Home / Romansa / CEO Tampan Mencari Istri Salihah / Bab 28. Keresahan Akash

Share

Bab 28. Keresahan Akash

Author: Ucing Ucay
last update Huling Na-update: 2025-06-06 16:53:23

Pintu pagar Masjid itu terbuka. Di dalam, hanya ada cahaya remang dari lampu neon tua yang menggantung di atas mimbar. Tak ada suara. Tak ada orang. Hening.

Akash berdiri di ambang pintu, tubuhnya ragu untuk melangkah masuk. Tangannya sempat terangkat, hendak menyentuh tiang kayu tua di sisi gerbang, tapi ia urung.

Bahu kirinya bersandar ke dinding, dan kepalanya tertunduk. Entah kenapa, ada genangan hangat di matanya. Bukan tangis, tapi semacam perasaan yang sudah lama ia tahan. Perasaan yang tidak berani ia akui: Ia rindu Tuhannya.

Bukan karena rasa bersalah. Tapi karena sunyi di dalam dirinya mulai terlalu menyakitkan.

Di detik itu juga, Akash menyadari bahwa keresahan yang ia rasakan setelah pertemuan dengan Pak Ahmed dan Innara bukan semata karena cinta. Tapi karena harapan. Harapan untuk kembali menemukan siapa dirinya yang sesungguhnya. Harapan bahwa ia bisa memperbaiki yang pernah retak. Harapan bahwa ia tidak perlu terus merasa kosong.

Dan entah kenapa, suara Innara—atau siap
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 130. Menahan Amarah. 

    Akash sedikit berlari memasuki gedung perkantorannya. Langkahnya cepat dan pasti, meski napasnya sedikit tersengal akibat terburu-buru. Ia baru saja selesai dari urusan mendadak yang membuatnya harus meninggalkan Innara. Tapi sekarang, waktunya berpacu—buka puasa tinggal satu jam lagi, dan dia ingin kembali ke rumah Ahmed. Ingin menepati janjinya.Wibawanya sebagai CEO tetap ia jaga, meski tubuhnya terasa lelah. Ia tak mau karyawannya melihat sisi lemahnya. Senyumnya tetap tipis, dagunya terangkat. Tidak ada ruang untuk goyah, bahkan ketika napas belum sepenuhnya kembali normal.“Selamat sore, Pak,” sapa Laudia cepat saat melihat bosnya memasuki lobi. Ia segera menyusul Akash yang langsung melangkah menuju lift eksekutif.“Sore. Tolong siapkan air di ruang rapat kecil, saya tunggu Rashid dan Wildan di sana,” titah Akash sambil menekan tombol lantai atas.“Baik, Pak,” jawab Laudia dengan anggukan hormat, lalu berjalan ke arah pantry.Sesampainya di ruang kerjanya, Akash mendapati dua p

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 129. Candaan Receh

    “Aku boleh panggilnya di mana?” bisik Akash.“Insya Allah di pelaminan,” balas Innara cepat, namun pipinya merona habis itu.Akash nyaris tersedak napasnya sendiri. Ia menatap wajah Innara yang kini berpura-pura membaca tulisan kecil di kantong gula.“Kamu baru aja nyatain diri kamu sendiri, loh,” ujar Akash sambil mengangkat alis genit.“Enggak tuh.”“Bilang pelaminan, itu artinya kamu setuju nikah sama aku.”“Bisa diam nggak sih!” potong Innara panik, matanya celingukan ke arah petugas kasir.Akash tertawa pelan, sementara Innara sibuk menahan pipinya agar tak makin memerah.Mereka pun melanjutkan transaksi di kasir sambil tetap saling sindir dan tertawa kecil. Tapi di balik semua lelucon dan keisengan mereka, ada sesuatu yang perlahan tumbuh—perasaan hangat, kedekatan yang tak mereka sadari semakin kuat.Tanpa mereka tahu, seseorang di balik lorong minuman masih terus memperhatikan dengan tatapan penuh dendam.***"Jumlah totalnya tiga juta lima ratus lima puluh lima ribu rupiah, K

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 128. Semakin Dekat. 

    Sambil berjalan di lorong sayur mayur, Innara mulai memilih-milih bahan. Akash mendorong troli mengikuti dari belakang, sesekali memberikan komentar iseng tentang tomat yang menurutnya "terlalu merah untuk jadi jujur" atau wortel yang "terlalu kurus buat jadi sehat".“Mas, kamu mau seafood?” tanya Innara tiba-tiba saat mereka sampai di area ikan hidup.Akash menoleh dan matanya langsung terpaku pada akuarium besar berisi ikan-ikan segar yang berenang lincah.“Boleh,” jawabnya sambil mendekat ke kaca akuarium, terpukau seperti anak kecil melihat mainan baru.Innara mulai sibuk memilih kerang, cumi, udang, dan beberapa bumbu khas laut lainnya. “Mas, mau dimasak apa? Saus tiram? Asam manis? Sup seafood?”"Terserah kamu aja," jawab Akash singkat, matanya tak lepas dari ikan yang berenang."Mas!" semprot Innara karena kesal mendapat jawaban malas."Heum?" gumam Akash tanpa menoleh, masih terpaku menatap seekor kakap merah yang tampaknya menarik perhatiannya.Innara menggeleng pelan. Pria i

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 127. Permintaan Maaf Atthallah

    Akash, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. Tapi nada bicaranya tetap tenang, bahkan nyaris seperti bicara pada diri sendiri.“Saya juga nggak nyangka, Bu Pipit … Roni orang yang kuat. Saya pikir dia tipe pria yang bertanggung jawab. Tapi … ya, kita nggak pernah benar-benar tahu isi hati seseorang.”Pipit menunduk lagi, mengangguk pelan.“Bu Pipit, sabar ya … semoga ada jalan keluar terbaik,” sambung Innara dengan suara lembut. Ia menatap Pipit dengan tulus, tanpa sedikit pun kesan menyalahkan. “Kita doakan, mudah-mudahan Allah bukakan pintu hidayah untuk Bang Roni.”Mereka bertiga saling pandang, dalam diam. Masing-masing dengan beban dan luka yang berbeda. Tapi di antara kesunyian dan air mata itu, ada satu kesamaan—mereka sama-sama tidak ingin Lina kehilangan masa depan hanya karena kesalahan orang dewasa.Akash meraih tangan Lina dan menggenggamnya pelan. “Kamu kuat, ya … demi Mama, demi Papa, kamu harus jadi anak pintar.”Lina mengangguk kecil, masih tersedu, tapi mulai tenan

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 126. Kekecewaan Pipit

    ---"Lina?" seru Innara kaget begitu memasuki Kantor Polisi bersama Akash.Langkahnya otomatis terhenti saat melihat sosok mungil itu duduk di kursi tunggu bersama seorang wanita dewasa yang tidak lain adalah ibunya. Wajah mereka tampak muram, khawatir, dan lelah seolah dunia sedang runtuh di atas kepala mereka.Gadis kecil itu segera menoleh ke arah suara yang memanggilnya, lalu berlari tanpa pikir panjang dan langsung memeluk Innara erat-erat. Tangisnya pecah begitu sampai di pelukan perempuan yang sudah seperti kakaknya sendiri itu."Tante Innara!" tangis Lina sambil menyembunyikan wajahnya di leher Innara.Tanpa pikir panjang, Innara langsung mengangkat tubuh mungil itu ke dalam gendongannya. Lina menggenggam erat bajunya, seolah tidak ingin dilepas."Lina, tenang sayang ... ada apa ini?" bisik Innara lembut, tangannya membelai rambut si kecil, berusaha menenangkan.Akash yang semula sedang mencoba menghubungi pengacaranya lewat ponsel, mendadak ikut menghentikan kegiatannya. Tata

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 125. Keputusan Ahmed

    Niatnya hanya memejamkan mata sebentar untuk mengistirahatkan pandangan—namun lima menit menjadi sepuluh, lalu berlanjut hingga Akash benar-benar tertidur dalam posisi setengah duduk. Napasnya pelan dan teratur. Di layar laptop, email masih terbuka, dan kacamata nyaris tergelincir dari hidungnya.Tak lama kemudian, Innara keluar dari kamarnya. Penampilannya rapi, formal, dan seperti biasa: elegan tanpa perlu berlebihan. Ia tampak sibuk mengecek isi tasnya satu per satu, memastikan tak ada dokumen atau barang yang tertinggal. Di tengah kegiatannya, ia berpapasan dengan salah satu asisten rumah tangga yang sedang membersihkan ruang makan.“Mbok, nanti kalau Papa nanyain, bilang saya ke kantor, ya,” pesan Innara pelan.“Iya, Non,” jawab si Mbok sambil mengangguk sopan dan melanjutkan pekerjaannya.Sambil mengenakan tas di bahunya, Innara berjalan ke ruang tengah. Ia bermaksud pamit pada Akash.“Mas, kamu sudah selesai belum?” panggilnya sembari melongok ke arah sofa.Tak ada jawaban.“Ma

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status