Share

Bab 03

Author: Dhia Dharma
last update Last Updated: 2025-05-23 18:00:07

“Kemarin gimana sama anaknya Dania?” tanya Ayu setelah Ayyana ikut bergabung di meja makan, seperti biasa jika ada meeting pagi pasti Ayahnya akan berangkat lebih awal.

“Jangan bahas itu deh Bu, aku males.” keluh Ayyana.

“Kok gitu?”

“Ibu tau nggak, anak Tante Dania yang aku temui itu bukan yang mau nikah, mana  orangnya nyebelin banget, nggak bisa diajak ngomong serius.”

“Tapi Fakhri ganteng kan?” goda Ibunya.

Ayyana memicingkan mata, menatap curiga pada perempuan itu. “Ibu tau yang aku temui itu bukan calon pengantinnya?”

Menyadari raut wajah Ibunya, Aya mendelik. “Terus kenapa nggak bilang sama aku?”

“Kalau Ibu bilang, yang ada kamu nggak akan mau ketemu Fakhri.”

“Ibu nggak tau ajah gimana nyebelinnya itu orang, ya Allah nggak lagi-lagi deh Bu aku ketemu sama dia.”

“Heh, nggak boleh ngomong gitu,” tegur Ayu. “Jodoh nggak ada yang tau loh, nanti ternyata Fakhri jodoh kamu gimana?”

“Ibu mah jangan aneh-aneh.” Aya mengerucutkan bibir tak suka dengan ucapan sang Ibu.

Ayu menanggapi ekspresi Ayyana dengan kekehan pelan, tak ingin mood Ayyana semakin  buruk ia mengalihkan pembicaraan.

“Oh iya, tadi ayah nelpon minta tolong di bawakan tas yang ada di meja kerjanya. Di dalamnya ada laptop sama berkas, nanti laptopnya anterin Adrie terus berkasnya bawain ke kantor.”

“Emang Kak Adrie udah balik dari luar kota Bu?”

“Iya, tapi langsung ke kantor klien-nya buat meeting.

“Oh, ya udah nanti aku anterin.”

oOoOo

Ayyana memarkirkan mobilnya di depan sebuah perusahaan bernama ‘WR ALIANS’ sesuai dengan nama kantor yang diberitahukan Adrie lewat pesan. Ia pun segera menghubungi pria itu  namun tak ada jawaban.

Lelah menghubungi Adrie yang entah sedang apa sampai tak melihat panggilannya yang sudah menggunung, Ayyana memilih mengantar laptop tersebut ke dalam, namun baru saja hendak melangkah memasuki lobby suara seseorang menghentikannya.

“Kamu ngapain disini?” Tanya Fakhri yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Raut wajah Ayyana seketika berubah ketus. “Bukan urusan Bapak,” jawabnya hendak beranjak.

“Saya wajib tau semua hal yang berkaitan sama kamu.”

Ayyana berbalik lalu mendelik kesal. “Bapak nggak perlu repot-repot ngurusin hidup saya.”

“Harus dong, kamu kan calon istri saya.”

“Jangan mengklaim seenaknya,” sungut Ayyana.

“Kalau nggak enak saya juga nggak suka.”

Ayyana memutar bola mata jengah. “Nggak nyambung.”

Fakhri tertawa pelan, entahlah ia merasa senang saja mengusili Ayyana. “Mungkin kamu kangen sama saya.”

“Yang ada saya eneg liat Bapak.”

Ayyana segera menjauh, bisa gila ia kalau kelamaan bersama pria itu. Ia kembali menghubungi Adrie namun sialnya malah tidak nyambung sama sekali.

“Kak Bayu.” panggil Ayyana saat melihat Bayu di lobby.

Pria yang sebentar lagi akan berstatus sebagai suami Ririn itu menoleh cepat ke arah Ayyana.

“Kak Bayu kerja disini?” 

“Iya. Kamu ngapain?” tanya Bayu.

