Share

Bab 07

Author: Dhia Dharma
last update Last Updated: 2025-06-29 18:00:01

Hari - H pernikahan Raka dan Maya. Meski disiapkan dalam waktu yang cukup singkat, namun acara yang berlangsung tetap diusahakan bisa terlaksana sebaik mungkin.

“Kak Aya, bisa ikut aku sebentar.”

Kedatangan Kayla mengalihkan perhatian mereka. Ayyana mengangguk, mengikuti langkah Kayla memasuki ruang tengah tempat acara inti berlangsung. Diatas pelaminan sana bisa ia lihat kehadiran keluarganya, lengkap dengan Gio. Keponakannya yang baru berusia lima tahun itu, tampak tampan mengenakan jas senada dengan Adrie juga ayahnya.

“Sini sayang kita foto bareng,” ajak Dania saat Ayyana mendekat. Mereka pun berfoto bersama dengan anggota keluarga lengkap.

“Sekali lagi kak,” ucap Kayla menyeret Ayyana kembali mendekati Raka dan Maya.

Tak hanya itu, Kayla bahkan dengan gesit mengikut sertakan Fakhri bergabung dengan mereka lalu mengatur posisi agar Ayyana bersebelahan dengan Fakhri di samping Rama dan Kayla sendiri mengambil tempat di samping Maya.

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Ayyana, terlebih saat menyadari tatapan dari Dania dan ibunya di ujung pelaminan. Ayyana rasanya ingin menghilang dari sana.

“Kamu kayaknya gugup banget deket sama saya.”

“Apa sih? Bapak nggak usah geer, saya cuma nurutin Kayla.”

“Jujur saja, kamu pasti senang kan bisa foto sedekat ini sama saya? Tadi kan kita ujung-ujungan.” tambah Fakhri semakin mengompori.

Ayyana memutar bola mata jengah, untungnya Raka segera menginterupsi keduanya untuk fokus menghadap kamera.

oOoOo

Sebagai satu-satunya orang yang menjadi saksi nyata segala permasalahan hidupnya, Daffa menjadi orang yang paling mengerti keadaan Fakhri. Termasuk paksaan dari Maminya untuk segera menikah dan juga tuntutan tanggung jawab yang dilayangkan Jihan.

"Tugas lo cuma satu," Daffa menatap Fakhri serius. "NIKAH! Setelah itu semua aman."

"Loe pikir gampang apa?"

“Gue tau, tapi kalau lo udah nikah, Jihan pasti akan berhenti gangguin lo,” ucap Daffa yang memang sejalan dengan Dania.

“Udah enam tahun Ri, gue yakin Reza dan orang tuanya udah tenang disana. Jadi berhenti selalu nyalahin diri sendiri dan nggak usah dengerin ucapan Jihan.”

“Tapi apa yang dibilang Jihan memang benar kan? Kalau bukan karena gue, mereka mungkin masih ada sampai sekarang.”

“Ajal itu urusan Allah.”

“Tapi Allah menetapkan ajal mereka lewat gue.”

Daffa menghela nafas, baginya apa yang menimpa keluarga Jihan sama sekali bukan kesalahan Fakhri meski secara tidak langsung nama Fakhri memang pasti akan terseret jika membahas perihal kecelakaan itu tetapi tetap saja, kejadian itu murni kecelakaan.

"Jihan hidup sebatang kara karena gue Daff," sendu Fakhri. "Dan bahkan, Reza nggak sempat lewatin momen wisudanya karena gue."

Bayangan kecelakaan yang menimpa Reza sehari sebelum perayaan kelulusan S2 mereka, seolah kembali muncul di pelupuk matanya. Fakhri menunduk dalam, bahkan sampai saat ini ia masih mengingat jelas kejadian itu.

Dan rasa bersalah yang ia punya semakin bertambah berat saat Jihan terus saja menyudutkannya.

"Gue paham gimana perasaan lo, tapi apa yang udah lo kasih sama Jihan itu udah lebih dari cukup Ri. Dari tempat tinggal, pendidikan, kebutuhan sehari-hari, bahkan sampai gaya hidupnya semua lo penuhi." ungkap Daffa.

"Loe berhak hidup bahagia dengan orang yang lo suka. Jangan korbanin hidup lo untuk hidup sama perempuan yang cuma akan jadi luka untuk diri lo sendiri."

Bagi Daffa, jika bersama Jihan, Fakhri hanya akan terus dihantui trauma dan rasa bersalah seumur hidup.

Keduanya lalu hanyut dalam hening, menatap langit malam yang tampak meneduhkan. Pesta pernikahan Raka dan Alma sudah berakhir beberapa waktu lalu dan semua orang sudah menepi untuk beristirahat kecuali mereka berdua yang masih terjaga di jam dua dini hari ini.

Trauma yang dialaminya membuat Fakhri sulit untuk tidur tanpa mengonsumsi obat, hal itu lantaran ia sering memimpikan kecelakaan tersebut, kejadian saat Reza memintanya menjaga Jihan dan juga tekanan pertanggungjawaban Jihan yang selalu menganggapnya penyebab utama atas kepergian seluruh keluarganya.

