Aku menikah dengan laki-laki yang aku cintai sebanyak 85% Dia lelaki baik. Dia bisa aku andalkan. Dia pria idaman. Dia lebih dari pantas mendapatkan 100% cinta dariku. Hanya saja aku yang bodoh karena tak membalas cintanya sejak dulu. Aku malah berkancan dengan laki-laki playboy yang akhirnya selingkuh.
Lihat lebih banyakRuang resepsi amat indah nan luas. Cahaya lampu temaram mewah memancar keemasan dari langit-langit ruang yang penuh dekorasi. Ratusan, bahkan ribuan tangkai bunga mawar aneka warna menghiasi setiap sudut ruang tempat dilaksanakannya pernikahan.
Tidak ada seorang pun di ruangan ini yang tak menunjukkan kebahagiaan. Senyum bahagia. Senyum haru. Senyuman indah dari setiap orang. Kehangatan terpancar jelas melalui senyuman yang memekar indah bersama ribuan kelopak mawar di penjuru ruang. Menebarkan aroma kebahagiaan. Menebarkan aroma indah yang tak dapat seorang pun deskripsikan.
Gaun putih berenda perak membalut tubuh Yasmin yang ramping dengan indah. Entah karena pencahayaan ruang yang pas, atau karena pengaruh glitter yang dibalurkan di seluruh tubuh pengantin wanita. Kulit Yasmin yang seputih susu tampak berkilauan di bawah cahaya keemasan ruangan. Wajahnya yang cantik alami semakin menawan dengan balutan wedding make up. Wanita itu terlihat cantik dan elegan; sang pengantin wanita.
Untuk pertama kalinya dalam hidup Yasmin merasakan perasaan ini. Perasaan yang entah dirinya sendiri tak dapat deskripsikan. Terasa rumit dan menggebu-gebu. Terasa tidak masuk akal. Terasa hangat dan membingungkan. Serta, mendebarkan.
Di atas karpet berwarna putih bertabur kelopak bunga mawar merah Yasmin berjalan pelan. Pelan... dan semakin mendekat.
Yasmin menghentikan langkahnya sejenak. Ia bergeming. Menatap pria tampan yang seluruh wajahnya dipenuhi oleh senyum menawan. Pria tinggi bertubuh proporsional yang memiliki senyum begitu hangat dan indah itu adalah Haikal. Benar. Haikal. Bukan yang lain, tetapi Haikal.
Yasmin bergeming manatap pria itu. Seperti biasanya, laki-laki itu tersenyum hangat kepada Yasmin. Senyum hangat yang hanya terpancar kepada Yasmin. Tetapi senyum pria itu terlihat berbeda saat ini. Terasa lebih dalam. Memancarkan emosi-emosi yang tak dapat Yasmin mengerti. Entah itu kebahagiaan. Atau emosi lain yang hanya dapat dimengerti oleh pemilik senyum itu sendiri; Haikal.
‘Benar. Pernikahan ini sungguh terjadi. Aku... seperti sebuah keajaiban... menikah dengannya. Mas Haikal, laki-laki yang selama tujuh tahun ini kukenal hanya sebatas senior kampus. Laki-laki sebaik malaikat yang rela mengorbankan segalanya untukku. Benar... untukku. Untukku yang kurang mumpuni ini.’
Sementara Yasmin berkecimpung dengan banyak hal di dalam otaknya, Haikal berjalan mendekat. Dengan senyum yang masih bermekaran di wajah, pria itu melangkah mendekat pada Yasmin. Meraih kedua tangan Yasmin yang menggenggam buket bunga berwarna putih.
Tatapan mata Haikal yang menyinarkan kehangatan kasih sayang menembus lapisan terdalam benak Yasmin. Membuat perasaan Yasmin berdebar-debar. Inilah yang gadis itu inginkan, kebahagiaan.
‘Benar. Aku bisa mencintai Mas lebih dalam lagi. Meski sekarang aku mencintainya sebanyak 85 persen. Suatu saat aku akan mencintai Mas Haikal sebanyak dia mencintaiku. Karena dia adalah Mas Haikal, laki-laki yang pantas mendapatkan cinta dari siapa pun. Dan seharusnya aku beruntung. Karena laki-laki sepertinya mencintaiku dengan tulus tidak peduli betapa kurangnya aku ini.’
