"Amira akhirnya kembali ke Indonesia setelah sembilan tahun diasingkan keluarganya sendiri. Perundungan, kekerasan, bahkan pelecehan pernah dia dapatkan dari orang-orang yang seharusnya melindungi. Hingga wafatnya sang kakek seolah menjadi pembuka baginya untuk menuntut keadilan yang tak pernah dia dan ibunya dapatkan selama menjadi bagian dari keluarga konglomerat Adijaya yang ternyata memiliki banyak rahasia kelam.
View MorePlak!
"Dasar Pelacur! Buah jatuh memang tidak pernah jauh dari pohonnya. Kau sama saja dengan ibumu, Amira." Teriakan itu terdengar lantang di telinga Amira. Gemetar tangannya yang tengah memeluk perut berusaha menahan tangis yang nyaris meledak.Dona--ibu tiri Amira itu terlihat begitu murka. Alih-alih simpati dia justru menghardik remaja berusia enam belas tahun tersebut tanpa ampun setelah dokter pribadi keluarganya mengatakan bahwa Amira positif hamil, setelah pingsan di sekolahnya.Hanya beberapa saat setelah selesai diperiksa, Dona langsung menarik kasar jilbab Amira dan menyeretnya untuk dihakimi di ruang keluarga. Kebencian yang sudah mendarah daging sejak ibu Amira, Lena hadir mengusik rumah tangganya sebagai perempuan kedua yang dinikahi suaminya, karena hutang nyawa pada Bapak Lena kala itu.Dalam ruangan luas tersebut berbagai ekspresi manusia tercipta. Mulai dari tatapan iba dari para pelayan, senyum sinis yang ditunjukkan kakak tertua Amira, juga tatapan datar dari kakak keduanya. Sementara Hanung--sang ayah yang ada di sana hanya bisa terbungkam melihat istrinya mulai menganiaya putri bungsunya. Jeritan Amira terdengar tatkala Dona menarik paksa jilbab putih yang melekat di kepala Amira, lalu menjambak kuat rambutnya."Aib, kau itu aib di keluarga ini. Jadi harus dienyahkan!" teriak Dona kesetanan. "Bantu mama, Rendy. Kita seret sampah ini keluar!" Kakak tertua Amira yang ikut menyaksikan penyiksaan itu bangkit dari tempatnya dan berdiri di hadapan Amira yang bersimpuh di lantai. Lalu membopong tubuh kecilnya yang berontak, keluar.Namun, sebelum mencapai ambang pintu. Tubuh Rendy dihadang seseorang."Jangan bertindak gegabah, Kak. Kita tunggu kakek dulu. Biar beliau yang mengambil keputusan," ujar anak kedua Dona yang terkenal paling pendiam."Apa-apaan kamu ini, Rama! Sudah tahu kakek tak akan memihak kita kenapa kau masih saja mau membelanya?" sembur Dona."Aku bukan membelanya, Ma. Cuma cari aman saja. Daripada kita dalam masalah saat kakek tahu kalau Amira tiba-tiba pergi," papar Rama.Dona dan Rendy pun terdiam."Benar juga." Dona bergumam, lalu menarik lengan kemeja putranya. "Turunkan dia!"Rendy menurunkan Amira tepat di ambang pintu masuk, lalu ketiganya berlalu ke dalam.Sepeninggal mereka Amira hanya bisa memeluk lutut dan mulai menangis dalam diam. Tak pernah sedikit pun terpikir dalam benak bahwa hidupnya akan berakhir sedemikian mengerikan. Dilahirkan dalam keluarga kaya, tak membuatnya serta-merta bisa berfoya-foya dan menikmati dunia. Bahkan jauh dari kemewahan dia dan ibunya di sini diperlakukan layaknya para pelayan, atau mungkin lebih buruk.Belum usai kepedihan menerima kenyataan ibunya difitnah dan dipenjarakan, satu minggu kemudian Amira sudah mendengar kabar bahwa sang ibu ditusuk salah satu narapidana lain. Bagai air garam yang disiram dalam luka yang