Beranda / Romansa / Cinderella After Marriage / Penderitaan Yang Tak Ada Habisnya

Share

Penderitaan Yang Tak Ada Habisnya

Penulis: Queen Natha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 00:17:04

“Kenapa kamu bisa bersama Tomi,” suara Tian meninggi setelah menarik dan melempar Nora ke atas tempat tidur, Nora  tersungkur dan memegang pergelangan tangannya yang kesakitan karena genggaman Tian.

    “Hanya kebetulan bertemu, aku sedang membeli alat lukis di dekat situ, lalu mas Tomi mengajakku minum kopi,” jawab Nora.

    “Kebetulan bertemu? memang kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?” tanya Tian yang terlihat marah.

    “Kami bertemu pertama kali saat aku datang ke kantormu kemarin,” jawab Nora sambil menundukan wajahnya, dia tak berani melihat wajah Tian, dia tahu Tian marah besar padanya

   “Apa? aku bilang sama kamu dan tolong dengarkan baik-baik, aku mohon kamu jangan pernah muncul di kantorku atau di hadapan teman-temanku lagi,” balas Tian.

     Nora yang mendengar apa yang diucapkan Tian tersentak, mengapa Tian bisa berbicara seperti itu padanya.

    “Apa aku sehina itu di mata mu, sampai kamu memperlakukan aku seperti ini,” jawab Nora dengan suara bergetar.

    Tian yang tidak perduli hanya memalingkan wajahnya dari Nora, lalu pergi keluar kamar, Tian memutuskan untuk tidur di ruang kerjanya, dia tidak ingin membuang tenaga membenci hal yang Nora lakukan di luar sana, terlebih dengan adanya Tomi, Tian tiba-tiba teringat, dia harus menelepon Tomi, dia harus tahu alasan Tomi mengapa bisa bertemu dengan Nora, Tian langsung mencari kontak Tomi di handphonenya, tidak lama setelah nada tersambung, suara Tomi terdengar di seberang sana.

   “Halo Tom, lo berhutang penjelasan sama gue Tom, kenapa lo bisa kenal Nora?” tanya Tian yang langsung memberondong Tomi dengan pertanyaan.

   “Sabar sob, kenapa terdengar panik begitu sih, emang kenapa kalau gue ketemu Nora, kan dia istri lo, dan lo teman gue Ian, salahnya dimana?” jawab Tomi.

   “Ya, lo kan tahu gue gak mau Nora masuk di circle kehidupan gue,” balas Tian.

   “Lucu lo, dia kan istri lo, gimana caranya dia gak bisa masuk di circle kehidupan lo Ian, itu semua sudah di atur Tuhan Ian, lo aja yang gak pernah mau terima,” lanjut Tomi.

   “Udahlah, lo jelasin aja, gimana Nora bisa minum kopi dengan santai sama lo tadi,” tanya Tian.

   “Simple, gue ketemu Nora kemarin di kantor lo, saat gue maupulang gue liat dia di resepsionis, dan gue tahu lo gak akan mau ketemu Nora, jadi gue bilang lo keluar kantor dan gue merasa bersalah aja, jadi gue aja dia minum kopi, begitupun hari ini, gue gak sengaja ketemu dia saat di toko alat lukis, puas lo Ian,” jawab Tomi panjang lebar.

    Jawaban Tomi memang sama dengan apa yang Nora katakan tadi, tapi Tian masih merasa jengkel, tapi tak tahu apa yang mengganggu pikirannya, dia menjadi kesal setengah mati dengan Nora karena membuat dia mewawancara Tomi seperti ini.

   “Halo, Ian, lo bengong?” tanya Tomi.

   “Nggak, gue dengerin lo kok, ya sudahlah, gue capek, sampai ketemu besok Tom,” jawab Tian.

   “Ian gue cuma mau bilang satu hal sama lo, Nora tidak seburuk yang lo pikir, jangan sampai lo menyesal nanti,” lanjut Tomi.

   “Ah, apaan sih lo Tom, nyesel? gak mungkinlah, gue tahu apa yang gue lakukan, dan gue gak pernah punya perasaan dengan Nora,” balas Tian.

   “Semua terserah lo Ian, yang penting gue sudah kasih lo peringatan, jangan menyesal nanti,” lanjut Tomi.

   “Hmmm, okee, makasih nasihatnya pak,” jawab Tian singkat.

    Tian memutus sambungan teleponnya dengan Tomi, lalu dia membaringkan tubuhnya di atas sofa, matanya sangat mengantuk setelah semalaman kemarin ikut party di apartemen salah satu teman wanitanya, namun perkataan Tomi barusan masih terngiang-ngiang di kepalanya, apa yang harus dia sesali dari Nora, lalu Tian memejamkan matanya, tak perduli Nora yang sendirian menangis di kamar karena perlakuan Tian.

   Nora mengambil handphonenya, dia ingin menelepon ayahnya, bercerita semua yang terjadi padanya, namun Nora mengurungkan niatnya, dia tidak ingin ayah dan ibunya khawatir akan dirinya, Nora senang menjadi bagian dari keluarga Winata, mertuanya yaitu ayah Tian sangat memperlakukannya dengan baik, menyayanginya seperti anaknya sendiri, mungkin ayah mertuanya lebih menyanyangi dia dari pada putranya, Tian.

    Semua fasilitas yang Nora dapatkan adalah pemberian ayah dan ibu mertuanya, namun Nora tidak sampai hati untuk mengadu pada mereka atas perlakuan Tian terhadapnya, Nora hanya terduduk di lantai sambil bersandar di tepi tempat tidurnya, matanya memandang kea rah taman yang berada di balkon kamarnya, gerimis mulai turun kembali, Nora merasa alam pun menangis melihat dirinya yang sekarang.

    “Apakah aku begitu buruk rupa, begitu kampungan, begitu hina, sampai aku tidak boleh menampakan diri di tempat suamiku berada,” bisik hati Nora.

    “Tring..tring..tring,” ada pesan masuk di handphonenya, Nora membuka dan melihat pesan masuk tersebut, dari nomor tak dikenal.

    “Nora, apa kau baik-baik saja?” tanya pengirim pesan tersebut.

    “Aku baik, terima kasih, maaf ini dengan siapa,” jawab Nora.

   “Aku Tomi, ini nomorku, kalau kamu bertanya aku dapat dari mana nomor teleponmu, jawabannya adalah dari Tyas, Hahaha,” jawab pengirim pesan tersebut yang ternyata adalah Tomi.

    Hati Nora seketika lebih tenang, dengan pertemuan Tomi dan mengenalnya, Nora merasa mempunyai teman disini, dan menurutnya itu bagus untuknya, namun Nora tahu dia tidak boleh berhubungan dengan teman-teman Tian.

    “Aku baik, terima kasih sudah bertanya, mas Tomi” jawab Nora singkat, mengulang jawabannya.

    “Tapi aku yakin keadaanmu tidak baik saja Nora, karena barusan Tian meneleponku, nadanya sangat kesal, apakah kalian bertengkar karena kamu bersamaku tadi siang,” tanya Tomi.

    Nora yang membacanya sangat kaget dengan apa yang Tomi bicarakan, namun Nora tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimanapun Tian adalah suaminya, dan dia harus mematuhi perintah Tian apapun alasannya.

   “Maaf mas, kalau anda jadi terbawa-bawa, saya sudah memaafkan mas Tian, tidak apa-apa,” jawab Nora.

   “Kamu tidak mempunyai salah apa-apa Nora, jangan meminta maaf padaku, aku senang bisa mengenal istri Tian, dan kamu pantas di perkenalkan pada yang lain juga,” jawab Tomi yang selalu membuat perasaan Nora tenang.

   Mengapa kata-kata itu tidak keluar dari bibir Tian, mengapa Tian tidak pernah melihatnya seperti yang Tomi bilang, Nora merasa belakangan ini air matanya sudah terlalu banyak keluar, dia tidak melakukan apa-apa namun dia merasa tubuhnya merasakan kelelahan yang teramat sangat.

   Nora bangkit dari duduknya, dia berjalan ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya, Nora keluar kamar untuk mencari Tian, Nora yakin Tian berada di ruang kerjanya, saat Tian ingin sendiri, dia biasanya pergi ke ruang kerja dan tidak pernah keluar lagi sampai waktunya tidur, tebakan hati Nora benar, dia melihat pintu ruang kerja tebuka sedikit, tapi lampu di dalamnya tidak menyala, Nora membuka perlahan pintu ruang kerja Tian, dia melihat Tian tertidur di atas sofa, Nora kembali ke kamar dan mengambil selimut lalu memakaikannya di tubuh Tian.

    Nora memandang wajah Tian yang tertidur pulas, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak tahu apapun tentang Tian, selama ini Nora hanya sibuk mengejar cinta Tian, mungkin caranya memang salah, mungkin dia harus merubah caranya untuk mendapatkan hati suaminya, Nora yakin suatu saat nanti Tian akan melihat dirinya dan menyadari betapa Nora mencintai Tian.

    Tian terbangun dari tidurnya, dia melihat selimut yang membungkus tubuhnya, seingat dirinya semalam dia tidak sempat mengambil selimut untuk dia pakai tidur di ruang kerja, setelah dia bertengkar dengan Nora, seingatnya dia langsung keluar kamar meninggalkan istrinya itu.

    Tian lalu turun dari sofa dan berjalan ke kamar tidurnya, namun dia tidak melihat Nora disana, Tian merasa lega, itu tandanya dia tidak harus berpapasan dengan Nora dan harus memutar otak untuk sekedar berbasa basi, Tian berjalan ke kamar mandi, namun saat matanya melirik ke arah tempat tidur, Tian melihat baju kerjanya sudah disiapkan oleh Nora, seperti biasa, Tian terdiam lalu beranjak pergi ke kamar mandi.

    Nora masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi, kali ini dia hanya menyiapkan roti panggang dan kopi untuk Tian, dia mencoba menuruti semua perkataan Tian, Nora juga memutuskan tidak akan mengunjungi kantor Tian atau meminta dan berusaha membujuk Tian untuk mengenalkan teman-temannya kepadanya, meskipun itu tandanya dia harus rela kehilangan teman yang baru saja dia dapatkan, mas Tomi.

    Saat Tian turun untuk pergi bekerja, dia pura-pura mengacuhkan Nora yang sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan, namun Tian tahu ada yang berbeda hari ini, biasanya meja penuh dengan makanan yang Nora siapkan untuknya, namun hari ini hanya ada roti panggang dan secangkir kopi, memang selama ini hanya itu yang Tian sentuh untuk sarapan.

    “Sarapan dulu,” sapa Nora sambil tersenyum pada Tian.

    “Hmm,” jawab Tian singkat, lalu menyeruput kopi dan mengambil roti panggang yang di sediakan Nora untuknya,

    “Aku minta maaf soal kemarin,” lanjut Nora.

   Tian yang mendengar permintaan maaf Nora sedikit tercengang, namun dia tidak ingin terlihat oleh Nora, dia pura-pura tak acuh dengan apa yang Nora sampaikan, permintaan maaf Nora membuat perasaan Tian seperti ada yang mengganjal.

    “Aku tidak akan terlihat di kantormu ataupun mencoba mengenal siapa teman-temanmu, atau semua hal yang kamu tidak suka, aku akan menurutinya, aku minta maaf sudah membuatmu marah,” lanjut Nora, yang masih saja tidak mendapatkan respon dari Tian.

    Nora tidak tahu lagi harus berkata apa, wajahnya hanya memandang gelas kopi di hadapannya, dia berharap Tian mau memaafkannya, meskipun Nora sendiri merasa bingung mengapa dia harus meminta maaf atas hal yang menurutnya tidak salah, tapi itulah Nora, dia terlalu kalah oleh cintanya pada Tian.

    “Bagus kalau kamu mengerti, aku berangkat dulu,” jawab Tian sambil bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Nora sendiri.

    Meskipun jauh dari harapan Nora, namun dia menganggap Tian telah memaafkannya, Tian tidak seperti dulu, Nora merasa mungkin memang dia yang salah sehingga membuat Tian berubah menjadi dingin padanya.

   “Tring..tring..tring,” handphonenya berbunyi, ada pesan masuk, Nora membukanya, namun pesan masuk dari nomor tak di kenal, pengirim pesan itu mengirimkan beberapa foto yang membuat Nora terperangah, bagaimana tidak, di foto itu  dia melihat suaminya berada satu ranjang dengan wanita lain dan tubuh mereka hanya tertutup selimut, terlihat sekali mereka menikmatinya, wanita itu yang mengambil foto mereka berdua.

        “Tring..tring..tring,” Nora menerima lagi foto-foto suaminya dengan wanita, apa maksud semua ini, mengapa bisa suaminya dengan wanita lain, siapa wanita ini.

     “Tring,” satu pesan masuk namun kali ini bukan foto, melainkan pesan chat dari nomor tak di kenal.

    “Hai, salam kenal, saya Citra, kekasih Tian,” sapa nomor tak di kenal pada Nora.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinderella After Marriage   Rencana Almeera (Part 3)

    Almeera terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa sangat berat, entah berapa gelas wine yang dia minum semalam, tapi seingatnya semalam dia minum di sofa ruang tengah apartemennya bukan di kamar, saat menyadari itu Almeera langsung terduduk di tempat tidur sambil memegang kepalanya, dia mencoba mengingat-ingat tentang semalam, apakah dia sendiri yang berjalan ke kamar. “Tenryata kau sudah bangun,” suara laki-laki membuat Almeera terperanjat, dia melihat Luki berdiri di depan pintu kamar tidurnya sambil menyilangkan tangan di dada. “Kau, sejak kapan kau ada disini?” tanya Almeera sambil menahan sakit kepalanya. “Semalam,” jawab Luki singkat. “Kau yang membawaku ke kamar?” tanya Almeera lagi, Luki hanya mengangguk. “Tenang saja, aku tidak berbuat sesuatu terhadapmu,” kata Luki sambil memandang Almeera. Almeera mencoba membuar dirinya sadar penuh, tapi kepalanya benar-benar berat, “Ah sial, kepalaku sakit sekali,” kata Almeera setengah berbisik. “Kau menghabiskan dua bot

  • Cinderella After Marriage   Rencana Almeera (Part 2)

    Almeera berdiri di balkon apartemennya sambil sesekali meneguk wine dan memikirkan rencana untuk membuat Tian tetap bersamanya, dia mulai merasakan Tian terganggu dengan kedatangan Nora kembali ke Jakarta. “Seharusnya aku sudah mempertimbangkan hal ini, bagaimana aku bisa lengah,” kata Almeera dalam hati, dia masih memikirkan cara untuk mempertahankan hubungannya dengan Tian. “Bagaimanapun juga Tian tidak boleh kembali pada wanita kampungan itu,” kata Almeera lagi dalam hati. Dia masuk ke dalam apartemen mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu nomor kenalannya, entah apa yang di pikirkan Almeera tapi saat ini dia hanya butuh teman bicara, mungkin saja orang ini bisa memberikanku solusi. “Halo?” jawaban dari seberang sana saat panggilan Almeera di respon “Hai..apa kabar?” jawab Almeera, orang itu terdiam cukup lama. “Hmm..kabarku baik, bagaimana denganmu, apakah sudah sangat menikmati peranmu sebagai nyonya winata junior?” kata orang itu lagi. “Nadamu sepert

  • Cinderella After Marriage   Almeera dan Tian (Satu Malam)

    Almeera mengendarai mobilnya menuju kantor Tian, pagi-pagi sekali dia sudah siap untuk melaksanakan rencananya, semalaman Almeera berpikir tentang Tian, dia yakin Tian bukanlah pria yang bodoh, tapi Almeera bisa membuat seorang Tian bertekuk lutut kepadanya, lagi pula Tian memang pria yang sangat tampan, wangi parfumnya sangat berkelas, penampilannya sangat maskulin, sekilas pikiran Almeera melayang nakal. “Sudah kuputuskan, dia akan jadi milikku,” kata Almeera dalam hati sambil menginjak gas, hari ini Almeera akan membuat Tian mengahbiskan waktu dengannya. “Tok..tok..tok,” Sekretaris Tian mengetuk dan membuka pintu ruangan Tian yang saat itu baru selesai meeting dengan klien. “Pak. Nona Almeera sudah menunggu di depan,” kata sekretarisnya, Tian terdiam sebentar. “Bagaimana pak, apa saya perbolehkan nona Almeera masuk ke ruangan bapak?” tanya sekretarisnya lagi. “Suruh dia masuk saja, lalu siang nanti tolong reservasikan restoran untuk makan siang,” jawab Tian. “Baik pa

  • Cinderella After Marriage   Almeera dan Tian (Part 2)

    “Hey..kau tidak berangkat ke kantor,” suara Tomi membuat tidur Tian terganggu, dia melihat arloji di tangannya, jam menunjukan pukul delapan pagi, Tian langsung terbangun dari sofa dan mencari kunci mobil yang semalam ditinggalkan supirnya. “Kenapa lo gak bangunin gue lebih pagi,” jawab Tian setengah terhuyung dan melihat Tomi sudah rapih dengan baju kerjanya sambil menyeruput kopi. “Sudah, kau tak bangun,” kata Tomi sambil mengambil jasnya lalu mengambil kunci mobil. Tomi dan Tian sama-sama pergi keluar apartemen, hanya yang satu sangat terlihat rapih dan yang satu terlihat baru bangun tidur dengan wajah bantal. Mereka masuk ke mobil masing-masing, Tian akan langsung ke kantornya, dia sudah mengirimkan pesaan kepada sekretarisnya untuk menyiapkan baju kerjanya di ruangannya, dan menahan siapapun yang ingin masuk ke dalam ruangannya. “Sampai nanti,” kata Tomi sambil meninggalkan Tian dengan mobilnya, Tian hanya menganggukan kepala. Sesampainya di kantor, Tian bergegas masu

  • Cinderella After Marriage   Almeera dan Tian (Part 1)

    “Al, lo udah siap tampil?” kata salah seorang kru di backstage tempat para model bersiap untuk penampilan fashion show tahun ini. “Yang lo lihat gimana, masa gue udah dandan kaya gini masih dibilang belom siap,” jawab Almeera sambil melirik ke arah kru. “Beruntung lo hari ini, direktur utama Winata Grup gak bisa hadir,” kata kru itu lagi. “Loh kok beruntung, lo kan tau gue lagi berusaha promosiin diri gue untuk jadi model tetap perusahaan mereka, kalo direktur utamanya gak datang, rencana gue bubar dong,” kata Almeera sambil mengernyitkan dahi. “Direktur Utamanya emang gak datang, tapi dia di wakilin sama anaknya, Bastian Abimana,” kata kru itu lagi sambil tertawa seakan mengisyaratkan sesuatu. “Oh, baguslah meskipun bukan bapaknya, seenggaknya kesempatan gue gak hilang kan,” kata Almeera lagi. “Lo kenapa sih, kok ketawanya begitu?” tanya Almeera. “Duh tuan putri, harusnya lo bisa berpikir jauh ke depan, kalo lo mau promosiin diri lo, sekalian gaet anaknya dong, dua

  • Cinderella After Marriage   Pertanyaan Tian (Part 3)

    Mobil Tomi berjalan masuk ke dalam pekarangan rumahnya, dia melihat Nora dan Bian tertidur di sampingnya, Nora tertidur sangat lelap saat itu karena malam tadi dia tidak bisa memejamkan mata hingga dini hari. “Sayang kita sudah sampai,” kata Tomi perlahan membangunkan Nora. Nora perlahan membuka matanya, dia melihat ke sekeliling, rumah yang indah dan halaman yang asri. “Ini rumah kita, kita akan tinggal disini sementara,” kata Tomi yang lekas turun dari mobilnya, dan menyuruh supirnya untuk menurunkan barang-barang bawaan mereka. Nora mengikuti Tomi turun dari mobil sambil menggendong Bian, dia belum pernah melihat rumah yang akan mereka tempati selama di Jakarta. “Apakah kau membelinya?” tanya Nora pada Tomi. “Tidak, ini adalah rumahku, aku hanya sedikit merenovasinya sebelum berangkat ke Australia,” jawab Tomi. Nora mengikuti Tomi masuk ke dalam rumah, meskipun rumah ini lama tidak di tempati oleh Tomi namun rumah ini terlihat sangat bersih dan tidak berbau khas ru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status