Share

CRUEL HUSBAND
CRUEL HUSBAND
Penulis: Adinasya Mahila

BAB 1 : Revisi

Rintihan seorang wanita terdengar diiringi isak tangis di dalam sebuah kamar hotel yang terbilang cukup mewah. Ia baru saja selesai melakukan kegiatan yang seharusnya membuat dirinya terbang sampai ke atas awan. Namun, nahas. Malam itu dia malah menjadi bulan-bulan seorang pria yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya akan berlaku kasar seperti beberapa saat yang lalu.

Wanita bayaran itu menutupi tubuhnya dengan selimut dan meringkuk ketakutan. Sedangkan pria yang baru saja menuntaskan birahi kepadanya begitu santai memakai kembali kemeja dan jasnya.

“Jika aku tahu dia memiliki kelainan seperti ini, dibayar mahal pun aku tidak akan mau,” gumam wanita bayaran itu di dalam hati. Jangankan berucap, dia saja tidak berani menatap pria yang baru saja menumbuknya beberapa menit yang lalu itu.

Bukan kenikmatan yang wanita bayaran itu dapat, melainkan rasa sakit karena pria itu memukuli dan bahkan mencekik lehernya.

“Ini tambahan uang untukmu, pergilah berobat! aku yakin uang ini juga cukup untuk menutup mulutmu.”

Pria bernama Aaron itu keluar dari kamar tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sejatinya dia pun tak tahu kenapa dirinya bisa bertindak gila saat ingin menikmati surga dunia. Rasa takut pun menyelimuti hatinya. Pria itu seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda.

***

“Tunggu! apa Bapak bilang? Menikah dengan Mas Aaron?”

Icha yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya terkejut. Gadis berumur dua puluh empat tahun itu sampai tak sadar meletakkan piring dengan kasar ke meja. Dia membuat Ramadhan – bapaknya kaget.

“Lamaran itu datang langsung dari Pak Hendrawan, beliau bilang hanya kamu gadis yang cocok untuk Mas Aaron. Dia tidak ingin putra pertamanya itu mendapat gadis yang hanya ingin memanfaatkan harta mereka saja,” jawab Ramadhan mencoba memberi penjelasan ke putrinya yang sedikit tidak senang dengan rencana ini.

“Apa Mas Aaron setuju? Apa Bapak memi …. “

Belum juga Icha menyelesaikan kalimatnya, Nilam – sang ibu sudah keluar dari kamar dan langsung menyela. Wanita itu berkata bahwa Icha tidak perlu susah-susah memikirkan bagaimana pendapat Aaron, asal Hendrawan yang statustnya adalah majikan bapaknya setuju, maka tidak perlu menolaknya.

“Kita itu miskin, tawaran seperti ini seribu satu. Jangan sok menolak kamu Icha!”

“Bapak lihat sendiri, Pak Hendrawan tidak ingin putranya menikah dengan wanita yang gila harta tapi sepertinya dia akan memberi putranya mertua yang mementingkan harta,” sindir Icha. Bukan tanpa alasan dia bersikap ketus ke ibunya sendiri. Ini dikarenakan Nilam tahu bahwa dia sudah memiliki kekasih, tapi kenapa malah seolah setuju dengan pembahasan soal perjodohannya.

“Cha, pak Hendrawan juga pasti lihat-lihat, tidak sembarangan pilih calon mantu, kalau dia pengennya kamu jadi mantunya, itu jelas ada sesuatu dari kamu yang tidak dimiliki gadis lain.” Nilam duduk, dia menoleh Ramadhan dan suaminya itu mengangguk mengamini ucapannya.

“Pikirkan lagi Cha, karena pak Hendrawan juga sudah membahas hal ini dengan keluarganya,” kata Ramadhan.

Pria itu berharap putrinya akan berkata iya dan tak perlu berpikir lagi. Toh selama ini Icha sudah sangat dekat dengan keluarga sang majikan, bahkan beberapa kali putrinya itu menggantikannya menjadi sopir Hendrawan saat dia sakit atau sibuk mengurusi Masayu, anak bungsunya yang memang memiliki satu syndrome bawaan sejak bayi.

