangan makan aku, raja ular. "

Aku memohon, sangat takut dia tidak senang lalu berubah menjadi ular lalu menelanku masuk ke perutnya.

" Hehe, tidak memakanmu juga boleh, hanya saja aku ada satu syarat. "

Melihat aku yang terkejut, dia memakai kesempatan itu untuk mengajukan syarat. Suaranya yang maskulin membuat telingaku merinding.

" Asalkan kau, Raja Ular, tidak memakanku, syarat apapun aku ikuti. "

Seakan sudah tidak ingin hidup, asal tidak ditelan ular, apapun aku ikuti.

Si Tampan tertawa jahat, dia menginginkan hasil yang seperti itu.

" Tinggallah di sisiku, aku tidak akan memakanmu. "

Dia berbicara dengan datar, dua mata yang tajam menatapku.

" Tidak tidak. "

Memintaku tinggal di sisi ular, tentu tidak boleh seperti ini. Aku melambaikan tangan, ketakutan.

" Kenapa tidak? "

Mendengar aku menolak, wajahnya menghitam, banyak wanita yang berebut untuk ada disampingnya, tapi kenapa dia menolak? Bukannya dia akan menuruti apapun?

" Ehm, Raja Ular kau adalah ular, aku adalah manusia, bagaimana manusia dan ular berdampingan. "

Melihat ekspresi wajahnya, aku menjelaskan dengan hati-hati, jantungku tidak berhenti berdegup dengan sangat kencang.

" Kalau begini bagaimana, aku mencarikan seekor siluman ular yang cantik, lalu lepaskan aku? "

Kata-kataku baru saja seesai, lalu melihat eskpresinya makin tidak enak.

" Mulai lapar. "

Dia berpura-pura mengeluarkan ekspresi perut yang sangat lapar, sangat marah, perempuan ini berani menolaknya. Dia hanya menginginkan dia, tapi dia malah mau memberikan seekor ular yang cantik, ini malah membuatnya marah kan?

" Jangan, apapun yang kau katakan aku iyakan masih belum cukup? "

Menyadari aku salah bicara, aku tidak berani mengajukan syarat lagi. Aku tidak ingin menjadi santapannya, hanya ingin berkompromi dan bertahan hidup.

Ini masih cukup, ekspresinya menjadi cerah, di hatinya diam-diam merasa puas, seolah berkata menakuti dia dengan cara seperti ini pun cukup.

" Kalau begitu sepakat, kau harus bisa jadi jangan makan aku. "

Aku takut dengan responnya, mengulurkan jari dan menunjuknya.

Dia mengrenyitkan dahi, tersenyum dan menyulurkan jarinya untuk mengaitkan jarinya dengan jariku, dianggap telah mengerti maksudku.

" Janji kelingking, yang ingkar janji akan berubah jadi kura-kura. "

Aku berkata begitu,

" Janji kelingking, yang ingkar janji akan berubah jadi kura-kura. "

Dia juga mengatakan hal yang sama padaku.

Harus memegang kata-kata, maka tidak takut dia akan memakanku.

" Aku masih ada satu permintaan. "

Kataku dengan berani, sebuah syarat yang besar.

" Ya? Bilanglah? "

Asal mau tinggal, syarat apapun dia jalani, memintanya memetik bintang dan bulan untuknya pun dilakukan untuknya.

" Jangan berubah menjadi ular, tetap seperti ini saja, oke? "

Aku tidak ingin memintanya mengambil bulan atau bintang untukku, asal dia tetap berbentuk manusia saja sudah cukup. Membayangkan wujudnya menjadi ular saja aku sudah takut.

" Apakah kamu menyukai bentukku yang seperti ini? "

Tidak disangka dia berbalik tanya seperti ini.

Aku mengamati wajah rupawannya yang melebihi kecantikan wanita, lalu menelan ludah, ini tidak enak untuk dijelaskan...

" Asalkan.. asalkan kau tidak berubah menjadi ular saja bagus. "

Aku tidak langsung menjawabnya, hatiku berdegup sangat kencang. Walaupun aku pernah berpacaran sekali, tapi yang seperti ini baru sekali ini terjadi.

Melihat wanita yang ada di ranjang terlihat malu-malu, bibir si tampan melengkung, menandakan dia sangat puas.

" Aku menyetujuimumu, tapi kau juga harus bisa menyetujui untuk tidak pergi dari sini. "

" Baiklah. "

Aku mengangguk kuat-kuat, tapi di hatiku berpikir bagaimana caranya keluar dari sarang ular ini.

" Kalau begitu tinggalah disini baik-baik, aku meminta para dayang untuk membantumu berganti pakaian. "

Dia selesai bicara lalu tertawa melalui matanya. Kedua matanya memandang ke tubuhku yang terlihat montok.

Ya ampun, aku bau tersadar ternyata aku tidur dengan pakaian tipis. Aku langsung menutupi badanku, tidak membiarkannya melihat.

Melihat senyumnya makin lebar, barulah tersadar ini sudah terlambat. Saat dia tidur, dia sudah memandangi seluruh tubuhnya.

" Masuk! "

Sebuah suara yang datar terdengar, ada beberapa wanita cantik yang masuk lalu memberi hormat.

" Layani dia, awasi, jangan sampai dia kabur. "

Kata Austin menyuruh mereka.

" Kami Pembantu menurut pada Baginda. "

Para pelayan memberi hormat.

" Aku akan kembali menengokmu. "

Selesai memberi perintah, dia langsung pergi, meninggalkan aku yang memerah.

Ular mesum, kataku marah-marah dalam hati, malu bercampur marah.

Dia baru saja pergi, aku angsung memutar otak untuk kabur dari sini. Aku harus tahu bagaimana menghadapi mereka, tapi mereka ini bisa berubah menjadi ular. Memikirkannya saja jantung ini tidak bisa berhenti berdebar keras.

Aku tidak kabur? Tidak mungkin.

" Kami hendak membantu nona berganti pakaian. "

Setelah bicara, mereka memapahku turun ranjang, membantuku mengganti pakaian bersih. Ukurannya pas dan coraknya indah, tapi sayangnya aku tidak ada hati untuk menikmatinya. Hati ini sibuk memikirkan jalan keluar.

Lama memikirkan cara, akhirnya aku memiliki ide, ide yang cukup gila.

" Itu, aku sedikit lapar, bolehkah aku meminta sedikit makanan? "

Aku bicara kepada beberapa pelayan, meminta dengan lembut.

" Nona mohon menunggu, kami akan membawakan makanan untuk nona. "

Mendengar aku lapar, beberapa pembantu sibuk membawakan makanan untukku.

" Iya baiklah. "

Aku mengangguk, pas sekali aku bisa kabur dari sini.

Para pembantu ini bagaimana bisa tahu selera makanku, cuma karena tahu aku lapar, langsung mengambil makanan untukku.

Para pembantu baru saja pergi, aku diam-diam mengikuti agar bisa kabur.

Kali ini tidak boleh gagal, jika tidak, aku akan masuk ke perut ular.

Ingin kabur juga tidak mudah, setiap sudut ada penjaga. Aku sembunyi-sembunyi, sekuat tenaga mencari jalan untuk bisa keluar dari sini.

Setelah keluar dari istana ular, aku mendapat masalah baru, tempat ini dikelilingi gunung. Aku tidak menemukan jalan untuk bisa pergi dari sini, juga tidak sempat berpikir banyak-banyak. Yang penting aku bisa pergi dari ular itu. Walaupun dia sangat tampan, bagaimanapun juga dia adalah seekor ular. Aku tidak bisa tinggal bersama ular...

Sambil berlari ke satu arah, aku tidak sadar bahwa aku telah mengeluarkan banyak tenaga.

Saat para pelayan membawakan kue ke kamar, kamar itu kosong. Mereka kaget lalu beberapa pelayan sibuk melapor pada Raja Ular.

" Raja, para bawahan mencari Isabelle Yao sekarang juga, "

Para pengawal Raja yang ada disampingnya langsung bergerak mencari.

Mendengar dia pergi, suasana hatinya berubah menjadi tidak baik. Wajahnya mendingin, semua bisa merasakan kemarahan raja, membuat para pembantu menjadi gemetaran sambil bersimpuh. Perintah yang diperintahkan Raja Ular tdak dilaksanakan dengan baik, para pelayan tahu mereka akan dihukum.

" Dia tidak bisa kabur! "

Dia dengan dinginnya berbicara, kilau di matanya tidak lagi ada. Setelah Raja Ular pergi, penjaga Andrew Bai juga berubah dan pergi. Hanya tersisa beberapa pelayan yang gemetaran di dalam istana.

Tambah lagi setelah aku lari dari istana ular, masuk ke dalam gunung. Di gunung terdapat pohon besar dimana-mana, tidak bisa melihat jauh dan sekitar selain pohon. Bahkan puncaknya dimana pun tidak terlihat, semua dingin dan gelap.

Kenapa aku lari ke hitan ya? Teringat di dalam hutan mungkin ada siluman ular atau siluman lainnya, aku menjadi sangat takut. Aku keluar dari hutan tapi tidak tahu kemana harus pergi, aku tersesat.

Saat ini aku tidak tahu harus pergi kemana, selain ketakutan hanya ketakutan yang aku rasakan. Sedikit menyesal rasanya sudah kabur dari istana. Meskipun aku tinggal bersama lelaki tampan, tapi setidaknya dia bukanlah ular yang jahat. Jika dia hendak memakanku, apa dia bisa membiarkanku hingga sekarang ini?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hatin Prihatin
ceeita bagus lanjutin s dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status