Share

Bab 2: Tidak ingin kembali ke tempat yang sama

"Kau tau Amerta,doa mu terkabul.Kau masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas tugas mu di dunia.

Waktu mu tidak banyak,maka dari itu gunakan lah kesempatan itu sebaik mungkin,"ujar seorang berjubah hitam

"L-lalu bagaimana dengan pemilik tubuh ini?."

"Tubuh itu... kau bisa memiliki selamanya kalau kau mau."

"M-maksud mu?"

"Ada dua tipe manusia di dunia ini.Pertama mereka yang  seringkali mengabaikan tubuhnya,dengan alasan membenci dirinya sendiri,dan mencoba untuk membuang tubuhnya begitu saja.Kedua,mereka yang begitu menginginkan tubuhnya baik-baik saja. Bahkan ada yang melakukan segala cara agar tubuhnya baik-baik saja.

Pemilik tubuh itu tidak menginginkan tubuhnya."

"Lalu bagaimana supaya aku bisa memiliki tubuh ini selama lamanya?."

"Jadilah orang yang egois."

****

Amerta membuka matanya, mimpi itu terasa nyata baginya.

Jadi benar doanya terkabul,ia bisa hidup lagi.Walaupun dengan tubuh yang berbeda.

Tidak masalah baginya.

Ia bangun dari tidurnya,dan menyibakkan selimutnya.

"Aku harus menemui ibu,Asa,dan Arunika,"ujarnya sumringah.

Baru saja melangkah,mamanya membuka pintu kamarnya.

"Mau kemana kau Amerta?,"tanya Rita.

"Aku mau keluar sebentar bu"

Rita merasa Amerta berbeda sekali, seperti tubuh yang sama tetapi jiwanya  berbeda.

"Tidak boleh... mama tidak izinin,kau baru sembuh Amerta."

"Tapi bu,eh –ma.Aku sudah sembuh."

"Kau belum sembuh total Amerta.Sebaiknya kau istirahat."

Setelah perdebatan kecil antara Amerta dan mamanya,akhirnya Amerta mengalah dan mengurungkan niatnya untuk keluar.

Sekarang ia berbaring di kasur memandang langit-langit kamarnya.Rumah ini begitu besar begitu terbalik dengan rumahnya dulu.Tapi rasanya hampa sekali,biasanya ia selalu bermain dengan adik-adiknya.Amerta begitu merindukan suara berisik dari Arunika si perempuan yang suka mengomel kalau  abangnya pulang terlambat,dan  Asa yang selalu menjahilinya.

Mereka sering bertengkar,sampai ibunya harus membawakan mereka sapu supaya mau berdamai.

Amerta sang abang yang tidak pernah mau mengalah dengan adik-adiknya.

Amerta meneteskan air matanya,ia mengingat-ngingat lagi kenangan bersama ibu dan adiknya.

"ABAAANNGG!!,"teriak anak perempuan berusia sepuluh tahun.

"Ada apa Aruni?,abang lagi buat tugas ini,"sahut seorang laki laki yang sedang mengerjakan tugasnya dilantai.

"Liat nih, bang Asa gangguin aku lagi main,"adunya.

"Asaa... jangan digangguin Aruni nya.

"Bang, Aruni itu harus diganggu.Lagian kerjaan cuma main terus,padahal sudah sekolah."

•••

"Abang kenapa pulangnya malam sekali sih?,diluar hujan nanti kalau abang sakit bagaimana?,ibu bisa sedih."

"Ya... maafin abang ya,Aruni."

"Selalu saja bilangnya maaf,besok di ulangi lagi."

•••

"Selamat ulang tahun abang Amerta!,"ujar anak laki laki berusia  tiga belas tahun,Asa.

"Selamat ulang tahun abangnya Aruni,"lontar sang adik perempuan sambil menyunggingkan senyuman manisnya.

"Abang tiup dulu lilinnya nanti meleleh,"pekik Asa.

"Abang kenapa menangis?,maaf ya bang kuenya cuma dari tanah liat.Nanti kalau Aruni sudah punya uang,Aruni pasti belikan abang kue coklat yang asli."

"Tidak,bukan karena kuenya.Tapi abang terharu adik-adik abang ingat ulang tahun abang."

"Selamat ulang tahun yang ke-17 anak ibu Amerta.Semoga selalu bahagia ya bang.Maafin ibu belum bisa memberikan abang kebahagiaan.Maaf udah buat abang ikut menderita,"ujar sang ibu sambil mencium pucuk kepala Amerta.

"Terimakasih bu,bagi Amerta ibu dan adik adik adalah kebahagiaan Amerta,terimakasih ya bu sudah mau menjadi ibu aku,"Amerta memeluk sang ibu sambil menangis, menelungkupkan wajahnya diceruk leher sang ibu.