Hingga beberapa saat, Daffa membenarkan posisi duduknya. "Loe sama Aya beneran nggak ada apa-apa gitu?" Pembahasannya tiba-tiba melenceng jauh.

"Mau aja loe di kibulin Kayla."

"Semua keluarga punya pemikiran yang sama kali kayak gue," bela Daffa.

Fakhri mendesah. "Aya terlalu baik buat gue tumbalin dalam masalah ini."

”Kalian kan bisa bangun rumah tangga beneran, apa lagi dia bukan sosok asing buat hati lo."

Daffa mengerling, mencoba merayu Fakhri. Hubungannya dan Fakhri bisa dibilang jauh lebih dekat dibanding hubungan Fakhri dengan Raka, jadi bukan hal mengherankan jika bahkan pria itu mengetahui fakta bahwa sepupunya itu diam-diam pernah memiliki perasaan lebih pada Ayyana.

"Realisasinya nggak segampang yang loe bilang."

"Lo kan cakep Ri. Nggak sulit kali bikin Aya suka sama lo."

Fakhri tertawa sinis. "Gue rasa loe cukup tau, sifat adik teman loe itu kayak gimana. Baru lihat gue ajah, tatapannya udah se-sinis apa."

"Makanya lo ubah taktik dong," ajar Daffa. "Berguru sama gue urusan cewek."

Fakhri mendelik, tapi Daffa ada benarnya. Dia lebih berpengalaman dalam hal menaklukkan hati perempuan dibandingkan dirinya.

"Cewek itu semua sama ajah, butuh sosok yang bisa mengerti dia. Butuh sosok yang romantis, selalu memuji dengan kata-kata dan rayuan manis, memperlakukan dia bak putri raja dan yang paling penting dia butuh cowok berduit."

"Tapi kayaknya Aya bukan tipikal itu deh," ungkap Fakhri menurut penilaiannya setelah beberapa waktu mendekati perempuan itu.

"Loe mau ngajarin gue soal cewek?" Daffa tak terima dengan sanggahan itu. "Percaya sama gue, semua perempuan itu sama ajah."

"Cuman gue masih ragu sebenarnya deketin dia."

"Karena Adrie?"

Fakhri mengangguk. "Lo tau kan Adrie sesayang apa sama Aya dan kalau sampai dia tahu tentang Jihan, mungkin dia nggak akan izinin gue deket sama Aya."

"Nggak usah pikirin itu, soal Jihan itu biar jadi urusan gue. Sekarang yang penting adalah fokus sembuhin trauma lo dulu dan yang lebih penting dari yang terpenting, jauhin Jihan."

"Caranya?"

"Deketin Aya lah, nikahin dan hidup bahagia."

"Loe yakin gue bisa?"

"Bisa. Yang paling penting sebelum semua itu, perasaan lo sama Aya masih sama kan?’’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 65

    "Aku selalu percaya sama kamu selama ini Mas, bahkan saat Dita gencar minta aku selidiki pekerjaan kamu pun, aku tetap ada di pendirian yang sama. Tapi apa? Ternyata yang Dita bilang selama ini itu benar. Tega ya kamu bohongin aku selama ini."Melihat Ayyana histeris, Fakhri segera menarik Ayyana kepelukannya. "Sayang dengerin aku dulu. Kamu tadi janjikan bakal denger penjelasan aku. Please.""Dia itu bukan siapa-siapa, namanya Jihan. Dia adik teman aku dan aku kesana cuma buat jenguk dia sayang.""Terus kenapa harus bohong kalau kamu kesana buat kerja?""Aku minta maaf.""Kamu bilang ini salah paham kan? Jadi jangan minta maaf.""Kamu tenang dulu, kita bicara baik-baik."Ayyana menggeleng pelan, ia berusaha menjauhkan diri. "Kita nggak akan bisa bicara baik-baik dalam keadaan kayak gini.""Oke kita pulang ke rumah, aku jelasin semuanya.""Kenapa nggak jelasin disini?""Sayang, tenang dulu. Ing

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 64

    'Assalamu'alaikum, Mas.' "Wa'alaikumussalam. Sayang tolong lihat di kamar, kayaknya ada berkas aku yang ketinggalan." 'Map biru bukan?' "Iya bener. Aku minta karyawan aku kesana buat ambil, kamu tolong kasih ya." 'Nggak usah Mas, ini aku udah di jalan buat nganter berkasnya.' "Kamu kesini? Ya Allah, kan tadi aku bilang jangan kemana-mana." 'Aku bosen, lagian cuman nganter ini kan. Boleh ya?' "Kamu udah di jalan, baru nanya boleh." Ayyana cengengesan di seberang telpon, ia memang sengaja tidak mengabari sejak awal karena ia tahu Fakhri pasti tidak akan mengizinkannya pergi. Kalau sudah begini kan, suaminya itu tidak akan bisa melarang lagi. 'Maaf.' Ucap Ayyana kemudian. "Kalau gitu kamu hati-hati nyetirnya, nggak usah buru-buru. Mitingnya juga masih lama." 'Iya Mas.' Ayyana mengulas senyum penuh kemenangan lalu memutuskan panggilan setelah mengucap salam. "Aya udah nganter berkasnya ke sini, nggak usah suruh karyaw