Dengan cinta yang dimilikinya saat ini, Yasmin menikah dengan Haikal, laki-laki yang dicintainya sebanyak 85 persen. Laki-laki yang cukup Yasmin percaya dan andalkan untuk dapat menjaganya di masa depan. Dengan kepercayaan itulah Yasmin memutuskan menikah dengan Haikal meski belum lama ini Yasmin menyadari perasaan sukanya pada pria tersebut. Yasmin tak ingin menyesal seumur hidup dengan kehilangan Haikal. Dengan cinta secukupnya yang dimiliki, akan tumbuh cinta sempurna di antara mereka. Itulah yang Yasmin percaya. Itulah yang membuatnya memilih menikah dengan Haikal tidak peduli berapa persen cinta yang Yasmin miliki terhadap sang pria.
Haikal menggenggam tangan Yasmin dengan lembut. Yasmin yang masih memegang buket bunga, berjinjit. Ia mendekatkan kepalanya pada Haikal. Lalu mendaratkan bibirnya pada bibir laki-laki yang mulai hari ini akan menjadi suaminya.
**
Setelah seharian ini bekerja di lapangan untuk penelitiannya. Haikal hendak mengistirahatkan tubuh dan otaknya. Pria itu baru selesai mandi dan sedang membaringkan tubuhnya ke atas kasur hotel yang nyaman. Tetapi dering telepon menghentikan niatan Haikal yang ingin tidur setelah mematikan lampu kamar hotel tempatnya menginap.“Yasmin? Kamu belum tidur?”Haikal kembali duduk di atas kasur. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Kaki Haikal lurus menyilang di balik selimut tebal berwarna putih sementara kedua sikunya menumpu di atas bantal tidur yang ia pangku. Di antara kegelapan ruangan yang hanya diterangi oleh lampu tidur kuning temaram, Haikal mengukir senyumnya yang menawan. Ia merasa senang mendengar suara Yasmin yang ia rindukan sejak hari pertama keberangkatannya ke Malaysia. Tidak. Haikal bahkan telah merindukan Yasmin sejak ia tiba di Bandara Kansai, Malaysia.[Mas sudah mau tidur? Kamu pasti sudah lelah seharian bekerja. Ap
“Untuk item coupe de diamant, bagaimana jika pencahayaannya berwarna biru? Saya pikir warna biru akan lebih menonjolkan kesan dari berliannya.” Yasmin menyampaikan pendapatnya mengenai tampilan cangkir berlian bernama ‘coupe de diamant’. Cangkir itu merupakan salah satu item unggulan buatan seniman terkenal Perancis yang akan dipamerkan dalam pameran seni musiman yang diselenggarakan oleh Hessal Galeri pada pertengahan musim gugur mendatang.“Ya. Aku menyukainya,” sahut Laras. Untuk pameran seninya pada pertengahan musim gugur nanti, ia bekerja sama dengan Quirech dalam dekorasi ruang dan panggung untuk pameran. “Tapi kalau menggunakan lampu biru, apa tidak terlalu mencolok? Item utama yang akan dipamerkan adalah lukisan dari Rusia. Kalau dibuat seperti itu, takutnya coupe de diamant yang akan lebih menarik pengunjung,” imbuh Laras.Yasmin yang duduk bersebera
“Tumben sekali Mas datang tanpa hubungi aku lebih dulu?” Yasmin bertanya selagi menoleh pada Haikal yang tengah mengendarai mobil.Pria itu datang secara mendadak karena ingin mengajak Yasmin pergi ke suatu tempat. Namun tanpa sengaja ia melihat Yasmin bersama Rezza sedang berbicara di samping gedung perusahaan. Haikal mengamati mereka selama beberapa waktu sebelum akhirnya Yasmin datang menghampirinya.“Ada suatu hal yang ingin kukatakan padamu.” Haikal menjawab sembari menaruh konsentrasi penuh pada jalanan dan mesin kendali mobil. “Kamu belum makan kan? Kita makan dulu. Lalu bicara nanti,” lanjut Haikal berujar. Sekilas ia menoleh pada Yasmin dan menguntai senyum.“Baiklah.”Keduanya melesat menuju sebuah restoran untuk makan malam. Yasmin menikmati makan malamnya dengan nikmat sementara Haikal terlihat aneh. Laki-laki itu seperti menyimpan kepedihan kepada Yasmin. Raut wajahnya tampak sendu. Tidak sepert