menganga, hanya berselang lima bulan setelah kematian ibunya, Amira dip3rkosa dan hari ini dinyatakan mengandung benih dari salah satu lelaki b3jat di sini.Masih dengan isak tangis yang belum mereda. Beberapa saat kemudian tiba-tiba terdengar suara mesin mobil berhenti di pelataran. Dengan wajah penuh air mata, Amira mengangkat kepalanya dan melihat sang kakek dengan raut wajah khawatir langsung berlari kecil memburu tubuh rapuh itu diikuti pamannya--Heru, juga beberapa bodyguardnya di belakang."Hei, ada apa, Sayang?" Pak Harun mengelus kepala Amira yang langsung berhambur dalam pelukannya. Lidah Amira terasa kelu untuk menjawab, hingga tangis histerislah yang mewakili semuanya.Heru yang berdiri di sebelah mereka, terlihat tak acuh dan beberapa kali menguap bosan."Sudah, tak apa, Mira. Jangan dipaksakan. Nanti kalau sudah baikkan baru cerita pada kakek. Omong-omong kerudungmu di mana, Nak?" Pak Harun melerai pelukan dan menyeka air mata Amira. Dia tuntun remaja yang hanya bisa menggeleng pelan itu masuk ke dalam rumah dan melihat anggota keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga.Dona yang melihat Amira dituntun Ayah mertuanya, langsung bangkit dari kursi dan menghampiri mereka di depan tangga menuju kamar Amira. Sama dengan suara lantangnya, bunyi langkah sepatu bertumit itu juga tak kalah nyaringnya."Kita harus bicara, Yah. Jalang cilik ini sudah membawa aib dalam keluarga Adijaya!" cecarnya."Aib apa maksudmu, Dona?" Lelaki yang masih terlihat berwibawa di usia senjanya itu mengernyitkan dahi dan berbalik menghadap menantunya."Dia hamil, Ayah. Bocah sial ini hamil entah anak siapa!" hardiknya dengan telunjuk yang terulur tepat di depan wajah Amira.Heru yang ada di situ pun ikut terperangah. Tubuhnya mundur selangkah. Sementara Pak Harun yang tak pernah bertindak tanpa berpikir kembali memutar badan menghadap satu-satunya, cucu perempuan di keluarga ini yang menyembunyikan wajah di balik untaian rambut panjang tersebut."Benar apa yang ibumu katakan, Nak?" Pak Harun meletakkan kedua tangannya di pundak Amira.Dengan takut-takut Amira pun mengangguk.Pak Harun memegangi dadanya, lalu menghela napas panjang. Ditatapnya satu per satu anggota keluarganya yang menatap dengan berbagai ekspresi berbeda itu, saksama.Beberapa dari mereka tampak tenang, tapi ada juga yang terlihat mulai panik."Usir, dia, Yah. Sebelum rumor ini menyebar dan merusak citra keluarga kit--""Cukup, Dona! Tinggalkan kami berdua," tegas Pak Harun. Mereka terdiam sejenak, sebelum membubarkan diri.Tinggallah Amira dan sang kakek, lelaki paruh baya itu menatap cucunya lekat, sebelum menuntun remaja tersebut mendekati taman yang begitu tenang di samping rumah.Mereka duduk di sebuah ayunan berbentuk lonjong seperti keranjang yang muat menampung dua orang.Sejenak Pak Harun menatap Amira yang masih terisak. Dia benar-benar tak tahu seberapa banyak beban yang gadis kecil ini tanggung hingga bisa menangis sedemikian lirihnya."Tak usah takut. Kakek percaya padamu. Sekarang katakan siapa pelakunya?"Untuk sesaat Amira hanya terdiam. Namun, akhirnya ia mendapatkan keberanian dan mulai mendekatkan bibirnya ke telinga sang kakek.Pak Harun terdiam lama setelah mendengar penuturan Amira. Dengan kesedihan yang begitu mendalam, ia raih kedua jemari