Share

Jatuh Dari Pohon

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 21:31:16

Pemikiran Marla sudah tidak bisa dicegah. Setelah membulatkan tekad. Marla membuka pintu kamarnya perlahan dan mengamati sekeliling. Marla mengendap keluar kamar, menuruni tangga dan membawa tasnya. Dengan susah payah setelah bersembunyi dan mengelabui penjaga, akhirnya Marla sampai dengan tujuan utamanya.

Batrick sedang berkeliling dan mengecek keadaan. Menuju kamar Marla dan menyakinkan praduganya. Beberapa kali pintu diketuk, namun tidak ada jawaban. Batrick berkata dari luar pintu meminta izin memasuki kamarnya. Batrick melihat ranjang tidur Marla masih sangat rapi. Hanya selimut yang seolah sedang menutupi tubuh seseorang.

“Nona, anda sudah tidur?” ucap Batrick mendekati ranjang dan berusaha membangunkan. Batrick merasa ada yang janggal dengan kondisi selimut tertutup itu. Lalu Batrick menyadari lemari baju Marla terbuka. Semakin membuatnya yakin dan segera menyingkap selimutnya.

"Nona!” Batrick membekap mulutnya saat menyadari kalau Marla sedang berniat melarikan diri. Setelah mengecek lemari baju dan benar-benar tidak terlihat baju lama milik Marla, Batrick segera keluar untuk mencari keberadaan Marla.

Sekuat tenaga Marla memanjat pohon. Seseorang  di kamar gelap yang melihat pun terkejut. Dia tidak menyangka kalau Marla akan melakukan hal senekat itu.

Marla baru saja menginjak dahan dan berjalan di ranting, “Nona, Nona Marla, apa yang sedang anda lakukan. Cepat turun, Nona, saya mohon, turunlah!” pinta Batrick cemas  dengan membawa beberapa orang pengawal.

“Berhenti. Jangan mendekatiku. Aku tidak mau kembali. Biarkan aku pergi. Aku tidak mau disini, aku mau pulang,” Marla seketika menjadi histeris. Mengabaikan Batrick yang memintanya turun.

Kegelisahan dari kamar gelap menyelimuti. Orang itu ingin sekali berlari keluar kamarnya, namun tidak sama sekali dilakukannya. Marla terus berjalan dengan panik diranting tersebut tak menyadari tali tasnya tersangkut dan saat Marla mencoba menarik, kakinya menginjak ranting yang sudah rapuh.

"Aaakkkhhh!!" Gubrak. Tubuh Marla terjatuh dari pohon.

“Nona!” Batrick segera berlari menghampiri dibantu dengan pengawal. Lalu karena keributan itu membangunkan madam Ester.

"Apa yang terjadi, hah?"

"Maafkan saya, Madam Ester. Nona Marla, mencoba melarikan diri,” jelas Batrick.

Plak! Satu tamparan keras mendarat di wajah Batrick.

“Maaf katamu? Bagaimana bisa terjadi? Kau tidak menjaga dan mengawasinya?” sontak tamparan tadi membuat Marla terkejut. Dia sedikit merasa bersalah. Akibat perbuatan yang dilakukan, malah orang lain yang disalahkan.

“Ibu sakit. Aku nggak mau disini, bu. Aku mau pulang, bu,” raung Marla yang merintih kesakitan.

Madam Ester berbalik dan menatap wajah Marla dengan garang, “Nona Marla, Nona nekat sekali. Bagaimana kalau Nona sampai terluka dan nyonya tahu. Ini sangat tidak baik, Nona,” madam Ester menumpahkan kekesalannya pada Marla.

“Sudah aku katakan aku tidak mau disini. Aku mau pulang sekarang juga,” Marla berteriak histeris sambil menahan sakit di punggung dan pantatnya.

"Ada apa? Kenapa ribut sekali?" suara nyonya rumah memecah rengekan Marla. Sorot matanya tertuju pada Marla, dia turun digandeng oleh cucu tertua.

Belum berani ada yang menjawabnya, “Aku bertanya ada apa?” nyonya mengulangi pertanyaan.

"No—Nona Marla jatuh dari pohon saat berusaha melarikan diri,” mau tidak mau karena Batrick merasa bertanggung jawabnya.

“Bawa nona kembali ke kamarnya, Batrick,” setelah memandangi sesaat wajah Marla yang menangis dan menahan sakit.

Marla tidak sanggup lagi bicara atau menggerakkan tubuhnya. Seluruh tubuhnya remuk. Batrick ingin membantu memapah Marla, diluar dugaan, cucu nyonya itu menghadang. Marla terkejut saat tubuhnya diangkat olehnya. Dan itu dilihat oleh nyonya, madam Ester, Batrick, dan para pengawal. Mereka mengikuti dari belakang.

Membaringkan tubuh Marla secara perlahan dan segera keluar dari kamar gadis itu.

“Ambilkan obat untuk mengurangi nyeri sebelum dokter datang, Batrick!” Batrick tidak berani membantah, tamparan tadi sudah cukup membuatnya jera.

“Minum obatnya dan istirahatlah, Nona Marla!” tidak ada lagi perdebatan, rajuk maupun rengekan dari Marla, selain gadis itu menurut.

Marla menangis dari balik selimut. Rencana pelarianya sudah gagal total. Hanya bisa merutuki kebodohan karena tidak berhasil kembali ke panti tempat dimana Marla dibesarkan dan mendapatkan kasih sayang. Matanya bengkak dan baru bisa tidur setelah pelampiasan tangisnya habis. Sisa bulir air mata masih terasa di pipi. Tuan besar masuk dan duduk ditepi ranjang. Mengamati dalam dan membelai wajah Marla secara perlahan.

Perlahan tangannya membelai rambut Marla. Menyentuh tangan, mengangkatnya perlahan lalu menciumnya. Sorot matanya mengatakan bahwa tuan besar menyesal dengan apa yang terjadi padanya. Ia tidak menginginkan hal buruk terjadi padanya. Lelaki bertubuh besar, berkulit putih, pendiam dan jarang berbicara itu benar—benar mengkhawatirkan kondisi Marla.

***

"Selamat pagi,  Nona Marla," suara lembut Batrick menyapanya dan sudah duduk di tepi ranjang.

"Um, Aw!” Marla membuka mata dan menggerakan tubuhnya.

"Pelan-pelan, Nona Marla, mari saya bantu!" Batrick membantu memapah duduk dan meletakkan bantal di punggungnya.

“Silahkan sarapan dulu, Nona!” Batrick dengan sigap meletakkan nampan berisi sarapan di meja makan kecil yang diletakkan dalam pangkuannya.

“Maaf untuk kejadian semalam, kau menjadi sasaran madam Ester,” Marla secara pribadi memohon maaf saat melihat wajahnya.

“Itu bukan kesalahan anda, Nona Marla, saya memang lalai menjaga dan menyebabkan Nona sampai terluka seperti ini. Masih beruntung madam Ester tidak memecat saya,” penjelasan dari Batrick hampir tidak dipercaya.

“Tidak, Batrick. Ini kesalahanku dan aku tulus meminta maaf padamu,” Marla sadar dengan apa yang dilakukan semalam hingga membuat Batrick mendapatkan hukuman.

“Aku berjanji tidak akan mengulanginya,” sambung Marla kemudian. Lalu mata Marla menyadari tasnya sudah menghilang dari kamar. Marla menautkan alisnya.

"Dimana tas tasku, Batrick?”

“Maaf Nona Marla, nyonya memerintahkan madam Ester membawa tas Nona Marla ke taman belakang,” Batrick menjelaskan masalah tas Marla yang menghilang.

"Taman Belakang? Untuk apa?"

"Saya tidak tahu, Nona Marla. Hanya itu saja perintah dari nyonya," tambah Batrick, tetapi membuat hati Marla menjadi tidak tenang.

“Tidak, aku mau mengambil tasku. Kalau kau tidak mau membantu, aku bisa kesana sendiri, aw!” Susah payah Marla turun dari ranjang. Berjalan dengan tertatih. Dicegah pun sudah tidak mau. Marla merasa ada yang tidak beres.

“Aku yakin ada sesuatu. Aku harus segera mendapatkan tasku.” Batin Marla makin bergejolak dan berjalan lebih cepat.

Saat sampai di taman belakang, Marla melihat nyonya sedang duduk memantau. Disampingnya madan Ester. Marla melihat kobaran api dalam tong dan seorang pengawal bersiap membuka tasnya.

“Itu tasku. Mau apa mereka dengan tasku?’ Marla bertanya dalam hati dan melepaskan pegangan tangan Batrick. Berjalan lebih cepat.

“Apa yang kau lakukan? Kembalikan tasku,” Marla berusaha mendekat dan menarik tasnya, tapi beberapa pengawal menghadang Marla. Pengawal itu memegangi tubuh Marla agar gadis itu tidak mendekat. Nyonya dan madam Ester hanya melirik, mereka tidak peduli dengan teriakan histeris gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hangat Dan Lembut

    Marla jadi salah tingkah dan tidak memberikan jawaban.“Jui, mau tambah lagi nggak?” sedikit kesempatan saat melihat piring anaknya sudah kosong.“Mmm, Aku mau yang itu, Ma!” tunjuk Jui menunjuk ayam goreng. Marla segera mengambilkan dan gadis kecil itu memakannya dengan lahap.Mereka pun mulai larut dengan makannya.Richard terus menatapnya. Marla makan tidak bersemangat. Dia hanya makan beberapa suap. Beberapa kali saat dia ingin mengambilkan makanan untuk Jui, Richard seolah dengan sengaja mengambil makanan yang sama.Kakaknya sedang meminta perhatian.Namun, Marla memang masih belum nyaman dengan pertemuan yang dianggapnya mendadak.Ascar harus memberikan momen berdua. Setelah makan, dia segera mengajak Jui untuk bermain bersama mereka. Membiarkan meja kotor dan berantakan untuk dibersihkan oleh kakaknya juga Marla.Mau tidak mau Marla dan Richard merapikan bersama.Richard terus memepet kemanapun gadis nya pergi. Apalagi dia sudah merasa ada lampu hijau yang diberikan Jui. Pa

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Jebakan Ascar

    “Kau benar—benar tidak mengingatku?” Sebastian tidak sabar dia langsung mengeluarkan suaranya.Marla menggeleng perlahan.“Aku, Sebastian Bernard, pengantin kecilnya Erika. Bukankah kamu dulu sering meledek ku,” ucapnya. Dia sedang berusaha mengingatkan Marla.Namun, wajahnya masih kebingungan.“Hah, benar—benar ya. ternyata Aku orang yang mudah dilupakan,” Sebastian merasa kecewa karena Marla juga tidak mengingatnya.Sebastian melipat kedua tangannya di dada. Sementara Marla melirik Erika meminta bantuannya.“Ah, maafkan Aku, Aku benar—benar lupa. Bagaimana kabarmu?” meski belum sepenuhnya mengingat, Marla tidak ingin membuatnya kecewa lagi. Dia mengulurkan tangan untuk meminta maaf.Tapi, Sebastian malah menariknya ke dalam pelukan.“Kamu benar—benar nggak berubah. Masih saja pelupa seperti dulu,” ejek Sebastian, mengendurkan pelukannya, mencium kening dan mengusap rambut Marla.“Maaf, tadi Aku beneran lupa. Sedang apa kau disini? Ah atau jangan bilang kamu beneran datang untuk me

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kesedihan Mendalam

    “Aku rasa, sejak dia kembali dari perjalanan kami waktu itu. Sikapnya mulai berubah. Aku mendengar lagi dia mengoceh kalau dia sudah lelah dan ingin kembali bersama Jodhy.”“Padahal aku benar—benar yakin, dia sudah lama sekali semenjak bertemu Jui, dia nggak pernah mengatakan hal tersebut.” Suara Erika bergetar. Mengeluarkan semua uneg—uneg yang mengganggunya.Richard langsung mengerti dengan pembicaraan tersebut. Dia merasa bersalah. Dia merasa perubahannya kali ini penyebabnya adalah karena dirinya.Guntur besar berbunyi dan dari kamar Jui terdengar tangisan juga panggilannya untuk Marla. Pelayan berlari ke kamar untuk menenangkannya.Namun, suara bantingan pintu pun terdengar keras. Dia melihat Marla keluar kamar. Tatapan matanya kosong. Dia terlihat mondar—mandir di ruangan seperti mencari sesuatu.Lalu, setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia berlari keluar rumah.“Marla, kamu mau kemana? Diluar masih hujan!” teriak Erika panik. Dia ikutan berlari dan menarik tangannya.“Kamu

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Ternyata Salah

    Jeep Ascar berhenti di sebuah rumah mungil bercat putih. Pemandangan menyejukan mata sudah menyapa mereka. Pagar kayu berwarna putih dengan pekarangan bunga mini sudah menyambut mereka.“Kak Chard, kami tinggal dulu. Hubungi Aku kalau kau memang sudah selesai,” ucap Ascar.Namun, sang kakak masih terhanyut dengan lamunan.Ascar tahu, ini momen penting untuk kakaknya. Dia tidak ingin mengganggu. Sudah sangat jelas, kakaknya menantikan ini dari lima tahun lalu.Kakaknya hanya mengangguk. Dan setelah persetujuan itu, Ascar baru membawa Erika dan Jui pergi bersamanya.Dia sudah mendengar cerita dari Erika. Kalau suasana hatinya sedang kalut seperti itu, Erika akan membawa Jui ke panti. Membiarkannya tenang dulu.Telinga Richard mendengar alunan piano yang sedang dimainkan. Kakinya mulai melangkah jalan setapak yang dibuat dengan batu kecil terhampar menuju pintu rumahnya.Dia hampir saja melupakan alunan indah itu. Dia membencinya karena tidak ingin mengingat hal yang menyakitkan. Terny

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Hal Gila

    “Maafkan, Aku, Bas …,” ucap Erika lirih menyentuh tangannya.Erika benar—benar tidak tega melihat tatapan sedih dan penuh luka. Dia juga tidak ingin membohongi perasaannya yang sudah berubah pada Sebastian.“Jangan meminta maaf lagi. Ini sepenuhnya bukan kesalahanmu. Aku juga ikut andil,” tatapan Sebastian penuh haru dan semakin membuat dada Erika menyerinyit.“Selama ini Aku nggak pernah memberikan kamu kabar apapun. Dan hari ini, Aku tiba—tiba datang untuk menjemputmu sebagai pengantin kecil ku. Kamu pasti terkejut dan tidak akan menyangka nya,” tatapannya semakin dalam dengan perasaan yang sudah campur aduk.Erika terhanyut dengan tatapan sendunya, “Ya … ampun, Sebastian … Aku jadi melelehkan. Bagaimana bisa dua laki—laki membuatku frustasi,” bisik Erika di hati yang kalang kabut.Erika tidak menyangka, dulu dia sangat mendambakan cinta. Tidak ada seorangpun. Sekarang dua orang sekaligus menyatakan perasaan cinta dan ketulusan. Mendapatkan perhatian yang berlimpah dari dua laki—lak

  • Cinta Dingin Tuan Besar    Kedua Kalinya

    Ascar tidak mungkin melepaskan Erika begitu saja. Selama masih ada kesempataan berduaan, dia tidak akan melewatkan.Mobil jeep nya berhenti dipersimpangan jalan. Senyuman nakal sudah tersungging dari wajah tampannya.“Kok berhenti?” Erika meliriknya.“Karena kamu menolak menginap, Aku akan menyelesaikan hukumannya disini,” seringainya.“Hukuman? Apa maksudnya, Ascar? Ayo cepat pulang. Aku sudah berjanji pada Sebastian akan pulang dan nggak enak membuatnya menunggu,” Erika masih sedikit kesal.“Oh, bagus ya. Jadi, kamu ingin segera pulang karena di tunggu si Br3 N953K itu,” nada suara Ascar berubah satu oktaf. Dia meraih tengkuk Erika agar lebih mendekati wajahnya.Erika menahan. Dia tidak ingin sampai Ascar melakukan apapun. Dia juga mengerti kalau sekarang Ascar sedang cemburu.“Ascar, sudah nggak usah bercanda lagi. Aku mau pul—,” belun sempat Erika melanjutkan ucapannya, Ascar sudah mendaratkan bibirnya. Kali ini dia bersikap kasar. Sedikit memaksa karena Erika memberikan perlawan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status