Share

Bab 3

Author: Meteorit
Begitu pintu dibuka, tawa riang langsung masuk ke telinga Jasmine. Zayn sedang bermain piano, sementara Jaslyn menari dengan anggun. Kaeso duduk di sofa sambil bertepuk tangan dan berseru, "Tante cantik banget!"

Keluarga kecil yang beranggotakan tiga orang, harmonis dan bahagia.

Tiba-tiba, kaki Jaslyn goyah dan tubuhnya jatuh ke lantai dalam posisi yang sangat anggun. Saat dia terjatuh, piano mengeluarkan nada-nada kacau. Zayn buru-buru bangkit dan mengangkatnya ke sofa.

Kaeso juga ikut mendekat. "Tante, kamu kenapa?"

Jaslyn mencengkeram lengan baju Zayn. "Kak Zayn, kakiku sakit banget."

Zayn berlutut dengan satu kaki. Setelah mendengar itu, dia langsung menunduk untuk memeriksa pergelangan kaki Jaslyn yang terkilir. "Nggak parah. Kaeso, ambilkan minyak kutus-kutus di laci nakas ya."

"Oke!" Kaeso langsung berlari ke kamar dan segera kembali ke ruang tamu.

Zayn terlihat sangat khawatir. Dia membiarkan Jaslyn meletakkan kakinya di atas pahanya, lalu menggosokkan minyak di telapak tangannya dengan terampil untuk menghangatkannya sebelum memijat kaki Jaslyn.

Tatapannya lembut sekaligus tak berdaya. Setiap kali Jaslyn meringis kesakitan, Zayn langsung memperlambat gerakannya.

Kaeso juga berjongkok di samping dan mencoba menghibur, "Ditiup saja, Tante. Nanti juga nggak sakit."

Jasmine teringat dulu, Zayn juga sering memijatnya seperti itu. Karena pekerjaannya yang penuh risiko, memar dan luka itu hal biasa. Minyak kutus-kutus itu memang dibelikan khusus untuknya.

Sampai akhirnya anak kucing dalam pelukan Jasmine mengeong pelan, ketiga orang itu akhirnya menoleh ke arah pintu.

Zayn dan Kaeso bertanya pada waktu yang hampir bersamaan, "Kamu sudah pulang?"

Tatapan Jasmine memunculkan sedikit senyuman mencela. Dia bahkan tidak tahu harus menjawab apa.

"Kak, jangan salah paham ya." Meskipun berkata demikian, kaki Jaslyn tetap nyaman di pangkuan Zayn tanpa tanda-tanda akan ditarik kembali.

Zayn bahkan tidak menoleh lagi, hanya terus memijat. "Kamu pulang telat. Kami sudah makan. Di kulkas masih ada sisa, panasin saja sendiri."

Padahal baru beberapa menit, tetapi Jasmine merasa dirinya sudah berdiri di ambang pintu selama berhari-hari. Dengan kaki yang terasa berat, dia melangkah mendekati Kaeso.

"Kamu ingin punya hewan peliharaan, 'kan? Ibu beliin kamu anak kucing."

Jasmine membungkuk agar Kaeso bisa melihat kucing di pelukannya dengan jelas. Kaeso melihat sekilas, lalu menatap Jasmine dengan serius.

"Tapi, Tante sudah beliin aku burung beo. Dia bisa ngomong kayak aku. Kucing nggak bisa, cuma bisa meong-meong. Bikin pusing."

Hati yang tadinya sudah kebal ternyata masih bisa terasa perih. Jasmine menoleh ke arah balkon. Di sana tergantung sangkar burung, seekor burung beo warna-warni tampak menyadari dirinya sedang diperhatikan. Burung itu berteriak, "Benci Mama! Benci Mama!"

Jasmine bisa merasakan semua orang memperhatikan ekspresinya. Namun, dia sendiri sudah tidak tahu ekspresi macam apa yang harus ditunjukkan.

Sebelum dia sempat berbicara, Zayn bertanya, "Cuma seekor burung. Kamu nggak mungkin marah, 'kan?"

Jasmine langsung paham, itu sindiran Zayn soal lukisan yang pernah dia robek. Saat berikutnya, tatapan dingin mereka saling bertemu, Jasmine hanya tersenyum tipis. "Nggak kok."

Apa lagi yang perlu dipermasalahkan? Bagi Zayn dan Kaeso, sikapnya yang menunjukkan keberatan tidak ada bedanya dengan mencari masalah. Lagi pula, dia akan segera pergi.

Ketenangan Jasmine membuat Zayn tertegun sejenak.

Jaslyn berteriak kesakitan, "Kak Zayn, aduh! Sakit!"

Zayn langsung meminta maaf, membujuknya dengan suara lembut. Begitu berdiri, dia baru sadar Jasmine sudah berjalan ke arah dapur.

Di bawah cahaya lampu hangat, Jasmine mengambil susu kambing bubuk yang biasanya diminum oleh Kaeso dan membuatkan setengah gelas untuk anak kucing itu. Saat sedang memberi kucing itu minum, ponselnya berdering.

"Bu Jasmine! Ada apa ini? Kenapa aku yang disuruh menghadiri rapat laporan minggu depan? Bukannya Ibu yang harus hadir? Atasan bilang Ibu mau ke luar kota buat belajar? Ibu sudah jago begitu masih perlu belajar?"

Rencana Jasmine untuk pergi adalah rahasia besar. Tak boleh diberitahukan kepada siapa pun, bahkan bawahannya yang paling dia percaya, apalagi yang cerewet seperti ini.

"Patuh saja sama arahan. Jangan gugup. Nanti kamu yang pimpin tim."

Nada Jasmine agak sedih, tetapi bawahannya di seberang sana justru tertawa. "Ibu ngomongnya kayak nggak bakal balik lagi! Nanti pas syukuran anakku, aku mau Ibu yang naik panggung kasih sambutan lho!"

Tiba-tiba, suara Zayn terdengar dari belakang. "Siapa yang nggak bakal balik lagi?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 20

    Clarisa tertegun. "Hah?"Sejak Clarisa masih dikenal sebagai Jasmine, Revan telah pernah mendengar namanya. Bagaimanapun, Clarisa adalah murid kebanggaan ayahnya yang sering kali dipuji-puji akan keberanian, ketelitian, dan jiwa kesatrianya.Waktu ayahnya menghilang, Revan sempat pulang ke tanah air dan bertemu dengan Clarisa sekali. Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan yang mendalam. Jadi, saat melihatnya muncul di markas rahasia, Revan langsung mengenalinya.Ternyata benar, Clarisa memang memiliki kepribadian yang menarik seperti yang disebutkan ayahnya.Selama di markas, Revan terbiasa memperhatikannya diam-diam. Dalam pengamatannya itu, Revan mulai perlahan-lahan jatuh hatinya.Revan tahu bahwa Clarisa memiliki suami dan anak. Sebelumnya dia juga pernah dengar dari ayahnya bahwa keluarga mereka sangat bahagia. Oleh karena itulah, dia tidak berencana untuk mengungkapkan perasaannya dan membuat Clarisa kesulitan.Karena itu juga, Revan merasa sangat penasaran. Apa yang membuat Cl

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 19

    "Jangan panggil aku Mama. Aku bersedia membayar nafkah untukmu murni karena kewajiban, moral, dan nurani. Pekerjaanku sangat padat, tapi dulu semua waktu luangku aku habiskan untuk menemanimu.""Jadi, Kaeso, kamu harus paham. Selama hubungan ibu dan anak kita, aku nggak pernah berbuat salah padamu. Bukan aku yang meninggalkanmu, tapi kamulah yang lebih dulu meninggalkanku. Saat kamu memilih Jaslyn, saat itulah hubungan ibu dan anak kita berakhir."Clarisa menatap mata Kaeso dan melihat cahaya di matanya padam perlahan-lahan. Anak itu memeluk kucing kecilnya erat-erat dan berdiri terpaku di tempat dengan kebingungan.Zayn merasa jantungnya mencelos. Wanita ini bahkan bisa bersikap sedingin ini kepada anaknya sendiri. Pantas saja waktu mereka bertemu lagi pertama kali, Clarisa bahkan tidak sudi mengakui keberadaannya.Yang selama ini dianggap Zayn adalah "senjata pemungkas", ternyata tidak ada artinya sama sekali di hadapan Clarisa."Clarisa ... kamu mau mengakui kami lagi?""Aku benar-b

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 18

    Karena tinggal dan bekerja di kantor, sejak makan malam bersama Revan hari itu, Clarisa belum pernah keluar dari gedung tempatnya bekerja.Hari ini pun, karena Revan kembali mengajaknya makan, barulah dia keluar.Saat merapikan berkas-berkas kasus minggu lalu, Clarisa menyadari ada beberapa poin dalam catatan rekan yang mewawancarai Revan yang kurang detail. Jadi, dia menelepon Revan dan memintanya datang ke kantor untuk membantu melengkapi keterangan.Sebagai bentuk terima kasih, Clarisa pun berinisiatif untuk mentraktir Revan makan malam. Tak disangka, Revan diam-diam lebih dulu membayar semuanya.Jadi kali ini, Clarisa harus memastikan bisa membayar duluan sebelum pria itu sempat bergerak. Sambil memikirkan hal itu, Clarisa berjalan ke arah gerbang utama.Baru saja melangkah ke luar, terdengar suara teriakan penuh emosi, "Mama, aku kangen banget sama Mama!"Dengan refleks, Clarisa mengelak ke samping dan Kaeso yang berlari ke arahnya malah terjatuh dengan menyedihkan.Kaeso tertegun

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 17

    Saat menunggu, Zayn terus-menerus berlatih dalam hati. Dia harus bereaksi seperti apa saat bertemu kembali dengan Jasmine, harus mengatakan apa untuk memohon pengampunan darinya. Dia menggenggam erat ujung bajunya, telapak tangannya sudah penuh keringat.Perasaannya saat ini bahkan lebih gugup daripada hari pernikahannya dulu.Jasmine pasti akan memaafkannya!Lagi pula, dia benar-benar tidak pernah melakukan hal yang menyakiti Jasmine. Semua ini hanyalah kesalahpahaman, semua masih bisa dijelaskan.Mereka dulu saling mencintai sedalam itu. Mereka bahkan punya seorang anak bersama. Pura-pura mati pasti hanya bagian dari tugas rahasianya. Jasmine tidak mungkin benar-benar meninggalkan dia dan anak mereka hanya karena sebuah kesalahpahaman seperti ini.Zayn memberi semangat untuk dirinya sendiri.Dalam kegugupan dan ketidakpastian itu, pukul sepuluh malam, mobil hitam yang membawa pergi Jasmine akhirnya kembali.Detak jantung Zayn langsung melonjak. Dia hampir berlari menghampiri mobil it

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 16

    Ada banyak kerangka yang ditemukan terkubur di halaman belakang. Lewat uji DNA, akhirnya jasad sang guru berhasil diidentifikasi.Hari ini adalah hari peringatan untuknya. Banyak orang yang datang menghadiri pemakaman. Clarisa berdiri memandangi foto di nisan sang guru. Air matanya mengalir tanpa henti.Tahun itu adalah tahun pertamanya bekerja. Dalam misi pertamanya, dia mengalami penyergapan dan nyaris kehilangan nyawa. Gurunyalah yang menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit.Gurunya berjaga di sisi ranjang rumah sakit hingga Clarisa sadar. Begitu sadar, hal pertama yang dia tanyakan adalah ... "Penjahatnya sudah ditangkap belum?"Begitu tahu semuanya sudah dibekuk, Claris langsung tertawa lepas.Gurunya juga ikut tertawa ... tapi karena kesal."Nyawamu hampir melayang, tapi kamu masih bisa ketawa? Dasar anak muda, bukannya cari kerja kantoran yang aman, malah masuk ke tim investigasi yang berbahaya. Ya sudah, mulai sekarang kamu muridku. Di luar sana, aku yang jagain kamu!"S

  • Cinta yang Tak Bisa Kembali   Bab 15

    Meskipun Revan tidak tinggal bersama ayahnya, mereka tetap menjalin kontak secara rutin. Ibunya juga tidak menolak jika mereka ingin mempererat hubungan antara ayah dan anak.Begitu tahu ayahnya menghilang, Revan langsung terbang pulang ke tanah air malam itu juga. Saat membantu sang kakak membereskan barang-barang peninggalan ayahnya, dia menemukan buku catatan kerja sang ayah yang disimpan di rumah.Berdasarkan catatan itu, selangkah demi selangkah dia menelusuri jejak dan akhirnya menemukan keberadaan sindikat penipuan ini. Setelah itu, dia pun memutuskan untuk menyamar sebagai pemuda naif yang terobsesi ingin cepat kaya dan "tertipu" hingga akhirnya berhasil masuk ke dalam organisasi tersebut.Saat dia masih dalam masa pelatihan, Kosandi sempat datang memberi ceramah. Namun, tiba-tiba penyakitnya kambuh. Tanpa ragu-ragu, Revan langsung melakukan tindakan pertolongan pertama. Sejak saat itu, dia pun dipercaya menjadi dokter pribadi Kosandi.Revan menghabiskan waktu tiga tahun untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status