Setelah keributan tentang Tamara yang dilabrak oleh istri dosen, semuanya kembali tenang dan mereka sedang fokus dengan materi yang diberikan dosen lain. Dan Tamara tidak kembali ke kelas setelah aksi pelabrakan itu.Sampai setelah waktu berlalu, akhirnya jam istirahat pun tiba dan kini Selena sedang berada di toilet. Seperti biasanya, toilet adalah tempat favorit para makhluk ghoib. Apalagi toilet itu umum yang sering digunakan oleh banyak mahasiswa dan mahasiswi di sana jadi Selena tidak suka menggunakan toilet umum sebenarnya karena di sana dia akan mendapati pemandangan yang tidak enak dipandang.Seperti saat ini Selena tidak sengaja melihat sosok yang sedang memakan darah menstruasi tepat di hadapannya, mereka menjilatinya dan ada banyak yang sejenis dengan yang Selena lihat itu. Selena berpura-pura tidak melihatnya dan buru-buru hendak keluar karena itu sangat menjijikan."Hiks.. Hiks.."Tiba-tiba Selena mendengar suara isakan perempuan saat dia hendak keluar dari kamar mandi, S
Akhirnya setelah bercerita dengan Linggar, Reyna merasa sedikit lebih tenang dan lega karena akhirnya ada yang bisa mendengar ceritanya dan juga percaya bahwa apa yang dia katakan dan dia liat itu memang ada. Linggar juga berkata pada Reyna bahwa dia memiliki teman yang memiliki kemampuan sama seperti Reyna, dan Linggar bilang akan mengenalkan Reyna pada temannya."Namanya Selena, dia juga punya kemampuan seperti lu, tapi dia terlatih dan kebetulan keluarganya pun orang dengan kemampuan yang kurang lebih sama, jadi gue rasa pasti Selena bisa bantuin lu." Ujar Linggar dan Reyna tersenyum senang."Makasih, Linggar." Ujar Reyna dengan sangat tulus."Banyak-banyakin istighfar, berdoa, dan yakin bahwa lu nggak sendirian, lu ada Allah." Ujar Linggar, dan Reyna pun terdiam sejenak.."Iya.. gue lupa.." Gumam Reyna..Di tempat Lain..Di kamar Selena, Selena sedang bersandar setengah rebahan di dalam pelukan Nicholas yang sedang membaca buku. Nicholas yang sedang membaca buku sangat tampan deng
Pada akhirnya Linggar tidak pulang, dan memutuskan menemani gadis itu di rumah sakit. Hanya karena sebuah rasa kemanusiaan, Linggar memutuskan untuk tidak meninggalkan gadis itu, dia takut gadis itu benar-benar melakukan hal nekat lagi.Yang anehnya benar-benar tidak ada seorangpun yang datang menemuinya, dan gadis itu sejak tadi hanya diam sambil makan makanan yang Linggar pesan karena dia tidak mau makan makanan rumah sakit, sebab hambar katanya."Makasih." Ujar gadis itu tiba-tiba."Hm, makan yang banyak supaya nggak anemia lagi." Ujar Linggar.Gadis itu menatap Linggar, dia heran mengapa Linggar bisa sampai rela menunggu di rumah sakit padahal mereka tidak saling kenal. Linggar hanya menabraknya di tangga dan membuatnya terluka sedikit, tapi Linggar bertanggung jawab penuh sampai membawanya ke rumah sakit."Kenapa?" Tanya Linggar, karena dia merasa ditatap oleh gadis itu."Kenapa lu nggak pulang?" Tanya gadis itu, Linggar pun menatap gadis itu balik."Lu takut gue masih mau bunuh
Linggar menghampiri gadis itu yang kini merasakan pusing di kepalanya, Linggar sangat merasa bersalah karena itu."Sorry, gue nabrak lu di tangga kampus tadi pagi, gue nggak sengaja." Ujar Linggar, gadis itu menatap Linggar dan tersenyum canggung."Nggak apa apa, makasih udah bawa gue ke rumah sakit. Maaf ya gue udah ngerepotin." Ujar gadis itu dengan lemah."Enggak, ini juga salah gue yang nabrak elu. Dokter bilang lu nggak apa-apa kok, cuma anemia berat aja. Kata Dokter lu harus di rawat paling nggak sehari supaya pulih." Ujar Linggar."Okay." Sahutnya."Lu butuh sesuatu?" Tanya Linggar, dan gadis itu tersenyum lemah."Enggak, makasih banyak. Lu boleh pergi kok, makasih udah bawa gue ke rumah sakit." Ujar gadis itu dan Linggar mengangguk."Okay." Sahut Linggar, dia akhirnya undur diri dan pergi meninggalkan gadis itu.'Gue udah tanggung jawab kok dengan bawa dia ke rumah sakit, gue udah bisa pulang.’ Batin Linggar saat berdiri di ambang pintu.Linggar menoleh ke arah gadis itu dan g
Karena dosen mereka tidak ada, jadi Selena dan Linggar pun berada di kantin sekarang untuk sekedar ngobrol sebentar sambil menunggu supirnya menjemput. Dan di kantin Tamara masih saja meminta Selena untuk menolong dosen mereka yang sekarang berada di rumah sakit."Selena, please bantuin gue." Ujarnya. Linggar dan Deon yang melihat itu sangat kesal dan keheranan mengapa Tamara sebersih keras itu meminta Selena menolongnya."Gue nggak bisa, Tamara.. gue bukan orang yang bisa segala hal, gue manusia biasa." Ujar Selena."Tapi kan lu berhasil nyembuhin ketua BEM, kok lu pilih-pilih!? Atau jangan-jangan lu nolong dia biar supaya dapet perhatiannya ketua BEM, ya!?" Ujar Tamara dengan lantang sampai yang berada di kantin menoleh pada mereka.BRAK!"Woi baskom karatan! Jaga ya omongan lu! jangan sampe gue jejelin sambel semangkok, nyaho lu!" Ujar Linggar yang kesal dengan tabiat Tamara."Nyatanya kok!" Ujar Tamara, dia sedikit tertekan dengan tatapan Linggar yang sangat tajam."Gue manusia bi
Sudah tujuh hari berlalu setelah kematian ayah Nicholas, dan hari dimana Selena menangis malam itu karena lelah dengan semua yang terjadi padanya. Selena diingatkan lagi untuk lebih bersabar dalam menghadapi ujian hidupnya.Seperti bagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Sholeh, bahwa perjalanan hidup pun ada tahapannya seperti bagaimana saat kita sekolah dulu. Pelajaran sekolah saat kita TK dengan saat kita SD saja sudah sangat berbeda jauh, sudah banyak tahapan yang dilalui sampai akhirnya kita bisa membaca dan menulis.Begitu juga hidup, semakin lama pasti semakin meningkat ujiannya. Tapi seberat apapun itu, jangan sampai kita lupa pada yang menciptakan kita, Allah. Percayalah bahwa di setiap kegelapan akan ada cahaya yang menerangi, saat kita mengingat sang pencipta."Dek, bangun sayang.." Nicholas membangunkan Selena yang masih meringkuk tidur di dalam pelukannya.Meski sudah menikah, Nicholas masih kebiasaan memanggil Selena dengan sebutan adek, karena itu pun adalah sebuah panggil