“Aku masih ingin kerja Pak, aku masih ingin menjadi wanita karier. Menurut Bapak kalau akau menikah dengan Mas Aaron apa yang akan terjadi? aku pasti tidak akan leluasa bergerak karena menjadi menantu orang kaya,” sangkal Icha.

“Tidak perlu bekerja ibu yakin uang bulananmu dari anak pak Hendrawan itu pasti sepuluh kali gajimu sekarang, atau bahkan seratus kali lipat. Kata orang zaman dulu, dalam keluarga pasti ada satu anak yang akan memutus rantai kemiskinan, dan ibu yakin itu kamu Cha.”

Icha tak bisa membalas lagi ucapan Nilam, dia memilih menghempaskan pantatnya ke kursi makan dengan netra berkaca-kaca. “Lalu apa aku harus putus sama Mas Bima? Aku nggak bisa Bu.”

“Pokoknya kamu harus nikah sama anak Pak Hendrawan, terima saja Pak lamaran itu,” kata Nilam ke Ramdhan. Icha tak bisa berkata-kata lagi, dia masih bingung dan berharap semua ini hanya mimpi.

_

_

Sementara itu, Hendrawan juga melakukan hal yang sama dengan Ramadhan. Ia memberitahu keluarganya bahwa ingin menjodohkan Aaron dan Icha. Sarapan di kediamannya pun menjadi sedikit tegang, hal ini karena Laras-istrinya baru saja menghempaskan sendok dengan kasar ke piring.

“Apa Papa sudah gila menjodohkan Aaron dengan anak sopir? Kalau hanya mencari gadis untuk putra kita, aku bisa mendapat yang jauh lebih baik segalanya dari dia,” ketus Laras.

“Kamu tidak bisa menolaknya, lagi pula Aaron juga sudah setuju,” jawab Hendrawan dengan enteng.

“A-a-apa?”

Laras menoleh putra pertamanya. Mulutnya komat-kamit tak percaya sedangkan Aaron nampak menyesap teh dari cangkir dengan tenang. Putranya itu memang memiliki pembawaan dingin. Namun, tetap saja urusan perjodohan dan pernikahan tidak bisa dianggap sepele.

“Ron! Katakan sesuatu! Mama tidak mengerti dengan jalan pikiranmu,” bentak Laras. Ia memalingkan muka frustrasi. Sementara putra kedua dan putrinya hanya diam sejak tadi mendengar perdebatan soal perjodohan ini.

“Aku sudah membahasnya dengan Papa, menurutku Icha tidak begitu buruk. Kami sudah saling mengenal dan Mama juga tahu betapa baik dan sopannya dia.” Aaron akhirnya buka suara.

Laras semakin mati kata, dia menyesal karena membiarkan Icha sering datang dan keluar masuk rumahnya. Gadis itu bahkan beberapa kali dia minta untuk menggantikan sopirnya. Hanya saja beberapa bulan ini Icha sudah mendapat pekerjaan dan jarang datang.

“Apa yang kalian sembunyikan dari Mama?” tuduh Laras. “Ada yang mencurigakan di sini, kenapa harus Icha? Ron, kamu tidak memperkosanya ‘kan? dia tidak sedang hamil anakmu bukan?”

Airlangga dan Farasya, adik kedua dan ketiga Aaron sampai tersedak. Mereka menoleh sang kakak yang masih saja bersikap datar meski sudah dituduh yang bukan-bukan oleh sang Mama.

“Pikiran Mama terlalu dangkal.” Aaron menjawab lantas berdiri. Ia tatap Laras masih dengan ekspresi yang sama. “Aku menyukai Icha sejak lama, dia gadis baik dan aku yakin bisa menjadi menantu yang baik juga di keluarga kita.”

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Febrinursetianingsih
Mampir ka na...
goodnovel comment avatar
Nellaevi
namanya aja wangi, hatinya busuk kek bunga bangke disebelah wkwkwkw
goodnovel comment avatar
Nia Kurniawati
aku mampir kak Na ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status