“Mbak Jihan yang akan mengambil alih proyek penataan panggung untuk festival musik klasik. Dan Yasmin, kamu bisa mengerjakan proyek festival di Hessal Galeri. Bu Laras, CEO dari galeri itu ingin melakukan rapat denganmu besok. Jadi jangan terlambat. Jika kamu terlambat, kita semua mati. Kamu tau kan betapa berpengaruhnya Hessal Grup?”Perkataan Bu Indah terdengar seperti ancaman di telinga Yasmin. Tetapi Yasmin yang telah mengetahui karakter CEO-nya yang memang seperti itu, hanya menganggukkan kepala dan mengiyakan perintah.“Siap, Bu Indah. Saya tidak akan terlambat.”“Bagas besok bisa ikut rapat dengan Yasmin. Jangan macam-macam, cukup ikuti perintah Yasmin. Kamu mengerti?” lanjut Bu Indah yang tengah memimpin rapat sore ini.Seketika itu laki-laki dua puluh lima tahun yang duduk di sebelah Yasmin mengangguk. “Siap, Bu Indah,” jawabnya bersemangat.Pandangan Indah teralih pada wani
Chapter 10Setelah diam kurang lebih lima belas menit mengamati Yasmin, Haikal akhinya melontarkan pertanyaan. Seketika Yasmin pun mengangkat pandangan. Menatap Haikal yang memberinya tatapan aneh.“Kenapa, Mas? Kamu nggak suka makanannya?” balas Yasmin bertanya.“Aku bicara tentang kamu, Yasmin. Ada sesuatu yang terjadi kan? Nggak biasanya kamu seperti ini. Nggak peduli kalau kamu emang banyak bicara. Tapi kalo saat sedang makan kamu bakal tenang. Jadi apa yang terjadi?” lanjut Haikal bertanya lembut.Perlahan Yasmin meletakkan sumpitnya. Kemudian mengembuskan napas panjang. Ia menatap legas Haikal yang duduk di seberang meja. Senyum manisnya perlahan terbentuk di bibir.“Aku sudah mengambil keputusan, Mas,” ucap lirih Yasmin. Wajahnya tampak gembira saat mengatakan hal itu.“Apa yang kamu putuskan?” Haikal menanggapi sambil melayangkan senyum tipis di bibir.Sejenak Ya
Chapter 9Pukul enam pagi Yasmin mengerjapkan mata, terbangun dari tidur panjangnya karena mabuk. Seketika itu juga kepalanya dihujami rasa pening dan pengar. Tubuhnya terasa berputar-putar. Perutnya mual. Karena bir yang diminumnya semalam, Yasmin sama sekali tak ingat apa yang terjadi padanya. Bagaimana ia bisa pulang. Bagaimana ia bisa tidur di kasur yang terasa begitu empuk sampai ia mengira jika ini bukanlah kasurnya.Benar. Kasur ini begitu nyaman dan bukan kasur yang selama ini Yasmin gunakan. Di sela-sela rasa pening itu Yasmin membuka mata lebar-lebar. Ia menghadap langit-langit ruang. Lalu menyadari, ini bukan apartemennya!Kedua mata Yasmin sontak terbelalak. Ia segera bangun dari tidur. Duduk di atas kasur empuk dan mengamati sekeliling.Kamar yang luas dan berkelas. Dindingnya yang berwarna latte. Lemari pakaian besar. Sofa berwarna abu dan kursi panjang yang terlihat nyaman. Sudah dapat dipastikan, ini buka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen