Share

Cerita di Kereta Bawah Tanah
Cerita di Kereta Bawah Tanah
Author: Pelan-pelan Saja

Bab 1

Author: Pelan-pelan Saja
Namaku Farhan Bagaskara, umurku sudah dua puluh delapan tahun. Ironisnya, di usia ini, sebayaku banyak yang sudah menjadi ayah, sedangkan aku masih perjaka. Bukan karena aku tidak bisa atau aku tidak menarik. Masalahnya pacarku, Yola, terlalu menjaga diri. Selain berpegangan tangan, berpelukan, dan sedikit ciuman, dia tidak pernah mengizinkan yang lebih dari itu.

Suatu malam, aku tidak sengaja membuka tautan yang dikirim teman.

Setelah menonton beberapa video yang menampilkan wanita polos dan telanjang, membuat pikiranku panas, tubuhku terasa gelisah dan tidak tenang. Akhirnya aku memutuskan untuk menemui Yola.

Begitu bertemu, aku langsung menciumnya dengan tidak sabaran. Tanganku melingkari pinggangnya, menggerayanginya dengan acak, mencoba meredakan nafsu membuncah yang sejak tadi membakar dadaku. Tapi belum sempat apa-apa, Yola sudah mendorong tubuhku menjauh.

“Yola, aku ini pacarmu. Masa aku tidak boleh menyentuhmu sedikit saja?”

Melihat tubuh Yola yang begitu menawan, aku sulit menahan diri. Tanpa sadar, aku menggenggam kedua pergelangan tangan halusnya, berniat untuk menciumnya lagi. Namun Yola menolehkan kepalanya, dia menghindari ciumanku. Bahkan memberi satu dorongan keras di perutku, sambil memelototiku marah.

“Bukankah kita sudah sepakat? Setelah bertunangan baru boleh melakukan hal itu!”

Dorongan Yola hampir membuatku roboh, dia sungguh tidak main-main. Tapi melihat dada Yola yang lumayan besar bergerak naik turun sesuai ritme nafasnya, rasa sakit akibat dorongannya itu hilang. Digantikan dengan nafsu birahiku yang semakin membuncah, aku ingin melakukannya dengan gaya kasar.

“Aku tidak peduli. Kalau kamu tidak mau, setidaknya bantu aku. Kalau tidak, aku bisa stres sendiri dan kamu akan kehilangan pacarmu ini.”

Aku menatap wajahnya yang merona sambil terengah-engah. Yola menunduk, bingung dan pasrah, akhirnya dia hanya bisa mengangguk pelan. Tapi Yola terlalu polos, dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Setiap gerakannya membuatku meringis kesakitan.

“Ah… sakit… jangan begitu…”

Serangkaian upaya yang kami lakukan justru membuatku semakin tidak nyaman. Untungnya, Yola akhirnya setuju bahwa akhir pekan ini aku bisa datang ke rumahnya untuk melamar secara resmi dan menentukan hari pernikahan. Kalau orang tuanya sudah memberi kami restu, hubungan kami akhirnya bisa melangkah ke tahap yang lebih intens, tahap yang selama ini hanya ada di anganku.

Akhir pekan pun tiba. Aku berdandan rapi, memakai setelan jas, rambut ditata, sepatu mengilap. Aku berharap bisa memberi kesan baik pada keluarga Yola.

Di kereta bawah tanah menuju rumah Yola, pikiranku terus melayang. Aku membayangkan saat di mana aku bisa sepenuhnya memiliki Yola. Bayangan-bayangan itu terus berputar di kepalaku, sampai membuatku gelisah dan nafasku tanpa sadar menjadi berat. Tepat ketika pikiranku mengembara di titik paling liar, tiba-tiba sesuatu yang lembut menabrak tubuhku dari samping.

“Aduh… sakit…” Suara seorang wanita terdengar manja di telingaku, lembut dan menggoda sekaligus.

Bersamaan dengan suara itu, aroma harum yang manis menyeruak di indra penciumanku, membuatku spontan tersadar. Saat kepalaku menunduk, aku melihat seorang wanita berpenampilan menggoda. Wanita itu mengenakan pakaian berkerah V yang potongannya rendah, menampilkan belahan dadanya, yang sekarang sedang menempel padaku karena guncangan kereta.

Pandanganku secara naluri tertarik ke bagian depan bajunya yang sedikit terbuka, membuatku penasaran apa yang ada dibalik baju itu. Walau hanya sekilas, pemandangan itu tetap saja membuat nafasku tercekat. Dada wanita itu sangat besar dan sangat putih, belum pernah aku melihat dada sebesar itu. Tentu saja dadanya lebih besar dari punya Yola. Meskipun aku belum pernah menyentuh dada Yola, kurang lebih ukuran dada Yola hanya 36B, mana mungkin aku bisa kecanduan?

Sebelum wanita itu sempat bereaksi, aku mencoba menyentuh dadanya dua kali dengan siku. Kelembutan dan kehangatan yang sekilas terasa itu membuat pikiranku sempat buyar. Tanpa bisa mengendalikan diri, sejenak aku membayangkan bagaimana rasanya jika aku punya pacar berdada besar seperti dia. Namun ini jam sibuk, gerbong penuh dan sesak, orang-orang berdesakan di mana-mana. Jangankan berbuat macam-macam, menjaga jarak saja sulit. Aku hanya bisa sesekali mencuri pandang dan berimajinasi. Pada akhirnya aku harus mencoba menenangkan diri, meski bayangan tadi masih tertinggal samar di benakku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cerita di Kereta Bawah Tanah   Bab 9

    Setelah pikiranku jernih kembali, rasa marah langsung membakar dadaku. Aku hampir saja menendang pintu rumah Erina, kemudian menyeret dua perempuan tidak normal itu dan mempermalukan mereka. Namun, detik berikutnya aku menahan diri. Berbuat seperti itu tidak ada gunanya, itu terlalu mudah untuk Yola. Perempuan busuk yang berkhianat tanpa rasa berdosa harus diberi pelajaran yang setimpal.Diam-diam, aku mengambil ponsel dan merekam suara memalukan yang terdengar dari dalam. Setelah itu, aku langsung menghubungi seorang detektif, memintanya menyelidiki dan mengumpulkan bukti hubungan Yola dan Erina. Bagaimanapun, aku dan Yola sudah resmi mendaftarkan pernikahan kita. Putus bukan lagi sekadar kata. Dan uang mahar seratus tiga puluh dua juta yang sudah kuberikan, mana mungkin aku biarkan hilang begitu saja?Setelah semuanya beres, aku menelepon Yola, pura-pura tidak tahu. Aku ingin mendengar suara paniknya, ingin tahu alasan apa lagi yang akan ia karang untuk menipuku. Begitu mendengar ala

  • Cerita di Kereta Bawah Tanah   Bab 8

    “Ada apa? Bilang saja,” ucapku, aku sama sekali belum menyadari betapa seriusnya hal yang akan dia katakan.Hingga Rika membuka mulut dan menjatuhkan sebuah bom yang membuat tubuhku langsung menegang.“Hubunganmu dengan Yola… Pasti tidak akan bertahan lama. Karena… Yola punya orang lain.”Kalimat itu membuat kepalaku serasa meledak, telingaku berdengung dan jantungku seakan berhenti berdetak.Yola punya pria lain? Siapa? Bagaimana mungkin aku tidak tahu?Aku adalah orang pertama yang mengambil keperawanan Yola. Sebelum ini Yola sangat menjaga kepolosannya, dan itu bukan hanya ucapan belaka. Aku sendiri yang membuktikannya beberapa hari lalu. Kalau bukan pertama kali, mana mungkin dia sampai berdarah?Aku langsung mengelak dan berbicara dengan nada tinggi, “Tidak mungkin! Kamu tahu dari mana dia punya pria lain? Dia jelas-jelas masih perawan. Tidak mungkin ada perselingkuhan yang hanya pegangan tangan dan ciuman ringan?”Melihat aku sangat yakin dengan hal itu, Rika hanya menghembuskan

  • Cerita di Kereta Bawah Tanah   Bab 7

    Malam setelah tanggal pernikahan ditetapkan, aku langsung menarik Yola pulang ke rumahku untuk melampiaskan hasrat yang sudah menggebu-gebu. Yola juga sangat kooperatif, bahkan memintaku tidak memakai pengaman. Katanya, toh kami sebentar lagi akan menikah, tidak perlu pakai perlindungan. Kalau sampai hamil, kebahagiaan kami justru akan menjadi ganda.Aku seketika merasa hidupku sangat beruntung. Aku tidak menyangka Yola bisa berpikiran terbuka seperti itu. Belum menikah saja sudah berniat memberiku anak. Perempuan sebaik sangat langka.Aku pun dengan senang hati mendominasi permainan. Hanya saja, rasanya benar-benar tidak seperti yang aku bayangkan. Meski Yola sangat kooperatif dan tidak menolak sama sekali, tapi dia sangat membosankan di ranjang. Yola hanya diam kaku seperti batang kayu. Jangankan keterampilan, suara desahan manja pun tidak ada. Seluruh prosesnya seperti aku sedang bermain sendiri dengan boneka yang tidak punya jiwa sedikit pun.Dan setiap aku selesai, Yola pasti lan

  • Cerita di Kereta Bawah Tanah   Bab 6

    Memikirkan itu, aku tiba-tiba merasa sedikit iba pada Rika. Bagaimanapun juga, di usianya sekarang, adalah saat hasrat biologisnya sedang berada di puncak. Ayah Yola jelas sudah tidak berdaya. Jika tidak, mana mungkin meninggalkan istri secantik ini sendirian di rumah, sementara dirinya malah pergi memancing dengan teman-temannya? Kadang bisa sampai semalaman memancing. Bukankah itu berarti karena dia tidak berani pulang?Kemudian aku dengan sopan menyapa mereka berdua, “Paman… Tante, selamat sore.”Setelah itu, aku mengeluarkan hadiah yang tadi kubeli dan mengulurkannya ke depan.Ayah Yola melirik barang di tanganku. Kelihatannya dia cukup puas dengan apa yang kubawa, bahkan dengan sigap membantuku membawanya.“Anak muda, kamu perhatian sekali.”Tentu saja aku harus perhatian. Bagaimanapun, usiaku juga tidak lagi muda. Susah payah bisa menemukan pacar sebaik Yola, tentu harus kujaga sebaik mungkin. Di zaman penuh godaan seperti sekarang, Yola masih bisa mempertahankan keperawanannya,

  • Cerita di Kereta Bawah Tanah   Bab 5

    Rika mulai berbicara dengan tergagap, “Kamu… Kenapa… Kenapa kamu bisa tahu? Kamu… kamu siapa sebenarnya?”Ternyata benar seperti dugaanku, Rika adalah ibu tiri Yola. Dan aku hampir saja melakukan hal yang tidak senonoh dengan calon ibu mertuaku. Ini… ini benar-benar gila.Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, situasi ini sangat canggung. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskan identitasku pada Rika.Akhirnya, Rika justru menebaknya sendiri, “Kamu… jangan-jangan… pacarnya Yola?”Aku mengangguk, dan Rika langsung mematung.Suasana di sekitar mendadak hening dan sangat terasa canggung. Walaupun Rika bukan ibu kandung Yola, tetap saja posisi dan statusnya sudah jelas. Dan tadi, selain ‘hal itu’ yang belum sempat terjadi, tapi kami sudah terlanjur melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Bahkan aku sekarang lebih tahu ukuran dan lekuk tubuh Rika daripada tubuh pacarku sendiri.Melihat waktu yang semakin menipis, aku tidak sempat bicara banyak. Aku buru-buru mengenakan paka

  • Cerita di Kereta Bawah Tanah   Bab 4

    Tepat ketika aku bersiap menyerahkan keperjakaanku, suara pintu rumah Rika tiba-tiba terdengar seperti sedang dibuka dengan kunci. Seketika seluruh tubuhku melemas, mana mungkin aku masih punya pikiran untuk melanjutkan?Yang lebih panik dariku justru Rika yang berada di bawahku. Ia buru-buru mendorong tubuhku untuk menjauh dan dengan cepat bangun. Engsel pintu terlihat mulai diputar, dalam keadaan genting itu Rika menyeretku masuk ke kamarnya dan menyuruhku bersembunyi di dalam lemari pakaian. Begitu masuk ke lemari, aku akhirnya bisa menarik napas dan sedikit tenang.Namun saat aku baru saja merasa lega, tiba-tiba aku mendengar suara pacarku dari luar.“Ibu, Ayah mana? Belum pulang? Bukannya sudah aku bilang kalau malam ini pacarku mau datang untuk membicarakan rencana pernikahan kami? Kenapa sampai sekarang belum pulang juga?”Aku langsung terpaku di tempat saat mendengar kalimat Yola. Kepalaku seketika kosong. Tadi di rumah Rika jelas tidak ada siapa pun, tapi sekarang tiba-tiba Yo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status