“Kebetulan kalau gitu, aku mau nganterin laptop buat Kak Adrie. Aku nitip sama Kak Bayu ajah bisa nggak?”

“Sory banget nih Ayy, aku lagi banyak kerjaan. Kamu langsung ke ruangan pimpinan ajah, Abang kamu ada disana. Ruangannya di lantai tujuh.”

Belum sempat Aya menjawab, Bayu sudah pamit dan menjauh. Dengan terpaksa ia menuju lift dan menekan angka tujuh sesuai instruksi Bayu. Begitu sampai, ia menghampiri meja sekretaris dan kemudian di arah kan ke ruangan orang nomor satu di kantor itu.

Tapi bukannya bertemu Adrie, Ayyana justru kembali harus berhadapan dengan Fakhri. Kenapa lelucon takdir harus segaring ini?

“Segitu kangennya sampai nyamperin saya ke sini?” Senyum menyebalkan Fakhri kembali menghiasi wajah tampannya.

“Saya kesini mau ketemu Kak Adrie, bukan Bapak.”

“Jelas-jelas ini ruangan saya, bukan ruangan Adrie.”

Jengah menghadapi Fakhri, Ayyana memilih keluar. Melihat hal itu, Fakhri menepuk tangannya dua kali lalu beranjak mendekat.

“Kok pintunya kekunci sih?” keluh Ayyana berusaha membuka pintu, sementara di sampingnya Fakhri bersandar di tembok dengan santai.

“Buka pintunya Pak, saya mau keluar,” ujar Aya menyerah.

“Ternyata kamu bukan cuma ngambekan ya, tapi juga manja. Saya jadi tambah suka.”

“Saya tau kalau ini kerjaan Bapak. Buka nggak!”

“Saya nggak ngapa-ngapain dari tadi.”

Ayyana menarik nafas dalam, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kemudian mengikuti gerakan Fakhri dengan menepuk tangannya dua kali berharap pintu bisa terbuka, namun tetap saja tidak bisa meski ia sudah bertepuk tangan puluhan kali.

“Kamu ngapain sih?” Fakhri tergelak melihat kelakuan Ayyana.

“Iihh… Bapak tuh nyebelin banget tau nggak jadi orang.”

“Biarin.”

“Bapak maunya apa sih?”

“Nikah sama kamu.”

Ayyana lantas menginjak sebelah kaki Fakhri hingga pria itu mengaduh kesakitan “Nggak boleh galak-galak sama calon suami.”

“Bodo. Sekarang buka pintunya atau saya injak lagi?”

“Saya buka, tapi dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Kalau dalam jangka waktu seminggu ke depan kita ketemu lagi, kamu harus nikah sama saya.”

Mata Ayyana membola, syarat apaan itu? “Bapak gila ya?”

“Ya udah. Dinner sama saya,” tawar Fakhri.

“Nggak.”

“Terakhir. Makan siang sama saya.”

Ayyana berpikir sejenak. “Oke. Tapi kalau selama seminggu ke depan kita nggak ketemu, Bapak harus janji gak akan gangguin saya lagi.”

“Deal,” setuju Fakhri mengulurkan tangan namun tak mendapat sambutan dari Ayyana. “Saya pastikan kita akan ketemu.”

“Insya Allah, enggak.”

Fakhri memberikan senyuman terbaiknya, lalu dengan sekali tarikan saja pintu ruangan itu dengan mudahnya terbuka menampilkan sosok Adrie yang melangkah mendekat dengan raut wajah bingung.

“Udah nyampe? Kenapa nggak ngabarin?”

Ayyana menatap Adrie seolah ingin menelannya hidup-hidup. “Kakak dari mana ajah sih? Nyusahin tau nggak.”

“Abis sarapan di bawah. Kenapa sih?” tanpa menjawab, Ayyana melenggang pergi dengan wajah dongkol setengah mati setelah memberikan laptopnya.

“Eh,” Adrie menepuk pelan lengan Fakhri. “Lo apain adek gue?” tanyanya mengikuti langkah Fakhri memasuki ruangan.

“Gue ajak nikah, tapi nggak mau.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 34

    “Tolong jaga adik gue dengan baik.”Tangan Fakhri bergetar hebat, cairan darah bertebaran dimana-mana, bahkan kini pakaian putihnya pun sudah setengahnya berwarna merah.Pria di pangkuannya saat ini terus saja menggumamkan satu kalimat yang sama, pesan untuk ia menjaga adiknya.“Lo harus kuat Za, sebentar lagi ambulans datang. Lo harus bertahan.” Ucapnya sesak.Air matanya sudah tak terbendung, tak kuasa menyaksikan sahabatnya kesakitan dan tak berdaya.“Gue titip Jihan, ya.”“Jaga dia baik-baik.”“Reza… Lo harus kuat.” Tubuh Fakhri bergetar hebat memeluk tubuh berlumur darah itu. Keringatnya bercucuran, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai Reza kenapa-kenapa.“Dia udah pergi Fakhri, kita harus bisa ikhlas.” Ucap Daffa memegangi pundaknya dari belakang.“NGGAK! NGGAK MUNGKIN.” Fakhri berteriak histeris, sosok Reza yang tadi berbaring dengan lumuran darah di pangkuannya kini sudah berada diatas brangkar rumah sakit dengan kondisi pucat pasi bersama kedua orang tuany

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 32

    “Lah, pengantin baru bangunnya cepat banget?” Ujar Adrie mendekati Ayyana yang sudah bergelut di dapur bersama Luna, keduanya tengah sibuk membuat sarapan.“Emang ada aturannya kalau pengantin baru harus bangun siang?” Tanya Ayyana balik.“Ya kan kasian suaminya tinggal, minimal tungguin kek sampai bangun.”“Apa sih? Dia tuh udah gede, Gio ajah kalau bangun langsung keluar kamar sendiri.”“Ya beda lah.”“Terus Kak Adrie sendiri gimana? Kak Alma udah dari tadi disini.”“Kita mah udah lama nikahnya Aya.”“Sama ajah.”Luna yang mendengar perdebatan mereka hanya geleng-geleng kepala, syukurnya Ayu datang dan segera melerai mereka berdua. “Heh? Ini kenapa pagi-pagi udah pada ribut sih?”“Tuh Bu, Kak Adrie yang mulai.”“Ya kan kasian Bu, suaminya ditinggal.” Bela Adrie. “Teman Kakak tuh, harus kamu layani dengan baik.”“Iya tau, nanti aku kasih pelayanan bintang lima buat Pak Fakhri.”“Eh, kok manggilnya gitu?” Sela Ayu. “Masa suami masih dipanggil Pak sih, belajar panggil Mas mulai sekara

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 32

    “Dia gadis yang lucu,” Ucap Fakhri tanpa mengalihkan pandangnya.Bayangan sosok gadis dengan seragam khas anak SMP tengah menggebuki seorang siswa SMA dengan ransel putihnya terlintas dalam benak Fakhri, pelan tapi pasti senyum di bibirnya pun kian mengembang.“Katanya nggak pernah menjalin hubungan karena terlalu sibuk tapi kayaknya Bapak punya kenangan indah soal cinta pertama.” Ejek Ayyana.“Mungkin lebih baik tidak saya ceritakan, takutnya kamu malah cemburu sama dia.”“Enak ajah.”“Jadi mau dengar?”Ayyana angkat bahu seraya menegakkan badan, bersiap mendengar cerita asmara seorang Fakhri.“Dia cantik.” Kata pertama yang menggambarkan sosok gadis itu, namun cantik relatif jadi Ayyana tak terlalu antusias.“Usianya empat tahun lebih muda dari saya, namanya sering saya dengar dari obrolan teman-teman di tongkrongan, tapi karena kata mereka dia punya kakak yang galak, jadi sulit untuk mendekatinya.”“Awalnya saya biasa ajah, sampai akhirnya kita pertama kali bertemu di depan sekolah

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 31

    “Makasih.” Ucap Dita begitu mobil Daffa berhenti di depan rumahnya.“Sama-sama Kak,” jawab Kayla dan Vano di bangku belakang, sementara Daffa hanya berdehem singkat.Begitu Dita keluar dari mobil, Kayla dan Vano kompak mengulurkan buket yang tadi ditangkap Daffa dan mendorong pria itu ikut keluar.Daffa hanya menghela nafas pelan, kesal dengan diri sendiri yang tak bisa menolak permintaan kedua bocah SMA itu.Dita menautkan alis, heran mengapa Daffa ikut keluar, “Kenapa?” Tanyanya.Dengan canggung, Daffa berjalan mendekat. Suasana malam yang terasa sejuk tiba-tiba saja berubah panas dan gerah. Daffa kembali berdehem, berusaha menormalkan perasaannya sendiri.Ia heran, kemana perginya rasa percaya diri yang ia punya dan bangga-banggakan selama ini? Bahkan ia mengakui dirinya sebagai pria yang mudah memikat hati perempuan mana pun. Tapi kenapa ia justru gugup berhadapan dengan Dita yang sudah jelas pernah ia taklukkan dulu.“Buat lo,” ucapnya mengulurkan buket tersebut.“Ngapain ngasih

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 30

    "SAH!"Ucapan para saksi yang duduk di sisi Fakhri membuat pria itu menghembuskan nafas lega."Alhamdulillah," lirihnya bersama beberapa orang yang lain termasuk Adrie, Raka dan orang tua mereka yang turut menyaksikan akad nikah tersebut.Hilman bahkan meneteskan air mata haru setelah berhasil menjadi wali nikah untuk putri satu-satunya.Setelah itu, Ayyana dengan pakaian pengantin putihnya keluar bersama Luna dan Alma sebagai pengiring pengantin.Fakhri menatap lamat perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya, perempuan yang pernah mengatakan bahwa takdir kadang suka melempar lelucon. Dan kali ini ia kembali membenarkan hal itu, nyatanya Ayyana yang dulu sempat ia sukai diam-diam saat perempuan itu masih berstatus siswa SMP, ternyata kini berhasil ia persunting sebagai istri meski dengan berbagai drama pelik.Begitu mereka berhadapan, Ayyana lantas diarahkan untuk menyalami tangan sang suami dan Fakhri sendiri membacakan doa pernikahan pada sang istri, lalu ditutup dengan mengecu

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 29

    Dita sejak tadi hanya mengaduk makanannya tanpa minat, perasaannya masih belum membaik sejak hubungannya dan Alvin kandas terhalang keyakinan Hal itu sebenarnya sudah jadi pertimbangan sejak awal, namun pengakuan Alvin yang bersedia untuk pindah meluluhkan hatinya. Tapi semua tak semulus yang mereka rencanakan, nyatanya untuk menyatu dalam ikatan pernikahan bukan hanya melibatkan dua orang tapi dua keluarga "Obat sakit hati tuh apa sih Ayy?" Lirih Dita frustasi Ayyana yang sedang asyik menyantap makanannya berhenti sejenak, memperhatikan sahabatnya yang seolah kehilangan semangat hidup Sesakit itu ya putus cinta? "Temukan cinta yang baru" Jawab Ayyana "Cinta yang abadi" "Nggak segampang itu" Keluh Dita "Lagian mana ada cinta yang abadi. Dunia aja fana kok" "Ada kok. Cinta pada Allah dan Rasulullah" Dita terdiam, ia bersandar pada kursi lalu tertunduk "Gue udah melenceng terlalu jauh kayaknya" Selama ini, Ayyana selalu mengingatkannya, Ayyana selalu memberinya nasehat bahkan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status