Jack menerima laporan Lion tentang The Dragon.“Menurut informasi yang kudengar, Calvin Fisher yang menjadi Bos di The Dragon, sedang mengincar kelompok besar agar mendapat perlindungan dari aksi yang diterimanya darimu, Bos!” lapor Lion.“Kelompok besar? Kelompok mana lagi? Kukira dia sudah yang terbesar di Philadelphia!” kata Jack heran.“Kelompok yang kabarnya menguasai sepertiga negara ini!” jelas Lion.“Kelompok kriminal juga?” Jack benar-benar heran. Bagaimana ada kelompok sebesar itu tapi tidak diberantas oleh pihak berwenang?”“Mereka kelompok bawah tanah. Kelompok seperti hantu yang hanya sedikit orang mengetahuinya. Yang anggotanya mungkin saja duduk bersama kita di coffe shop atau di gedung pertemuan!” jelas Lion lagi.“Dan kau belum dapat informasi detail!” tebak Jack.“Belum! Tak ada yang berani buka suara tentang itu. Atau mereka akan tiba-tiba lenyap dari dunia!” Lion tampak putus asa.“Sepertinya sangat berbahaya,” gumam Jack.“Bos, aku berpikir untuk menyamar dan be
Brianna kembali tergelak. Lalu dengan senyum lebar dia berkata. “Seseorang mengatakan padaku bahwa ada seorang jenderal muda yang dingin, sedang sedih dan juga jomblo!”Jack tak menduga jawaban Brianna. Namun, dia akan mengikuti permainan gadis itu untuk sementara waktu.Acara lelang dimulai. Jack sama sekali tidak tertarik dengan acara seperti ini. Ini bukan kelasnya. Yang hadir di tempat itu rata-rata adalah orang berada atau yang ingin menjalin hubungan dengan orang-orang kelas tinggi. Sementara Jack, bukan keduanya.“Lihat sepasang cincin ini! Bukankah bagus?” Brianna menunjukkan buku foto barang lelang pada Jack.Jack melihat sekilas termasuk harganya. Kepalanya menggeleng. “Bagus, tapi mahal. Setelah dilelang, harganya akan semakin tidak masuk akal!” jawab Jack jujur.Mata Brianna berkedip-kedip sebentar, melihat takjub pada pria muda itu. Lalu tawanya meledak akibat komentar yang dianggapnya lucu itu. Ruangan lelang seketika menjadi hening dan semua orang menoleh pada mereka.
Di rumah, Jack menunjukkan foto Leland di ponselnya pada Tuan Fredd dan Tom. Dua orang itu tidak mengenalnya. Bagi Jack itu artinya bahwa pembunuh itu bukan orang yang dekat dengan keluarganya.Setelah melihat rekaman cctv itu, Tom berkesimpulan. “Dia sengaja menepuk bahu Nyonya Muda tak lama sebelum turun dari kereta!”“Ya, agar ketika terjadi hal buruk, maka para penumpang sudah terlanjur keluar dan dia juga sudah leluasa untuk kabur!” timpal Tuan Fredd.“Sangat licik!” Tom menggeram marah.Jack mengirim rekaman cctv dan foto Leland pada Wyatt malam itu. Berharap polisi itu akan mulai bergerak sekarang.***Pagi minggu yang cerah, Jack tidak ada kegiatan lain. Dia telah berjanji akan membantu di kebun anggur hari itu. Matanya cerah melihat tanah keras dan gersang itu sudah dibongkar dengan alat keruk.Mereka tinggal merapikan dan menambahkan pupuk. Lalu menunggu musim dingin berakhir dan mulai menanami setelah tanah cukup mendapat sinar matahari dan hujan sepanjang musim gugur dan m
Linda berpikir beberapa lama. “Kalau melihat pengakuan mereka yang hanya teman dan melihat sikap agresif Brianna, kurasa Jack sendiri masih ragu dengan hubungan mereka!” Linda membuat kesimpulan.“Lalu?” desak Tracy penasaran.“Aku akan terus mendekatinya. Kalau perlu, pakai cara khusus!” Linda tersenyum licik. “Bagaimanapun, kami adalah cinta pertama. Jack tak akan melupakanku begitu saja!” tambahnya dengan percaya diri.Tracy kemudian tak berkomentar lagi sepanjang perjalanan. Baginya, asalkan Linda masih pergi ke tempat Jack, maka dia masih akan punya kesempatan untuk mendekati salah seorang tentara yang ada di sana. Meskipun tadi sepanjang kegiatan, hanya Tom yang mengajaknya ngobrol.***Brianna masih mengobrol sejenak bersama granny setelah Jack dan para tentara itu kembali bekerja. Dia tidak sungkan untuk duduk bersama Valerie di pinggir beranda dan menggoyangkan kaki indahnya yang menggantung bebas. Brianna benar-benar terlihat sangat natural, saat Jack menoleh ke sana sebelum
Hari itu berlalu tanpa informasi baru tentang Leland. Jack melakukan penyaringan dari nama-nama yang diserahkan oleh Nyonya Smith. Semua nama dan posisi yang dipilihnya, harus diajukan ke atas lebih dulu untuk disetujui. Jack sudah melakukannya dengan cepat dan tinggal menunggu persetujuan, sebelum melantik orang baru untuk mengisi begitu banyak pos yang kosong.Mobil Jack dan pengawalnya meluncur pulang sore itu. Panggilan telepon masuk dari Linda. Jack segera mengangkatnya. “Ya,” sahutnya.“Aku mengundangmu untuk makan malam hari ini,” kata Linda di ujung telepon.“Apa?” Jack sedikit heran. “Kurasa ini sudah sangat sore. Aku tak mau kau menungguku hingga kelaparan karena aku masih jauh dari rumah!” tolak Jack halus.“Tak apa. Aku tidak terlalu lapar juga. Aku tunggu pukul sembilan, oke!” desak gadis itu.“Kurasa, aku---““Aku belum berterima kasih dengan benar untuk bantuanmu waktu itu!” Linda memotong kalimat Jack. “Tolong jangan menolak. Aku jadi merasa tidak enak hati sudah beru
“Sebentar, Jack. Ada seseorang yang mengetuk pintu kamar hotelku,” kata Aaron.“Siapa?”Jack bisa mendengar ayahnya menanyakan orang yang mengetuk pintu. Kemudian suara pintu dibuka.“Olsen?” pria itu bertanya heran.“Oke, Jack, sepertinya nanti kita bicara lagi,” ayahnya memutuskan sambungan telepon.Jack hanya diam memandangi ponselnya. Olsen adalah adik tirinya. Jack tak ingin tahu urusan mereka berdua. Selama tidak mengganggunya, maka dia juga tidak akan mengganggu pria itu.***Di kantornya, Jack menunggu lolosnya nama-nama pejabat baru yang diajukannya. Dia sangat berharap semua urusan kantor itu selesai secepatnya, agar bisa mengajukan ijin libur beberapa hari untuk mengejar Leland. Namun, sudah dua hari, belum ada tanda-tanda persetujuan. Orang-orang itu masih harus melewati serangkaian screening dari Markas pusat tentara. Para atasan tak ingin kebobolan lagi seperti yang sebelumnya.“Aku tak tahan bekerja di belakang meja seperti ini!” kesal Jack. Dia berjalan mondar-mandir
Dalam pikiran Jack, dia bertanya-tanya. Kenapa semua orang tampak ingin membunuh keluarganya. Pertama ibunya, lalu dalam beberapa bulan saja, ayahnya juga tewas dengan tak wajar. “Ini tak mungkin suatu kebetulan!” batinnya.Mobil kakeknya berhenti di halaman sebuah gereja yang tak jauh dari kompleks kediaman mewah itu. Bob ikut menepikan mobil mereka. Jack turun bersama Falcon. Keduanya mengikuti Hudson yang mendorong kursi roda Edward Hamilton menuju gereja.Ada banyak karangan bunga tanda duka cita di halaman gereja. Mereka melewatinya. Beberapa orang pria berpakaian hitam seperti penjaga, mengawal Edward menuju pintu masuk. Mereka menatap Jack tajam, tapi tidak melarang. Mungkin karena Jack datang bersama dengan kakeknya.“Siapa mereka?” tanya Jack tak dapat menahan pertanyaan.“Aku yang menyewa mereka,” kata Edward Hamilton.“Kenapa di rumah tidak ada penjaga? Justru di sini?” tanya Jack masih heran.Edward tak menjawab. Mereka sudah memasuki gereja dan berjalan di antara deretan
Tubuh Pamela mundur tanpa sadar. Jack dan Edward memperhatikannya dengan pandangan tajam menusuk.“Apa Kau takut?” Jack berjalan maju, mendekati Pamela. Membuat wanita itu makin mundur dengan wajah pucat dan menatap Jack dengan kengerian.Edward murka melihat sikap Pamela. “Katakan padaku. Apa Kau yang menyuruh orang untuk membunuh Aaron setelah dia memutuskan untuk menceraikanmu?” kejar EdwardJack terkejut mendengar informasi baru itu. Matanya makin tajam dan dia mencondongkan tubuh pada Pamela yang sudah tersudut di dinding. “Kau marah karena Daddy menceraikanmu lalu membunuhnya?” desak Jack.“Jawab!” Edward berteriak penuh emosi.“Tidak! Aku tidak melakukannya. Aku juga sangat marah pada orang yang mencelakai putraku!” bantahnya. Lalu dia menoleh pada Jack.“Kau ...! Kau harus mencari orang yang melakukannya. Adikmu ... adik tirimu Olsen sedang koma sekarang!”Pamela sudah berhasil menguasai dirinya lagi sekarang. Dia membalas tatapan Jack dengan berani.“Cih! Awas saja Kau. Aku