"Sudah... berhenti acara menangisnya sekarang ulang tahun abang Amerta,"sambil melempar tepung ke arah Amerta.

"ASAAA...sini kamu,"ujar Amerta sambil mengejar sang adik yang  lari terbirit birit setelah melempari wajahnya dengan tepung.

"Hahahahahah...wajah abang lucu sekali."

"Hahahahaha..."

***

Pagi-pagi sekali Amerta sudah siap dengan seragam sekolahnya.Padahal, mamanya saja belum bangun dari tidurnya.

Ia berdiri didepan cermin sambil menyunggingkan senyumannya.

Hari yang baru dengan tubuh yang baru juga batinnya.

Hari ini ia berencana ke rumah lamanya menemui ibu dan adiknya,Amerta jadi tidak sabar.

Langsung saja ia rurun kebawah untuk berpamitan.

Tapi di bawah hanya ada asisten rumah tangganya.

"Mas Amerta,tumben pagi sekali sudah bangun."

"I-iya aku mau ke sekolah."

"Loh ...ibu aja belum bangun."

"O-oh begitu ya... Aku tungguin mama."

"Ya sudah aden sebaiknya duduk dulu.. bibi masih masak buat sarapan aden sama ibu."

"Iya bi"

Amwrta mengetuk-ngetukan jari nya dimeja sambil sesekali melirik jam di dinding.

Lama sekali,mamanya itu belum juga kunjung keluar dari kamarnya.

Padahal Amerta sudah bangun pagi sekali supaya bisa ke rumah lamanya,ia mendesah kecewa.

Jam dinding menunjukkan pukul 7 mamanya keluar dari kamarnya.

Amerta yang tadinya murung,seketika berbinar.

"Ma aku mau ke sekolah... boleh kan?,"tanyanya

Mamanya yang masih menguap sambil menggulung rambutnya itu mengerutkan dahinya.

Pasalnya,dulu Amerta sangatlah pemalas,bahkan untuk bangun dari kasurnya.

Tapi sekarang dirinya saja baru bangun dari tidurnya,tapi Amerta sudah siap dengan seragam sekolahnya.Ternyata selain ingatan yang hilang ,kebiasaan buruknya juga hilang.

"Apa kau sudah baikan?,kepalamu tidak sakit lagi?,"tanya nya sambil menuangkan air kedalam gelas dan menenggak nya sampai habis.

"Tidak ma aku sudah baik-baik saja."

"Hari ini aku tidak bisa mengantarmu.Kau diantar oleh supir hari ini."

"Baiklah.Aku berangkat ya ma,"Amerta langsung bangun dari duduknya dengan sumringah.

"Tapi Amerta..."

Baru saja Amerta membalikkan badannya tapi suara mamanya mengintrupsi.

"Kenapa ma,"tanya nya.

Jantung Amerta berdegup,ia takut kalau tidak dijinkan untuk ke sekolah.

"Seragam mu bukan itu lagi.Kau sudah pindah dari sekolah lama mu.Seragam barunya di lemari.Cepat ganti!."

Amerta bernafas lega.

"Baik ma.Aku ganti,"ujarnya langsung berlarian naik ke tangga.

"Jangan lari-lari Amerta nanti jatuh!,"peringat mamanya

Rita menggelengkan kepala melihat tingkah Amerta yang sangat berubah.

***

Amerta begitu terkejut melihat seragam barunya.

Tidak,ia tidak mau kembali ke sekolah itu.

Amerta masih memegang seragamnya dengan tangan yang bergetar.

Setakut itu ia kembali ke sekolah yang telah merenggut nyawanya.

"Amerta kenapa lama sekali mengganti baju.Ini sudah siang nanti kau bisa terlambat,"ujar mamanya sambil mengetuk pintu kamar Amerta.

Amerta menoleh ketika mendengar suara mamanya.Ia masih tetap memegang seragam itu dengan keringat dingin mengucur dari dahinya.

"Ma--- ma,"lirihnya

Kakinya benar-benar lemas,ia memaksakan untuk berjalan ke arah pintu.

Lalu ia membuka pintu kamar nya diluar terlihat mamanya berdiri.

"Ma ...a-aku tidak sekolah ya hari ini."

"Bukannya tadi kau ingin sekali pergi ke sekolah.Lalu mengapa berubah pikiran Amerta?."

"Kepalaku sakit sekali,"dusta nya.

"Ya sudah sebaiknya kau tidur dulu,"saran mamanya.

Amerta mengangguk lalu merebahkan dirinya dikasur.

Rita yang melihat dari pintu  Amerta sudah

tertidur,ia menghampiri putranya itu.

Menyelimuti Amerta lalu mencium dahi nya dan memegang tangan Amerta.

"Maafkan  Mama Amerta."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status