แชร์

79. Penyedalan Daris si NPD

ผู้เขียน: SayaNi
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-22 14:05:03

Salah satu staff ahli Ryota, Erdy masuk setelah Bianca membuka pintu ruangan bosnya.

Tanpa menunggu izin, Erdy menyalakan proyektor yang menampilkan grafik dan video di layar besar di hadapan Ryota.

"Pak, ini tentang proyek bendungan di Batangtoru. Kita punya masalah," ucapnya langsung.

Di layar, tampak wajah tegang Kepala Operasional Infrastruktur dari lokasi proyek. Background-nya kabin lapangan, suara generator samar terdengar di belakang.

"Laporan pagi ini," ujar pria itu dari layar, "sisi barat jalur pengeboran longsor sekitar pukul lima. Excavator rusak, dua pekerja luka, tapi tidak fatal. Kami sudah aktifkan SOP tanggap darurat."

Erdy menyambung, menunjuk grafik pada layar. "Tapi ini masalahnya. Dalam dua jam terakhir, setidaknya 11 akun aktivis lingkungan menyebarkan video kejadian. Dengan menarasikan proyek kita merusak habitat harimau. Sudah trending dan mulai dipantau media nasional."

Ryota menegakkan punggungnya. Tatapannya berpindah dari Erdy ke layar.

"Sudah ada
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   82. Rumor Kampus Berbahaya

    "Baik, saya akan merayu kamu," ucap Elara pelan. Ia tidak yakin. Tangannya menyentuh dada Ryota, dan memberi dorongan kecil yang canggung. "Maaf, bisakah kamu mundur sedikit?" pintanya kemudian. Hah? Ryota mengernyit. "Oke," Suara yang keluar dari mulut Ryota. Ia pun mundur satu-dua langkah, diam, matanya tak lepas dari wajah Elara.Elara menarik napas dalam-dalam. Ia menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya kembali. Tatapannya tidak terlalu memohon. Biasa saja. "Kalau kamu tidak bisa bantu saya… saya cari bantuan di tempat lain dulu. Nanti kalau tidak ada yang bisa… saya balik lagi ke kamu," katanya, dan berjalan melewati Ryota tanpa ragu. Ryota mengernyit, dan berbalik menatap punggung Elara dengan heran. "Kau menolak untuk merayuku?" tanyanya hampir tak percaya. Sekarang dia main tarik ulur? pikir Ryota. Elara berhenti. Tubuhnya memutar seperempat lingkaran, menoleh ke arah Ryota. Ekspresinya polos, tak ada senyum, tapi ada sedikit kerut di keningnya, ciri khasnya saat se

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   81. Seduce me

    Elara berdiri di depan cermin besar di walk-in closet milik Ryota. Aroma samar dari shampo masih tertinggal di rambut basahnya. Beberapa helai melekat di leher dan pipinya. Ia mengenakan kemeja putih milik Ryota, tanpa apa pun di dalamnya. Kemeja itu longgar di tubuhnya, jatuh menutup setengah pahanya.Ryota berdiri di belakangnya. Ia mengangkat satu tangan, menyibak rambut Elara ke satu sisi, lalu mulai mengeringkannya dengan hairdryer. Gerakannya lambat, terlalu lembut untuk pria sepertinya. Angin hangat menyapu tengkuk Elara. Matanya terpaku pada pantulan mereka di cermin. Pria yang dua jam lalu membuatnya menggigil dalam cengkeraman brutal, kini berdiri di belakangnya—lembut, tenang. Pola itu tak pernah berubah. Begitu juga dirinya, tetap menyerah, tetap menikmatinya.“Apa saya boleh bercerita?” tanya Elara pelan.Ryota tidak langsung menjawab. Ia memiringkan kepalanya sedikit, menatap tengkuk dan garis bahu Elara yang tersingkap karena kancing kemeja atas yang terbuka.“Tentang

