Share

BAB 6

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-17 12:59:36

“Ratih?!” 

Sebuah suara yang aku kenal, membuatku menoleh. 

“Rizal!” Saking kagetnya, tak sadar hingga aku menyebut namanya.

Pria itu tersenyum simpul. 

Ah, aku baru kali ini melihatnya tersenyum padaku. Ada getar aneh dalam dadaku melihat senyum itu. 

Dulu, sejak SMA dia tak pernah tersenyum padaku. Aku hanya bisa mematri senyumnya dalam anganku. Tapi bukan senyuman untukku. Senyuman untuk orang lain. Dan itupun, sudah membuatku tak bisa tidur. 

Dulu, dia sangat murah senyum. Itu juga mengapa aku jatuh hati padanya. Sayangnya, memang senyuman itu tak pernah untukku. 

Kini, dia di depanku, dan tersenyum untukku. Aku seperti terbang ke langit ke tujuh. Rasanya seperti kembali ke masa ABG. Masa-masa aku jatuh cinta. Masa-masa bergelut dengan bayangan cinta pertama. 

“Kenapa, Ratih?” Aku tergagap mendengar ucapannya. 

Ah, dia menyebut namaku. Sesuatu yang kutunggu, lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Kukerjapkan mata untuk mengembalikan kesadaranku. 

“Oh, nggak. Kamu sedang apa di sini?” Aku mendahului bertanya sebelum ia mengajukan pertanyaan padaku. 

“Nganter Sasti belanja sama mamanya,” sahutnya datar. 

Aku menarik nafas dalam-dalam. Saat dia menyebut kata “mama” dadaku terasa sesak. Ada sesuatu yang menindih dalam dadaku. 

Apakah aku tak ikhlas jika dia menyebut mama untuk anaknya pada wanita lain, meski faktanya memang wanita itu mama dari anaknya? Apakah aku egois? Bahkan, aku belum menjadi istrinya. Mengapa rasanya bisa seperih ini? Apakah aku cemburu? 

“Sambil minum, yuk,” ajak Rizal. 

Dia mendahului langkahku. Bahkan dia tak bertanya apakah aku sedang mencari sesuatu? Ah, mengapa aku jadi seperti ini? Apakah aku penting bagi dia? Mengapa aku mengharapkan dia bertanya sesuatu padaku? Bisa jadi, memang lelaki seperti itu. 

Rizal memasuki sebuah cafe yang tak jauh dari pusat busana tempat kami tadi bertemu. 

“Dia mantan istrimu?” tanyaku saat kulihat wanita cantik itu lewat menggandeng Sasti. 

Mereka kembali ke tempat busana tadi. Sepertinya wanita itu belum puas mencari baju. 

“Iya. Tepatnya, mamanya Sasti,” ujarnya penuh penekanan. Sepertinya dia lebih suka menyebutnya sebagai mama Sasti dibanding mantan istrinya. 

“Cantik,” tukasku. 

Aku memang harus jujur mengakuinya jika dia cantik. 

Rizal merespon ucapanku dengan tersenyum simpul. 

Aku tak mengerti maksudnya. Apa dia merasa bangga karena aku memuji mantannya. Atau justru menyembunyikan sesuatu yang mungkin belum saatnya diceritakan. Aku tak mengerti. Kadang lelaki sukar dipahami. 

Aku punya adik lelaki. Menurutku, Hasan memang susah dipahami. Bicaranya irit. Yang penting-penting saja. Ia tidak suka membicarakan orang lain. Dia hanya suka membicarakan hal-hal yang berfaedah. 

Sampai detik ini pun aku tak terlalu tahu, bahan pembicaraan apa yang pantas untuk dibicarakan dengan makhluk bernama lelaki. 

Selama ini, baik jaman kuliah maupun saat aku sudah bekerja, aku hanya bisa bicara dengan lelaki untuk masalah yang terbatas masalah tugas kuliah, atau masalah pekerjaan. Hampir aku tak pernah membahas hal privasi. 

Mengenai pesan Nadia? Tentu aku bingung harus berkata apa. Apalagi, jika Rizal tak memancing membuka pembicaaan. 

“Kamu yakin tak keberatan menikah denganku?” Akhirnya kuberanikan diri bertanya padanya. 

“Aku sudah melamarmu. Buat apa aku meragukan lagi. Bagiku, tak ada kamus buat mundur jika sudah melangkah ke depan. Setiap langkah, sudah kupertimbangkan dengan matang,” tukasnya mantap. 

“Aku takut kamu kecewa. Aku tak secantik mantanmu. Atau, orang yang pernah kamu taksir.” Aku ragu untuk menyebut nama Dewi. Aku rasa tak elok membuka masa lalu. Tapi, aku harus mengatakannya, seperti pesan Nadia. 

Semua ganjalan harus diungkapkan sebelum mengambil keputusan lebih lanjut. Aku rasa, inilah waktunya, sebelum kami melanjutkan jenjang lebih serius. 

“Kamu juga cantik. Setiap orang punya kelebihan masing-masing. Cantik yang dimiliki orang lain, kalau belum jodohku, aku bisa apa?” jawabnya datar. 

Awalnya aku seperti melayang dengan ucapannya, kalau aku cantik. Belakangan, dengan penjelasannya, dia seolah menjatuhkanku ke lembah terdalam.

Ah, begitulah Rizal. Dari dulu, ucapannya masih saja pedas padaku, tak berubah. Padahal Bulik dan Paklik bilang kalau Rizal pemuda yang baik. 

Aku menghela nafas. Apa itu memang kharakternya, dan aku harus berdamai, atau bagaimana? Aku masih bingung.

“Rizal, apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanyaku memberanikan diri. 

Aku masih penasaran dengan berpisahnya dia dengan istrinya. Aku takut jika ternyata berpisahnya disebabkan oleh sesuatu yang bisa saja menimpa terhadapku. Jadi, mumpung tidak ada Sasti, sebaiknya aku tanyakan saja.

Rizal mengangguk, “Silahkan!” 

“Mengapa kalian berpisah?” Kuberanikan diri untuk bertanya, setelah sesaat menimbang. Ini kesempatan. Bisa jadi, esok aku tak ada waktu bertanya. 

Rizal terdiam sejenak. Dia menarik nafas panjang. Sepertinya cukup berat untuk menceritakannya padaku. 

Aku menunggu jawaban darinya. Bagiku, jika dia tak mau menjawab pun, sudah cukup jawaban bagiku untuk tidak melanjutkan proses ini. Meskipun dia sudah melamarku, toh aku masih punya waktu untuk menolaknya. 

Aku sudah berumur, tapi bukan artinya posisiku lemah, yang harus menerima siapa saja yang akan melamarku. Aku tetap punya hak untuk memilih dan menolak. 

“Dia sudah tak mencintaiku. Dia mencintai orang lain. Jadi, pernikahan kami tak bisa dipertahankan lagi.” ujar Rizal datar. Ada luka di sudut mata yang coba dia tutupi. Ya sudahlah. Berarti masalahnya orang ketiga. Aku menyimpulkan.

"Maksud kamu, dia...." Aku tak sampai hati menyebutkan. Kalau hanya tidak mencintai, bukannya pernikahan tak melulu atas nama cinta? Tak cukupkah dengan tanggungjawab jika cinta itu tlah tiada?

Tapi, Rizal mengatakan, dia mencintai orang lain? Artinya....

“Lalu, Sasti? Biasanya bukannya anak dibawah umur akan bersama ibunya?” Aku mencoba mengkorek dengan cara lain. 

Bukan aku tak mau mengasuh Sasti jika aku menikah dengan Rizal. Tapi, ini seperti hal yang aneh bagiku.

Bapak-bapak itu, maksudku Rizal. Dia harus kemana-mana menggandeng gadis mungil itu. Meskipun menurutku, dia semakin tampak macho dan menawan dengan membawa Sasti kemana-mana. Apalagi dengan menenteng tas anak perempuan di tangannya.

Kadang aku ingin tertawa geli melihatnya, tapi kutahan. Khawatir dia tersinggung. 

“Tak bisa kuceritakan. Tapi, aku memang memenangkan hak asuh anak. Bukankah itu menunjukkan aku bapak yang baik?” selorohnya. 

Meski aku tak seluruhnya menangkap maksudnya, ada senyum terbit di bibirnya, membuat hatiku kembali bergetar.

Tatapan matanya yang bertumbukan dengan tatapanku, sontak mengoyak hatiku.

Getar cinta itu masih sama. Sama dengan sebelas tahun lalu. Ah, sudah begitu lama ternyata. 

Ya, memang lama. Teman-teman sebayaku hampir semua sudah berkeluarga. Mereka telah memiliki anak-anak yang lucu. Bahkan, sebagian dari mereka, anaknya sudah bersekolah. Sedang aku? Masih memikirkan diriku sendiri. Bahkan kini, masih merasakan getar cinta pertama. Cinta yang datang terlambat. 

Tak lama, nada panggil ke ponsel Rizal membuat kami menatap pada titik yang sama. Sebuah nama tertera di sana.

Rizal mengambil ponselnya yang tergeletak di meja. Lalu ia mengusap dan mengangkat panggilan itu. 

“Aku di cafe depan. Ajak Sasti ke sini.” Rizal menitahkan pada si penelpon.

Aku bisa menebak, pasti itu dari mantan isterinya. Apakah dia akan ke sini? 

“Mungkin, aku duluan?” ujarku sambil menyesap jus jeruk di hadapanku. Tak enak kalau keberadaanku menganggu acara mereka.

“Aku kenalkan kamu pada Desti dulu.” Rizal mencoba menahanku. 

BERSAMBUNG...

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Sepertinya Rizal tak menyukai sikap mantan istrinya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 72

    “Besok aku ke kantor. Kita meeting semua ya. Jam delapan harus sudah siap.” Rizal tegas memberikan instruksi. Rizal teringat ancaman mantan mertua dan mantan iparnya. Mungkin ini adalah titik kulminasinya, setelah mereka tahu, pada siapa akhirnya Rizal memutuskan. Pasti saat dia tidak ada di kantor, mantan mertua dan iparnya itu mencarinya. Atau bisa jadi mereka mendengar dari Prita atau malah Desti sendiri. Bukannya dia sendiri yang mengenalkan Desti pada Ratih. Dan cerita Ratih kalau Desti pun berusaha menemuinya di kantor.“Minum, Mas.” Rizal tergagap saat Ratih sudah di dekatnya membawa segelas air putih.“Besok mulai kerja?” sambung Ratih. Ratih paham, urusan pekerjaan pasti sangat beragam.”Iya. Jam delapan ada meeting.”“Mau disiapkan sesuatu?”Rizal tersenyum. Pertanyaan Ratih mengingatkan statusnya yang sudah tak duda lagi.Kalau biasanya dia memikirkan diri sendiri, kini ada orang lain di sampingnya.”Kok malah senyum-senyum doang? Kamu biasanya pagi sarapan apa? Nasi goren

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 71

    Rizal menghentikan mobilnya di luar kompleks perumahan. Nomor Gilang disegera dihubunginya. “Lang, ketemuan sekarang!” ucapnya begitu nomor Gilang tersambung. “Astaga. Ada apa lagi sih, Zal. Udah berapa kali kamu ganggu aku?” terdengar suara ketus dari Gilang. “Bisa nggak?” Rizal tak menimpali ucapan Gilang. “Nggak bisa, Bos. Gue ini cuma pegawai rendahan. Nggak kayak elu yang CEO! Jam makan siang, deh,” tawar Gilang. “Justru gue nggak bisa jam makan siang.” “Eits. Tumben?” “Nggak usah ngeledek. Besok siang. Awas jangan bikin janji sama yang lain!” ”Ya nggak bisa jamin juga....” Gilang belum selesai bicara, namun Rizal dengan semena-mena menutup sambungan teleponnya. Pikiran Rizal sedikit terganggu dengan beragam hal. Pertama pertemuannya dengan Desta. Cepat atau lambat, keluarga Desti pasti tak akan tinggal diam mengetahui dirinya memutuskan menikah lagi, dan bukan dengan Desti. Padahal Papa Desti sudah berulang kali memintanya. Dan, perusahaan yang dipegangnya, tentu sekara

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 70

    ”Makasih, Sa.” Ekor mata Ratih mencari-cari Rizal yang tak kunjung kelihatan. Teman SMA-nya itu baru saja keluar dari supermarket. Dia tengah membawa tentengan belanjaan. “Ingat pesanku dulu. Jangan sampai kamu dimanfaatkan oleh Rizal.” Suara Danisa terdengar tegas dan mengancam. ”Aku duluan. Salam buat Rizal,” sambungnya. Belum sempat mencegah, Danisa sudah berlalu. “Kok malah bengong. Ayo. Katanya mau belanja.” Rizal mengambil alih troly yang dipegang Ratih. Mereka berdua masuk ke dalam area supermarket. Meski hari masih pagi, tapi supermarket ini sudah buka. ”Tadi ada Danisa. Kamu ingat kan? Nitip salam buat kamu.” Ratih berbicara sambil memberi kode Rizal untuk berhenti di stand aneka seafood. Kalimat paling belakang, sungguh menganggu Rizal. Rizal tahu, itu bukan salam biasa layaknya teman. Danisa, memang pernah kuliah satu kampus dengannya. Dulu, seperti Ratih, gadis itu dulu sering mencari perhatian padanya. Namun, lagi-lagi, Danisa bukan tipe yang Rizal inginkan.

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 69

    Darah Rizal seolah mendidih. Dari kejauahan dia melihat istrinya yang tengah ngobrol dengan seorang pria.Awalnya dia pikir hanya seseorang yang ingin bertanya sesuatu. Namun, mendadak, dia merasa cukup mengenal sosok itu.Sejenak Rizal berusaha mengingat, hingga satu nama ada di kepalanya. Ya, saat itu, dia bertemu dengan pria itu di pusat kuliner di ibukota saat tengah janjian makan siang dengan Gilang.Ya, benar. Itu adalah pria yang akan dikenalkan pada Ratih oleh Gilang.[Lang, sepupu Sekar yang kamu sebut tempo hari namanya siapa?] Rizal langsung mengirim pesan ke Gilang. Dia sungguh tak mengingatnya.[Sepupu Sekar yang mana?] Tumben Gilang langsung membalas. Padahal biasanya sepagi itu dia akan sibuk dengan urusan domestic dan anak-anaknya.[Yang kamu kenalin ke aku sebelum aku melamar Ratih.][Hah? Emang ada apa? Pengantin baru kok malah nanyain rival?] Sebuah emotikon tawa ngakak terlihat di layar ponsel Rizal.Tanpa menunggu lama, Rizal langsung menelon sahabatnya itu.”Jawa

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 68

    “Mas, bangun. Udah adzan!” Tepukan lembut di pipi kanan sekaligus suara lembut yang memenuhi gendang telinganya membuat mata Rizal mengerjap.Pria itu bak hidup di alam mimpi. Bahkan dia baru menyadari di mana dia berada.“Jam berapa ini?” tanyanya. Tubuhnya merasa sungguh kelelahan. Dia bahkan seolah mati suri.”Jam 5.””Hah? Jam 5?”Rizal yang tadinya masih malas membuka mata, kaget dan refleks langsung terduduk.”Kok kamu baru bangunin?” Matanya masih berusaha mengerjap. Rambutnya acak-acakan. Namun tangannya sibuk mencari ponsel. Meyakinkan kalau dia benar-benar bangun kesiangan.Ditanya begitu, Ratih hanya terdiam. Dia memang sengaja tak membangunkan Rizal sebelum dia rapi.Ratih sudah mandi. Aroma sampo sudah tercium.Rizal langsung melompat dari tempat tidurnya. Dia tak peduli dengan penampilannya yang acak-acakan.“Siapin bajuku!” teriak Rizal sebelum dia menutup pintu kamar mandi.Sebenarnya dahulu saat masih bersama Desti, bahkan Rizal tak pernah meminta istrinya itu menyiap

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 67

    ”Dik, yuk kita balik. Barang-barang sudah mau diantar.” Rizal berucap setelah emnerima telepon dari seseorang. Rupanya pengirim barang yang dibelinya tadi sudah hampir tiba di rumahnya.Ratih mengiyakan.“Di, aku tunggu di rumah baru, ya!” Rizal memberi titah pada pemuda yang tengah menyusun barang-barang Rizal ke mobil box.“Siap, Mas!”Dalam perjalanan pulang mereka tak banyak bicara.”Dekat ya, Mas?” tanya Ratih setelah masuk ke kompleks yang dikunjungi pertama tadi.”Ya, kurang lebih. Sasti kan sekolahnya sekitar sini. Nggak mungkin pindah jauh-jauh,” ucap Rizal.Ratih mengangguk paham. Apalagi bapak-bapak seperti Rizal pasti rumit kalau ingin memindahkan putrinya ke sekolah yang baru.”Saat ini, mungkin kamu nggak akan masalah dengan anak suami kamu. Tapi, kita nggak tahu setelahnya. Jadi, hati kamu harus seluas samudera jika suami kamu bakal banyak mementingkan anak sambung kamu. Dia juga pasti punya beban sendiri dalam membesarkannya. Akan lebih baik kamu selalu support dia, di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status