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 63

    "Mau di pijit nggak?" Tanya Fakhri mendekati Ayyana yang duduk setengah berbaring di kasur."Enggak usah, Mas juga pasti capek kan.""Kalau cuma buat mijit kamu sih, masih kuat sayang."Ayyana tetap menolak, ia lebih memilih menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Keduanya duduk bersandar di kepala ranjang sambil menikmati tayangan televisi."Belum ngantuk?" Tanya Fakhri setelah beberapa lama.Ayyana mendongak menatap Fakhri yang tampak menguap, "Mas tidur duluan ajah." Katanya mengangkat kepala namun Fakhri menahannya."Aku temenin sampai kamu tidur."Ayyana yang memang inginnya di temani, segera mengulas senyum manis. "Makasih." Ucapnya lantas mengecup singkat pipi pria itu.Fakhri balas mengecup bibirnya, "Sama-sama."Ayyana buru-buru menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Fakhri. Meski sudah lama bersama tapi entah kenapa Ayyana merasa masih malu saja setiap kali Fakhri melakukan hal itu."Ingat, bumil nggak baik begadang.""Baru jam

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 62

    "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam." Jawab semua yang ada diruangan itu serentak saat Fakhri masuk."Nah, datang juga ini anak Mami." Seru Dania dengan nada kesal, percayalah jika tidak ada Ayu disana, ia sudah menjewer kuping Fakhri sampai merah.Fakhri menyalami tangan keduanya sebelum mendekati Ayyana yang sedang duduk bersandar menikmati sarapannya."Maaf sayang." Ucap Fakhri mengecup kening perempuan itu.Raut wajah pria itu jelas menampilkan kekhawatiran dan rasa bersalah yang besar, saat Dania memberitahunya terkait kondisi Ayyana, ia tidak berpikir dua kali dan segera berkemas pulang.Tak peduli bagaimana Jihan merengek memintanya tinggal lebih lama."Aku nggak apa-apa Mas.""Kirain Mami udah lupa jalan pulang kamu." Seru Dania lagi.Ayu mencolek lengan perempuan itu, "Itu mantu laki-laki aku satu-satunya loh, jangan di marahin.""Emang harus dimarahin sekali-kali Yu.""Udah ah, lebih baik kita keluar cari angin. Aya kan udah a

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 61

    'Gimana keadaan kamu sayang?' "Alhamdulillah Mas, udah mendingan." Ayyana tidak berbohong, ia merasa sudah jauh lebih baik sekarang. 'Aku minta maaf ya, aku belum bisa pulang.' Kondisi Jihan kembali drop setelah perayaan ulang tahunnya dan ia memaksa Fakhri untuk tetap tinggal sampai ia dibolehkan pulang dari rumah sakit. Dan seperti biasa Fakhri tidak punya pilihan, ia takut membuat Jihan semakin parah. "Iya, lagian ada Mami sama Kayla kok yang nemenin." 'Mami nggak marahin kamu kan?' "Enggak dong, Mami kan sayang sama aku. Justru kamu nanti yang siap-siap kena semprot pas pulang." Canda Ayyana. 'Aku mah udah biasa. Yang penting bukan kamu ajah yang marah.' "Kalau aku ikutan marah juga?" 'Emm... Aku ciumin sampai marahnya ilang.' "Apaan banget mainnya begituan." Fakhri terkekeh pelan, "Udah

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 60

    Bukannya membaik, kondisi Ayyana justru semakin parah. Suhunya meningkat sejak semalam, karena itu pula Dania memutuskan untuk ikut bermalam bersama Kayla. Ia tidak tega meninggalkan Ayyana dengan kondisi seperti itu, tadinya Dania hendak menghubungi Ayu tapi Ayyana melarang dan setelah dipikir-pikir ia tidak ingin ada kesalahpahaman berlebih kalau sampai orang tua Ayyana tahu Fakhri pergi meninggalkan istrinya dalam keadaan sakit. Sepanjang hari, tubuh Ayyana lemas, tidak nafsu makan dan sering muntah. Namun ia tetap bersikeras untuk tidak kerumah sakit, Dania sampai bingung sendiri bagaimana membujuknya. "Sayang." Panggil Dania masuk setelah mengetuk pintu kamar. Ayyana yang bergelut didalam selimut membuka mata sedikit. "Ada Ririn sama Dita nih." Beritahu Dania. "Iya Mih." "Kalian masuk gih, Tante bikinin minum dulu." Ucap Dania mempersilahkan keduanya masuk. "E

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status