Amira, lalu menggenggamnya erat."Maaf, mungkin untuk sementara kakek tak bisa bertindak banyak, Nak. Karena kakek pun tak berdaya bila sudah dihadapkan dengan citra keluarga di mata publik. Mengingat kondisi yang tak memungkinkan ini, dengan berat hati dan terpaksa kakek harus menerbangkanmu ke Amerika. Besarkan anakmu di sana, dan sekolahlah yang rajin setelahnya. Kakek janji saat tiba saatnya nanti kamu akan diberi kekuatan untuk melawan mereka."Resepsi pernikahan berakhir lancar, meski sempat ada drama cinta segitiga yang berujung dengan patah hatinya Jojo. Meskipun begitu kondisi kembali kondusif mengingat lelaki bertubuh tinggi kecil itu cukup pandai membalikan keadaan, dan tiba-tiba bangkit dari pingsan dan meneriakan 'PRANK' menggunakan microphone yang entah bagaimana masih ada di genggaman tangannya untuk menutupi rasa malu atau memperbaiki apa yang seharusnya tak terjadi. Finalnya semua masalah clear saat perempuan berambut sebahu itu menghajarnya, lalu Al dan Zara pun resmi saling mengungkapkan perasaan yang selama ini tertutupi gengsi. Dengan hati besar Jojo memilih mengesampingkan perasaannya demi persahabatan yang sudah susah payah dibangun sejak awal. Sementara itu di vila tak jauh dari Pine Hill, Cibodas. Amira dan Rafael mengawali malam pertama mereka dengan sholat berjamaah. Setelah selesai melipat alat sembahyang, keduanya pun duduk dengan canggung di tepi pembaringan. Kedua tangan Amira terlihat bertaut d
"Semua orang mungkin menyayangkan kenapa pada akhirnya aku memilih seseorang yang baru datang, dibandingkan dia yang sejak awal berjuang. Tapi kenyamanan tak bisa paksakan, Zara. Sejak aku tahu Dustin menjadi bagian dari masa laluku yang kelam, aku tak bisa membohongi diri bahwa ketakutan itu masih selalu menghantui. Sesuatu yang sudah pecah tak akan bisa kembali utuh meski sudah diperbaiki sedemikian rupa, begitu pun kepercayaan dan keyakinan dalam menjatuhkan pilihan. Ucapan Rafael kala itu berhasil meruntuhkan dinding ego yang telah lama kubangun tinggi. Mulanya pernikahan tak pernah menjadi bagian dari rencana masa depanku, tapi setelah lelaki itu datang semua bantahan itu berhasil dia patahkan."Zara termangu menatap Amira di samping pelaminan saat Rafael izin untuk mengobrol dengan Al dan ibunya, serta Bu Fatma. Dia paham betul bagaimana kondisi Amira, hingga tak bisa berbuat apa-apa saat perempuan itu menjatuhkan pilihannya pada sang pengacara. Lagi pula Zara tak bisa terus-me
Ketika sebuah perasaan muncul tanpa disadari, saat itulah setiap insan menyadari bahwa perasaan yang murni selalu timbul pada seseorang yang terkadang tidak dikehendaki. Nasehat tak lagi berarti, tindakan mulai tak terkendali, hingga waktu perlahan mulai berlari.Menata hati yang sudah berserakan karena masa lalu kelam, memanglah sulit. Namun, lebih sulit lagi menyembuhkan luka seorang wanita saat dia sudah terjatuh dalam kubangan derita, mengalami krisis kepercayaan, hingga akhirnya menutup diri dan tenggelam dalam kesendirian.Situasi tersebut berhasil dilewati Rafael Herlambang. Waktu satu tahun mungkin terkesan singkat dalam meluluhkan hati keras seorang Amira Hasna Adijaya. Meski keraguan pekat sempat membuatnya mengurungkan niat saat mendengar wanita itu bahkan sempat menolak lelaki yang sudah ada di sampingnya lebih dari delapan tahun lamanya. Namun, tekad yang bulat berhasil membuatnya ada di posisi sekarang. ***Kedua tangan berbeda ukuran itu masih saling bertautan di atas
Hampa, adalah perasaan yang saat ini tengah Amira rasakan. Kesepian yang mencekam membuatnya tak yakin bisa kembali menjalani hari dengan senyuman, meski segala problema kehidupan telah berhasil dia selesaikan.Kehilangan, menjadi satu-satu yang memberikan dampak besar. Rumah megah dengan segala kemewahan ini tak ayal membuatnya nyaman di tengah keramaian para pelayan, justru sepi bak di tengah hutan. Sepekan berlalu sejak Rama dikebumikan, wartawan masih hilir-mudik di depan pelataran. Pemberitan tentang kasus rama dan keluarga Adijaya masih menjadi headline teratas berbagai surat kabar dan media online. Perlingkuhan, anak hasil hubungan terlarang, dan isu kemandulan semua terkuak. Kini, aib keluarganya menjadi konsumsi publik tanpa bisa dicegah. Seminggu ini bahkan dia tak berani keluar rumah dan menyelesaikan segala pekerjaan kantor di balik pintu kamar. Tak ada yang bisa Amira lakukan. Kini, uang tak lagi bisa digunakan untuk membungkam kebohongan yang akan terus berdampak di m
"Dalam hidup, terkadang memang begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi di luar perkiraan. Kelahiran, azal, serta takdir semua sudah diatur oleh sang pemilik kehidupan. Bahkan seseorang yang mulanya kita percaya bisa menjadi orang yang paling kita benci. Roda itu berputar, Amira. Tak perlu mengukur seperti apa keadilan yang sudah Tuhan beri pada setiap makhluk-Nya. Karena semua sudah pada porsinya masing-masing. Mungkin saja di luar sana ada yang dicoba lebih, tapi tidak mengeluh." Di atas tanah merah itu Amira bersimpuh, tak peduli meski lengket dan pekatnya bentala mengotori rok putih yang dikenakannya.Setetes bulir bening kembali mengalir turun membasahi pipi mulus perempuan itu, saat matanya terpejam untuk kedua kali di hadapan pusara terakhir para anggota keluarganya. Pagi ini, satu lagi jasad anggota keluarga Adijaya telah dikebumikan di samping makam yang lain. Keputusan untuk menguburkan jasad tersebut sempat ditentang beberapa pihak, karena kehadirannya dianggap sebagai
"Itu suara tembakan dari dalam, kan?" Zara mengguncang bahu Dede, ketika mendengar sayup-sayup suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar dari dalam gudang, di tengah keheningan yang tercipta setelah semua musuh berhasil dikalahkan.Para korban terlihat sudah bergelimpangan di sekitar gudang. Ada yang luka ringan, berat, bahkan sampai tewas mengenaskan. Beruntung semua sekutu yang dibawa Zara hampir setengahnya berhasil selamat dan hanya terkena luka ringan, pun Zara dan Dede. Mereka terlihat saling mengobati sembari menunggu pihak berwajib datang untuk mengevakuasi para korban dan menangkap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penculikan dan pelarian Rama yang buron selama hampir 2 x 24 jam. "Berarti Al berhasil menyelamatkan Amira, Azriel, dan Nicholle?" Zara kembali bertanya. Raut wajahnya semakin panik, karena Dede tak jua menjawabnya.Sembari membalut luka di lengannya, Dede hanya bisa menggeleng pelan. "Saya nggak tahu, Mbak. Dari awal perjalanan aja Bang Al udah ngga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments