“Nona saya mohon hentikan, biar saya saja yang melakukannya.” Desak Zayn kepada Zeesya. “Tidak apa-apa Paman, sudah lama sekali Aku tidak merawat anggrek ini. Dulu Ibu sangat senang menanam bunga, anggrek hitam ini adalah yang paling Ibu suka.” Ujar Zeesya dengan senyum cerah diwajahnya. Kepala pelayan disampingnya menghela napas berat. Khawatir akan tubuh nona mudanya yang masih lemah. “Hari ini Aku sangat senang Paman, rasanya, aku bisa menghirup udara segar lagi dengan baik.” “Kenapa nona tidak menghubungi saya segera ketika sadar? Saya akan menjaga nona dengan baik.” Keluh Zayn. Zesya menggelengkan kepala. Dia selalu senang berbincang dengan Paman Zayn, kepala pelayan di rumahnya ini. Kepala pelayan ini sudah belasan tahun mengurus rumah ini. Ia tidak ingin Paman Zayn melihat kondisinya yang tidak baik. Baginya, Paman Zayn bukan hanya sekedar kepala pelayan tapi juga keluarganya. Rumah ini adalah rumah yang dibangun oleh mendiang Ayah dan Ibunya ketika mereka mengadopsi Zees
“Tuan, apakah kita harus putar balik?” Lelaki yang sedari tadi sibuk mendengarkan laporan dari asistennnya melalui earphone, mulai mengangkat kedua mata yang tertutup, Zehan melihat situasi di jalan dan menjawab dengan dingin.“Tunggu sebentar.”“Baik Tuan.”Kembali memasang earphonenya, Zehan mendengarkan laporan berita yang diberikan oleh asistennnya. “Menurut situasi terbaru, Shine Corporation sedang dalam situasi dimana rekor saham menurun tajam dalam beberapa bulan ini.” Ujar asistennya.“Shine Corporation?” “Benar Tuan, dikabarkan penurunan tajam ini karena Shine Corporation tidak dalam penanganan yang tepat sudah satu tahun ini.”Mata Zehan menjadi tajam, sedikit keantusiasan terlihat dimatanya. Shine Corporation baginya ini adalah sepotong kue yang lezat.“Akuisisi Shine Coorporation secepatnya!” titah pria itu dengan tegas.Merasa sedikit bosan Zehan melihat situasi melalui jendela mobilnya. Melihat kesamping, tubuh Zehan membeku, tangannya yang memegang berkas
Gotcha, tidak ada selain Zeesya yang bisa menjadi nomor satu dalam mendesain bangunan di negara ini. Merasa kepercayaan diri yang kuat, Zeesya melanjutkan untuk memeriksa laporan lainnya. ..... Rintik hujan mengguyur Kota Tel, memegang seikat bunga, Zehan datang ke pemakaman di kota itu. Sesampainya disebuah makam, meletakkan bunga itu. Makam ini adalah adalah milik ibu kandungnya. Terawat dengan rapi dan bersih. “Ibu apa kabar?” ujarnya dalam tenang. Semenjak dilahirkan, Zehan hanya memiliki satu orang tua, ia tinggal hanya dengan Ibu kandungnya. Hidup dalam kemiskinan dan kesulitan. Tepat diumur 12 tahun, Ibunya yang sudah lama sakit menghembuskan napas terakhirnya. Putus asa dengan hidup, Zehan dijemput oleh seorang pria yang mengaku sebagai ayah kandungya. Ia bisa merasakan kekuatan dan kekuasaan yang terpancar dari pria yang mengaku sebagai ayahnya itu. Tapi apa yang dilihat di permukaan bukanlah kenyataan sebenarnya. “Aku harap kau tenang disana, mereka yang sudah melak
“Apa Nona membutuhkan sesuatu?Bibi akan mengambilkannya untukmu!”“Tidak, Aku bisa sendiri.”Saat ini Zeesya lebih memilih untuk diam, sebentar lagi, saat ia mendapatkan semua bukti kejahatan mereka, Zeesya tidak akan ada ampun untuk orang-orang yang mengganggu ketenangan hidupnya.Tangga besar melingkar didua sisi mansion ini. Terlihat sangat indah. Walaupun dibalik kegelapan malam, cahaya rembulan yang menembus jendela membawa keindahan tersendiri.Berjalan menuruti tangga, Zeesya seakan-akan terlihat seperti peri malam yang turun ke bumi. Sesampainya di dapur mansion, ia pertama kali memeriksa bahan-bahan di lemari pendingin.Bisa saja ia memerintahkan koki untuk menyiapkan hidangan ringan untuknya.Tapi Zeesya bukan orang yang bisa bersikap seperti itu, untuk orang-orang yang baik kepadanya, Zeesya tak akan kalah baiknya.Membuka kulkas, Zeesya memilih untuk membuat sup hangat ringan yang tidak akan mempengaru
