Share

Menghindar?

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2021-07-24 10:00:00

*Happy Reading*

Sebenarnya, ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Ina tanyakan pada Mbok Darmi. Demi menuntaskan rasa penasarannya.

Tetapi, wanita tua itu malah pergi begitu saja setelah mengatakan hal tadi, karena harus menyiapkan makan malam sebelum Pak Sean datang.

Sumpah demi apapun. Ina benar-benar penasaran sekali pada keluarga ini sekarang. Karena, apa yang barusan Ina dengan benar-benar terasa janggal, dan ... memang Ina juga kan belum kenal betul tentang keluarga ini.

Ina baru mengenal mereka satu hari, dan belum tahu apa-apa tentang keluarga ini. Jadi wajarkan, kalau Ina sangat penasaran sekarang.

Namun, sebagai orang yang di gadang-gadang akan masuk menjadi anggota keluarga. Ina tentu harus tahu bagaimana keluarga yang akan dia masuki ini, iya kan?

Setidaknya, Ina harus tahu sifat-sifat dan masa lalu Pak Sean, yang katanya akan menikahinya. Karena Ina tidak mau seperti membeli kucing dalam karung nanti.

Selain itu, sebagai calon istri. Ina wajib tahu bagaimana luar dalam pria yang akan menikahinya. Karena Ina juga sama seperti wanita lainnya, yang hanya ingin menikah satu kali seumur hidup.

Meski mungkin Ina bukan yang pertama untuk suaminya. Tapi Ina sangat berharap akan menjadi yang terakhir.

Karena itulah, Ina bertekad akan mencari tahu tentang keluarga ini. Sebelum dia benar-benar dibawa ke pelaminan nanti.

Pelaminan?

Benarkah Ina akan dibawa ke pelaminan?

Ina sendiri masih tidak yakin Pak Sean yang galak, namun tampan itu akan benar-benar mau menerimanya sebagai seorang istri.

Karena jelas terlihat, jika pria itu tak tertarik sama sekali pada Ina. Lalu, kenapa pria itu setuju menikah dengannya, ya?

"Non, kata nyonya. Enon suruh makan duluan saja. Nanti nyonya nyusul kalau sudah selesai menelpon," beritahu Eti. Salah satu pembantu baru di sini.

Tadi Nyonya Sulis bilang, Eti ini baru bekerja sekitar enam bulanan di sini. Itu berarti dia pasti tidak bisa Ina korek Informasinya.

Kenapa?

Karena Pak Sean sendiri sudah menduda selama tiga tahun. Jauh sebelum Eti masuk dan .... sudahlah, Ina yakin Eti gak akan tahu apapun tentang keluarga ini.

Menuruti titah yang diberikan. Ina pun mengikuti Eti ke meja makan, dan langsung berbinar saat melihat hidangan yang sudah memenuhi meja panjang tersebut.

Ada ayam goreng juga kesukaannya. Wah! Akhirnya Ina bisa makan ayam goreng sepuasnya, tanpa harus menunggu hari raya.

Alhamdulilah ....

Setidaknya Ina di sini tak akan kelaparan, kan?

"Ayo, non. Silahkan duduk. Bibi ambilin nasi, ya?" titah Mbok Darmi yang sudah menunggunya, dan melihat haru pada mata Ina. Gadis ini terlihat seperti anak kecil yang mendapatkan mainan kesukaannya.

Yang Mbok Darmi dengar. Katanya gadis ini dari keluarga kurang mampu. Jadi mungkin saja, dia jarang melihat makanan seperti ini.

"Ina boleh makan ayam goreng itu, dua gak, Bi? Ina suka sekali sama Ayam goreng," pinta Ina dengan harap.

Mbok Darmi pun tersenyum penuh kasih, sebelum mengangguk dan berkata, "Boleh, Non. Tiga juga gak papa. Atau ... di habiskan pun tidak masalah. Bibi masih punya satu ekor yang siap masak kalau kurang."

Mendengar itu, mata indah Ina yang sewarna madu pun berbinar senang, dengan lengkungan senyum yang makin terkembang di wajahnya.

Asyiikkk! Ina bisa makan ayam goreng sepuasnya sekarang, tanpa harus nunggu hari raya, dan menghabiskan uang Ayah dan Ibu.

Degh!

Mengingat hal itu. Senyum Ina pun seketika luntur. Karena kembali teringat pada kematian kedua orang tuanya.

Ina merasa dzolim tiba-tiba. Karena dia menyadari, jika dia bisa mendapatkan semua ini akibat kematian Ayah dan Ibunya. Rasanya, seperti menari-nari di atas pusara orang tuanya.

Ina merasa jadi anak durhaka.

"Loh, Non. Kenapa? Kok tiba-tiba sedih gitu?" tanya Mbok Darmi yang menyadari perubahan ekpresi Ina.

"Ina inget Ayah sama Ibu, Bi," lirih Ina kemudian.

Mbok Darmi yang memang sudah mengetahui cerita itu dari sang Nyonya pun merasa Iba, dan langsung mengelus pundak Ina sebagai suport untuknya.

"Nanti sholat jangan lupa kirim alfatihah, ya?" ucap Mbok Darmi memberi solusi.

Ina hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya dibimbing duduk di salah satu kursi makan yang ada di sana.

"Sekarang makan dulu. Biar gak sakit." Mbok Darmi lalu melayani Ina dengan penuh kasih sayang.

Melihat Ina yang lugu, Mbok Darmi seketika mengingat cucunya di kampung, yang usianya tak beda jauh dari Ina.

"Bi, Ina gak papa makan duluan? Nanti kalau Bu sulis sama Pak Sean marah, gimana?" Ada rasa khawatir menyusup hatinya. Saat menyadari jika sebenarnya dia hanya tamu di Rumah itu.

"Gak papa, Non. Kan Nyonya tadi udah nyuruh enon makan duluan. Nah, kalau den Sean. Sepertinya malam ini gak akan pulang, soalnya katanya sudah berangkat ke luar kota. Mengurusi cabang perusahaan yang masalah."

Eh? Jadi Pak Sean gak akan pulang? Kok, mendadak?

Itu tadi alasannya beneran, atau cuma alasan untuk menghindari Ina saja, karena sebenarnya pria itu tak mau menikahi Ina.

================================

Hayo bantu Ina menebak, yuk.

Siapa tahu ada diantara kalian yang cenayang.

Gimana? Udah bisa nebak belum akan kemana novel ini berlanjut.

Yuk komen banyak-banyak. Biar author makin semangat updatenya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
yeni diana sari
awas aj mak sean bucin ke ina
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan yang Pertama   Extra part terakhir

    *Happy Reading*Nyatanya, meski telah sampai ke Rumah sakit dengan cepat. Sebab kebetulan hari masih pagi dan juga memasuki weekend. Namun Ina masih harus berjuang sedikit lagi, karena pembukaan baru sampai tujuh."Kamu gila, ya? Istri saya sudah sangat kesakitan itu, kenapa tidak bisa langsung melahirkan sekarang?" Sean Murka, saat Ina hanya di masukan ruang persalinan namun tidak di beri tindakan apa-apa.Tidak, sebenarnya para perawat di sana langsung bergerak melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Bahkan sedang memasang Infusan ditangan Ina. Namun di mata Sean, itu tidak berefek apa-apa."Maaf, Pak. Tapi pembukaannya belum sempurna. Hanya menunggu sebentar lagi, kok, Pak.""Sebentar gimana? Kamu mau membunuh istri saya? Gak liat kalau istri saya sudah pucat seperti itu?!" salak Sean masih tak terima dengan prosedur rumah sakit.Rumah sakit apa ini? Katanya terbaik, tapi Melahirkan saja harus menunggu pembukaan sempurn

  • Bukan yang Pertama   Extra part 3

    *Happy Reading* "Mas ... Ina ... gak kuat. Ngantuk." Ina menyuarakan isi hatinya, seraya menatap Sean penuh harap. "Ya, udah. Kamu tidur aja. Biar Mas yang selesaikan," sahut Sean, mengusap lembut pipi Istrinya di sela gerakan pinggulnya yang teratur. "Tapi abis ini udahan ya, Mas? Mas juga harus tidur." Ina mengingatkan, namun ditanggapi Sean dengan seulas senyum tipis. "Gak janji, ya? Mas masih pengen soalnya." Ina pun hanya bisa mendesah panjang mendengar jawaban suaminya, karena memang bukan hal aneh lagi untuknya. Sejak awal pernikahan, Sean Abdillah mana puas hanya sampai stasiun sekali saja. Jalur express atau pun economi, pasti harus berkali-kali. "Ya udah terserah Mas aja. Puas-puasin , deh, sebelum harus puasa lama lagi." Sebagai seorang istri, Ina bisa apa selain pasrah? Meski kadang lelah, tapi Ina tidak berani menolak. Bahkan saat Sean memintanya belajar berbagai gaya pun, Ina pasrah. Dari gaya terlentang, miring,

  • Bukan yang Pertama   Extra part 2

    Byp Extra part 2*Happy Reading*Sean menggeleng tak habis pikir di tempatnya. Saat menyaksikan Ina begitu antusias memakan cilok yang baru saja Mira bawakan beberapa menit lalu.Oh, tenang saja. Sean tidak jadi membeli cilok sebanyak 200 ribu, kok. Karena untungnya, pas tadi Mira beli cilok si mamang tinggal 50rb saja. Jadi, hanya segitu yang Mira bawakan. Itu pun tetap membuat Sean terperangah saat melihat jumlahnya.Namun berbeda dengan Sean yang melongo terkejut melihat jumlah cilok yang dibawa Mira bersama seorang OB yang membantunya. Ina sendiri malah bersorak riang melihatnya. Karena, kapan lagi dia bisa makan cemilan gurih itu, selain saat Sean kecolongan seperti ini?Maklum, sejak Ina hamil, Sean memang lumayan rewel terhadap asupan gizi yang istrinya konsumsi. Hingga tak jarang, Ina pun harus putar otak, agar bisa mendapat semua camilan yang sangat dia idamkan itu. Bahkan tak jarang, Ina harus bekerja sama dengan Mbok Darmi, demi bisa men

  • Bukan yang Pertama   Extra part 1

    *Happy Reading*"Selamat siang, Bu." Sambut seorang wanita muda seraya berdiri dari duduknya, saat Ina baru saja memasuki lobby kantor suaminya."Siang, Mbak. Pak Sean, ada?""Ada, Bu. Silahkan. Perlu saya antar?""Ah, tidak usah. Terima kasih, ya?" ucap Ina diiringi senyum manis, sebelum sebelum meninggalkan gadis yang di kenalnya sebagai resepsionis kantor ini, untuk menuju lift yang tak jauh dari sana, untuk menemui suaminya.Sang Recepsionis itu pun membalas senyum Ina tak kalah manis, di balut rasa kagum pada sosok istri bos, yang tidak pernah berubah sejak awal diperkenalkan di kantor ini.Dari dulu, setiap kali datang ke kantor ini. Alih-alih menelpon Suaminya, Ina malah selalu menghampiri meja receptionis, dan memastikan keberadaan suaminya pada resepsionis. Tak lupa, setelahnya Ina akan berterima kasih dan memberikan senyum ramahnya pada siapapun yang menyapanya."Siang, Bu." Seorang karyawati di sana menyapa Ina

  • Bukan yang Pertama   Last part

    *Happy Reading*Mengutip permintaan Ina. Sean pun akhirnya mengadakan pesta sederhana di sebuah rooftop sebuah hotel, yang di sulap seperti pesta kebun.Orang-orang yang di undang pun tidak banyak. Hanya Rara dan keluarga kecilnya, Kairo dan istrinya, juga beberapa rekan bisnis yang lumayan dekat dengan Sean.Tidak lupa, semua pelayan Rumahnya pun, khususnya Mbok Darmi, Sean undang juga. Sebab meski bagi Sean, mereka semua hanya pembantu di Rumahnya, jelas itu berbeda dengan Ina. Bahkan bisa dibilang, mereka adalah teman-teman Ina. Maka dari itu, bagi Ina mereka wajib di undang."Pepet terus! Jangan sampai lepas. Hati-hati! Tikungan di depan banyak, kawan!"Sean langsung mendengkus kesal, Saat mendengar seruan lantang itu. Pelakunya tentu saja Ken, Si Dokter Obygn jahil sekaligus masih Sean jadikan musuh.Sudah dibilang, kan? Mengundang Ken itu bukan alasan ya bagus. Lihat saja kelakuannya, baru datang saja sudah bikin hebo

  • Bukan yang Pertama   Hubungan yang membaik

    *Happy Reading*"Mas? Mas? Mas?"Sean melenguh pelan. saat rungunya menangkap panggilan itu, beserta guncangan pelan di lengan atasnya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya, Sean pun membuka mata yang sebenarnya masih sangat perih.Netranya langsung menangkap keberadaan Ina yang tengah duduk di sampingnya, dengan tampilan yang sudah segar dan rapi. Aroma sabun mandi bahkan masih tercium dari tubuh istrinya itu."Hai," sapa Sean sambil tersenyum hangat, seraya mengusap pipi Ina, dan membawa kepala gadis itu mendekat ke arah bibir untuk di kecupnya pelan. Ina pun tersipu malu."Pagi, Sayang. Ada apa?" lanjut Sean, mengusap kembali pipi Ina yang tampak merona. Entah karena ciumannya atau karena panggilan sayang darinya."Pagi, Mas. Maaf ganggu tidur, Mas. Ina cuma mau ijin bantu Bi Darmi di dapur. Boleh, kan? Kata Mas kemaren. Ina harus ijin meski pergi ke dapur," terang Ina.Sean mengingat perintah itu, dan tentu saja, kembali mengu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status