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   80. Batang Pisang

    Malam itu Rahayu, Dinda, Alia menikmati makan malam mereka tanpa beban apapun. Rahayu kini sudah sabar menyuapi Arka agar mau makan. Dinda dan Alia makan sambil sesekali tertawa kecil melihat sesuatu di ponsel masing-masing. Mereka tak sadar Daris masuk dengan wajah suram. Ia duduk, mengamati keluarganya, dan berdehem untuk meminta perhatian. “Aku dipecat," katanya padat. Singkat. Tiga pasang mata menoleh, dan saling tatap. “Maksudmu apa Daris?” Rahayu bertanya pelan. “Dipecat, Ma!” ulang Daris, suaranya meninggi. “Daris bangkrut!” “Lho, kalau dipecat, kan tinggal cari perusahaan lain, Mas,” sahut Dinda santai. Alia mengangguk setuju. “Iya, Mas Daris kan lulusan kampus bergensi, mantan direktur pula…” Daris menatap adik-adiknya lama. “Maaf, Alia. Kuliahmu harus ditunda. Tahun ini Mas nggak bisa bantu.” Alia meletakkan ponselnya, ekspresinya langsung berubah. “Mas, jangan bercanda. Alia baru dua bulan kuliah, masa harus berhenti?” Daris tidak menanggapi Alia, ia beralih k

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   80. Random nakal

    Setelah menerima kunci unit apartemen yang disewanya untuk tiga hari, Tania langsung menuju lift. Ransel di punggung, koper kabin di tangan. Ia baru tiba pagi ini dari Batangtoru. Hari ini ia dijadwalkan untuk bertemu tim manajemen, menyerahkan laporan lanjutan program CSR di kawasan proyek bendungan, perumahan warga terdampak, sekolah binaan, serta pengadaan air bersih. Begitu lift terbuka, Tania langsung masuk. Di dalam lift sudah ada Elara yang menenteng barang belanjaannya. Ia sudah masuk lift dari pakiran basement. Mereka saling melempar senyum samar. Tentu saja keduanya tidak saling mengenal. Tania membuka ponselnya yang bergetar.'Caca,' muncul di layar. Ia menjawab cepat, setengah membelakangi Elara yang berdiri di belakangnya.“Halo... iya, aku udah sampai. Langsung ke kantor pusat hari ini.”Suara di seberang terdengar menggoda,“Ngapain sih buru-buru amat? Udah nggak tahan pengen liat bos seksi itu live? Siapa namanya?”Tania terkekeh kecil, menoleh sedikit memastikan

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   79. Penyedalan Daris si NPD

    Salah satu staff ahli Ryota, Erdy masuk setelah Bianca membuka pintu ruangan bosnya. Tanpa menunggu izin, Erdy menyalakan proyektor yang menampilkan grafik dan video di layar besar di hadapan Ryota. "Pak, ini tentang proyek bendungan di Batangtoru. Kita punya masalah," ucapnya langsung. Di layar, tampak wajah tegang Kepala Operasional Infrastruktur dari lokasi proyek. Background-nya kabin lapangan, suara generator samar terdengar di belakang. "Laporan pagi ini," ujar pria itu dari layar, "sisi barat jalur pengeboran longsor sekitar pukul lima. Excavator rusak, dua pekerja luka, tapi tidak fatal. Kami sudah aktifkan SOP tanggap darurat." Erdy menyambung, menunjuk grafik pada layar. "Tapi ini masalahnya. Dalam dua jam terakhir, setidaknya 11 akun aktivis lingkungan menyebarkan video kejadian. Dengan menarasikan proyek kita merusak habitat harimau. Sudah trending dan mulai dipantau media nasional." Ryota menegakkan punggungnya. Tatapannya berpindah dari Erdy ke layar. "Sudah ada

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   78. Satu Keluarga

    Elara mengetuk cangkir kopi Ryota dengan sendok, pelan tapi cukup nyaring untuk mengalihkan pandangan suaminya dari layar ponsel. "Katanya tidak suka kopi dingin," ucapnya tenang, matanya menatap lekat. Ryota menoleh. Uap tipis masih mengepul dari cangkir kopinya. Ia menyeruput pelan—pahit, hangat, dan tetap tidak seenak kopi buatan baristanya. Namun ia tak pernah melarang Elara membuatkannya kopi. Tidak, sejak istrinya itu mulai melakukannya tanpa diminta. Haruskah ia meminta Rowena memanggil barista itu, besok...? Cup. Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di bibirnya. Ryota mengernyit—siapa yang berani?! Di hadapannya, Elara tersenyum licik. "Kalau kamu mau mencium, saat Anya tak melihat..." bisiknya, lalu kabur ke sisi Anya yang masih sibuk menghabiskan susunya. Ryota kembali menyeruput kopinya. Memanggil kembali barista itu... sepertinya bukan ide yang bijak. Elara tetap tenang menyantap sarapannya bersama Anya. Meski pikirannya terus mengutuk kegilaan yang baru saja d

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status