Kehilangan Zeesya membuat beberapa kekacauan di perusahaan. Beberapa orang berpikir CEO Shine Corporation sudah meninggal dunia. Tidak diketahui apa penyebabnya. Tapi banyak kabar yang beredar bahwa itu disebabkan oleh persaingan internal perusahaan. Awalnya banyak pihak yang menentang saat Jim maju melangkah, mencoba mengatur perusahaan sesuka hatinya. Tapi sebagian besar dari mereka akhirnya tunduk pada Jim, beberapa dari mereka menjadi antek antek Jim di perusahaan. Sedikit demi sedikit mengacaukan perusahaan, sebelum bergerak besar untuk mengambil alih tampuk kekuasaan. Da da da da...Tumit sepatu hitam yang membungkus kaki gadis itu berdenting di sepanjang koridor.Berjalan dengan cepat sosoknya tinggi dan ramping. Dibalut dengan setelan kerja, diikuti dengan asistennya, Zeesya berjalan menuju rungan rapat eksekutif perusahaan. Pagi ini, tibalah hari rapat para pemegang saham. Yang mana beberapa hari yang lalu telah diumumkan kepada para pemegang saham. Sang president yang m
Kembali ke kantornya, Zeesya melanjutkan pekerjaannya. Memeriksa banyak proyek tahun ini yang terbengkalai. Tak lama ketukan datang dari pintunya. Jack masuk dengan seorang gadis yang benampilan rapi dan sopan. Mengangkat pandangannya, Zeesya melihat kearah dua orang yang memasuki kantornya. Matanya mengikuti pergerakan mereka berdua. Membawa gadis itu, Jack berhenti di depan meja kantor. “President, ini calon sekretaris yang terpilih. Ia akan bekerja langsung hari ini.” Setelah itu, Jack pergi meninggalkan sekretaris baru tersebut pada Zeesya. Mata Zeesya menatap sekretaris baru ini, penampilannya baik, dan terlihat bahwa ia adalah gadis dengan semangat yang baik. Ditatap oleh bosnya, gadis itu tidak gentar. Ia berusaha sebaik mungkin untuk menjaga sikap. Ia merasa bersyukur, tak menyangka bahwa yang akan menjadi bosnya adalah seorang gadis yang lebih muda darinya. Beberapa saat setelah memasuki ruangan ini, ia baru bisa melihat-lihat desain interior kantor presiden ini. Runga
Kantor.“Maudy, apa kau sedang sibuk?” keluar dari kantornya, Zeesya mendapati sekretaris baru itu sedang fokus pada layar komputernya. Zeesya suka dengan rekan kerja yang bersemangat tinggi, tapi terlalu ditekankan itu tidak baik.“Tidak presiden, apa ada yang bisa saya bantu?” dengan sigap sekretaris itu membalas atasannya. Dibalut dengan atasan kemeja putih dan dipadukan dengan rok biru laut selutut dibawahnya, sang presiden terlihat sangat cantik, pikirannya.“Ayo ikut denganku!” Suara Zeesya dengan lembut bergema.Matahari bersinar cerah, hawa dingin belakangan ini, sudah mulai menghangat. Sore ini, tibalah saatnya waktu untuk menjemput Aiden di bandara. Masih dengan setelan kerjanya, Zeesya membawa Maudy, sekretari baru yang sekarang sudah merangkap menjadi asisten sementara, pergi menuju salah satu pusat perbelanjaan terdekat.....Mall.Di siang menjelang sore ini, lalu lintas lumayan padat. Tapi untungnya jalanan tidak macet. Maserati putihnya tetap dengan lancar
Sayangnya pintu lift bergerak lebih cepat. Menoleh pada sekretarisnya “Apakah kau kenal dengannya, Maudy?” “Tidak nona, tapi dari yang saya lihat, pria tadi tertuju pada Anda.” “Mungkin, tuan tadi salah orang.” Zeesya memilih untuk tidak memikirkannya lebih lanjut. Tapi Maudy berpikir lain, firasatnya mengatakan pria ini memang mengenal bosnya. Ting... Pintu lift terbuka, melangkahkan kakinya, kedua gadis itu berjalan keluar. Mobil sudah menunggu di depan mall. “ZEESYA” Suara itu berbunyi keras di depan mall, untuk beberapa saat orang-orang yang berlalu lalang memalingkan wajah dan melirik kearah mereka. Sebuah tangan yang kuat memegang lengan atas Zeesya dari belakang. Ia tertarik dan berbalik badan. Hampir saja terjatuh. Maudy yang ada disampingnya, berteriak terkejut. Siapa pria ini, sangat tidak sopan! “Benar, itu kau!.” Pria itu mempertegas kembali dugaannya. Keadaan sekitar menjadi kacau, Zeesya masih m