Home / Romansa / DUA ISTRI CEO / 14. Jangan Tinggalkan Aku

Share

14. Jangan Tinggalkan Aku

Author: Silver Eyes
last update Last Updated: 2021-11-08 10:06:06

Sudah satu bulan lamanya sejak Sabrina menggantikan Maya menjadi sekretaris. Selama satu bulan tersebut, Adam bekerja sangat keras. Namun, pekerjaan banyak yang tak terselesaikan dengan baik, tak peduli bagaimanapun juga Adam telah berusaha dengan sangat gigih membanting tulang.

Di depan Adam, kini sang ayah memasang wajah seram seolah akan memakan anak semata wayangnya hidup-hidup. Beliau terlihat sama sekali tak puas dengan kinerja sang anak.

"Apa saja yang kamu lakukan di kantor? Aku tanya ke Maya, kamu bahkan sering lembur. Mengapa aku menerima laporan kinerja yang begitu buruk darimu?" ujar Tuan Paul dengan nada tinggi. Beliau duduk di kursi kerja Adam dengan menyilangkan kaki, membiarkan putranya berdiri mematung dan menunduk karena merasa bersalah dan tak bisa memberikan pembelaan diri yang memadai.

"Kudengar, kamu sering sekali membatalkan janji dengan klien secara mendadak. Tiga orang investor bahkan membatalkan niat kerja samanya dengan perusahaan kita. Hanya dalam waktu satu bulan! Dan itulah prestasimu yang luar biasa," bentak Tuan Paul sambil menggebrak meja. Matanya merah mendelik seakan hendak lepas. Gigi-giginya menggertak disertai geraman sangat keras hingga Adam bisa mendengarnya. "Keledai sekalipun tak akan pernah melakukan hal bodoh seperti ini!"

Adam gemetar. Dia tak sanggup menatap kemarahan sang ayah bila saat ini yang beliau ucapkan semuanya adalah kenyataan. Yang dia tidak pahami, mengapa ayahnya semakin keras dalam mengambil tindakan. Beberapa tahun sebelum ini, ayahnya tak bersikap demikian padanya. Apakah karena penyakitnya? Ataukah karena ada hal lain?

Bila semarah ini, Adam bahkan tidak berani meminta maaf. Sedikit kata pun pasti akan terdengar seperti kesalahan di telinga ayahnya. Semua yang dia katakan akan seperti membela diri.

"Katakan sesuatu!" bentak sang ayah lagi karena beliau saat ini benar-benar tak bisa mengampuni kesalahan Adam. Sejak Tuan Paul memutuskan untuk pensiun, ini adalah kesalahan terbesar yang Adam lakukan. Beliau tak mungkin meninggalkan perusahaan dengan cara memimpin Adam yang seperti menjaga warung.

"Lakukan perbaikan selama sebulan! Kau akan kuampuni bila semua kembali seperti sedia kala!" ujar Tuan Paul. Beliau lalu beranjak dan pergi dari kantor Adam tanpa menoleh lagi, meninggalkan Adam dalam ketakutan yang sangat.

Ini adalah bencana besar bagi Adam. Dia tahu bahwa diam-diam ayahnya memperhatikan bagaimana perusahaan sangat terbantu akan kehadiran Maya dan segera kehilangan keseimbangan saat Maya pergi. Bila Adam tak segera mengatasi hal ini, ayahnya tak akan segan-segan mengancam akan membiarkan Maya menggantikan kedudukannya di sini.

Bila sampai hal itu terjadi, tamatlah semua rencana Adam. Menikahi Maya pun tak akan ada gunanya bila semua akhirnya jatuh ke tangan wanita itu. Karena itulah, Adam merasa harus berusaha menganalisis semua permasalahan ini segera. Dia harus segera menemukan biang kerusakan kinerjanya.

Tak perlu lama berpikir. Kesalahan pertama adalah ketidakbecusan Sabrina dalam menghandle pekerjaan. Yang kedua, dia menghabiskan terlalu banyak waktu untuk kedua istrinya. Apa boleh buat, dia harus segera mengambil tindakan.

Karena tak ingin memecat Sabrina tiba-tiba dan agar Sabrina tak marah padanya, Adam menugaskan seorang sekretaris lagi yang paling senior dari departemen administrasi untuk membantu pekerjaan Sabrina. Namun, hal ini tentu akan membuat waktu pribadinya bersama Sabrina berkurang. Karena itu, sepertinya dia harus memilih salah satu saja dari istrinya untuk ditangani bulan ini.

Paling aman, dia akan memilih Maya saja. Namun, Sabrina pasti tak akan terima dengan hal ini. Karena itulah, dia harus meminta kompromi dari Sabrina.

"Bulan ini aku akan sangat sibuk. Tak mungkin mendatangi kamu dan Maya dalam satu malam seperti biasa," ujar Adam siang itu saat mereka makan di restoran dekat dengan kantor.

Sabrina hanya terdiam tak menjawab. Dia tahu Adam akan meminta persetujuan untuk mendatangi Maya saja. Atau minimal menggilir mereka bergantian setiap harinya. Semalam untuk Maya, semalam untuknya. Sabrina tak suka akan hal ini. Jadi, dia memilih untuk tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia hanya berpura-pura memakan pastanya dengan lahap tanpa menatap Adam sedikit pun.

Namun, pilihan Adam sangat mengejutkan bagi Sabrina. Tak sesuai dengan dugaannya.

"Aku akan bilang ke Maya, bulan ini aku lembur setiap hari. Jadi, aku akan pulang ke tempatmu lebih dulu, lalu pulang ke rumah saat Maya sudah tidur." Adam menjelaskan dengan penuh harap agar Sabrina mengerti betapa dirinya masih mengutamakan kekasihnya di atas Maya.

Sabrina tercenung. Matanya beralih perlahan melirik Adam. Dia tahu, Adam sudah melakukan yang terbaik. Dengan begini, akan banyak hal positif yang Sabrina dapatkan. Adam tak perlu menyentuh Maya yang telah tertidur pulas saat dini hari. Apalagi bila Adam berangkat sangat pagi, pastilah keduanya bahkan tak sempat bertemu atau bahkan sekadar saling sapa. 

Senyuman lebar perlahan mengembang di bibir Sabrina. Dia kemudian mengatakan setuju atas keputusan Adam. Pria yang sedang kebingungan mengatur jadwal kedua istrinya itu pun merasa sangat lega atas persetujuan Sabrina. Dengan begini, dia bisa lebih fokus pada pekerjaannya.

"Tambahan. Kamu harus berangkat ke kantor sebelum Maya bangun. Bagaimana?" tanya Sabrina menggunakan kesempatan ini untuk memaksakan semua keberuntungannya. Dengan tatapan intens, wanita berwajah bulat itu tak memalingkan pandangan dari Adam.

Adam pun, tak punya pilihan lain selain menjawab dengan kesanggupan. "Baiklah! Aku setuju!"

***

Adam masuk ke rumah dengan mengendap-endap karena saat ini sudah pukul satu dini hari. Dia tak ingin membangunkan Maya.

Namun, alangkah terkejutnya Adam tatkala lampu rumah masih menyala. Dia mendapati Maya yang tertidur di meja di atas sebuah buku. Kali ini sepertinya novel komedi romantis. 

Adam menelan ludah. Tak seharusnya Maya melakukan hal ini. Bukankah seharusnya dia segera tidur saja agar tak terlalu lelah?

Karena merasa kasihan, dia pun membopong Maya untuk menidurkan istrinya di ranjang. Dalam hati, Adam tiba-tiba merasa kasihan kepada Maya. Seharusnya, keadaan Maya bisa lebih baik daripada saat ini. Andaikan dia bukan anak sahabat ayahnya, pasti Maya tak akan bernasib demikian. Menikah dengan pria yang tak mencintainya, berada dalam rumah tangga penuh kepalsuan.

'Sudahlah!' 

Adam menepis kerisauan dalam hati agar tetap bisa menjalankan misi dengan baik dan sempurna. Yang penting, dia harus mendapatkan warisan sang ayah. Dia akan memberikan alimoni yang banyak untuk Maya sebagai ganti rugi perceraian. Agar Maya tak hidup menderita nantinya selepas mereka bercerai.

'Maafkan aku, Maya! Semoga nanti kau bisa bertemu pria yang baik dan menyayangimu setelah kita berpisah!' gumam Adam dalam hati sambil mengamati wajah polos Maya yang sedang tertidur pulas dalam gendongannya. 

Adam lalu membaringkan Maya perlahan di ranjang. Tanpa sadar, dia pun memberi kecupan lembut di kening istrinya. 

Entah ada hubungannya atau tidak. Namun, saat ini Maya tersenyum dalam tidurnya. Dengan memejamkan mata, dia pun mengigau, "Adam, berjanjilah padaku ... jangan pernah tinggalkan aku ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUA ISTRI CEO   36. Epilog

    Lima tahun telah berlalu sejak kepergian Maya. Kini, si kembar telah tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah. "Paul, Freya! Ayo cepat turun dan habiskan sarapan kalian!" seru Adam dari bawah memanggil kedua anaknya yang terdengar ribut di atas saat berganti pakaian. "Ayah, Paul menyembunyikan bonekaku! Padahal aku ingin mengajaknya jalan-jalan saat menjemput Paman Leo di bandara!" jawab Freya dengan suara hampir menangis. Gadis kecil berambut gelap bergelombang itu semakin tampak mirip dengan ibunya seiring dengan bertambahnya usianya. "Bohong! Kamu sendiri yang lupa meletakkan di mana boneka kelinci jelekmu itu. Jangan menuduh sembarangan!" sanggah Paul dengan suara melengking. Mata gelap miniatur Adam itu memandang tajam saudarinya yang berukuran lebih mungil darinya. Dengan tubuhnya yang lebih kuat dan besar, dia memang kerap mengusili Freya. Sekalipun dia berkali-kali dihukum, mengusili kembarannya sudah bagaikan candu yang akan tetap dia lakukan tak peduli apa pun konsekuen

  • DUA ISTRI CEO   35. Ayah

    Adam memandangi kedua makhluk kecil yang ada di hadapannya dengan linangan air mata. Begitu kecil dan rapuh. Mereka membutuhkan selang-selang bantuan untuk hidup."Anak-anakku ...." Kata-kata yang Adam bisikkan dengan penuh perasaan, membuat Leo merasa keputusan Maya untuk menyerahkan bayi-bayinya kepada ayah kandungnya adalah pilihan yang tepat.Darah lebih kental daripada air. Begitulah. Adam pun menyayangi kedua anaknya karena mereka adalah darah dagingnya sendiri."Dia begitu bahagia saat mendengar bahwa dia mengandung anak kembar. Aku pun begitu. Sampai-sampai aku mengumpat betapa beruntungnya dirimu," jelas Leo mengenang saat-saat Maya bersorak mengetahui jenis kelamin bayinya. "Seandainya saat itu dia hamil dengan pria yang tulus mencintainya, pasti akan sangat membahagiakan. Tahukah kau perasaan Maya saat melihat kau dan Sabrina bergembira saat tahu jenis kelamin bayi kalian?"Ada

  • DUA ISTRI CEO   34. Kesempatan Kedua untuk Adam

    Dua bayi, lelaki dan perempuan yang berpelukan di ruang NICU itu berukuran sangat kecil. Yang lelaki beratnya 656 gram, sedangkan lainnya 533 gram. Banyak selang menempel di tubuh kecil mereka demi memperjuangkan detak jantung keduanya.Kulit mereka begitu keriput. Begitu kurus seperti hanya tulang dan kulit tanpa selapis daging pun. Bila orang berkata bahwa bayi sangat lucu, pemandangan yang disaksikan mata hijau pria kekar yang mengamatinya dari kaca luar ruangan tidak demikian. Mereka berdua jauh dari kata lucu. Seperti alien. Seperti bukan manusia.Kesedihan masih belum bisa lepas dari hati Leo. Melihat mereka berdua membuat Leo teringat akan sang ibu yang telah berjuang mempertahankan nyawa mereka. Usaha telah dilakukan sebaik mungkin walau hasilnya tak sempurna, seperti yang diinginkan oleh semua pihak."Maya, mereka akan berterima kasih padamu suatu hari nanti," bisik Leo dengan suara yang bergetar hebat karena menahan air mata."Paul, Freya .... J

  • DUA ISTRI CEO   33. Darah Lebih Kental daripada Air

    Dapur kecil sebuah di sebuah apartemen mungil milik lelaki menawan berbadan atletis, kini dipenuhi dengan aroma butter yang menggoda. Tak hanya aroma makanan yang membuat air liur menetes, tapi ada pemandangan lain yang tak kalah menggiurkan. Celana training pria yang sedang beraksi di dapur tersebut menggantung terlalu rendah di bagian pinggang, membuat wanita mana pun yang memandang tak akan bisa melewati harinya tanpa merasa kepanasan karena terbayang pemandangan indah itu sepanjang hari. Andai saja ada seorang wanita di sana, pasti kelima indranya akan dimanjakan dengan kenikmatan duniawi karena suara pria yang sedang memegang wajan dan tongs itu pun akan membuat hati semua kaum hawa berdesir bila sedang berbicara. Jangan tanya bagaimana sensasi yang dirasa bila suara merdu itu berbisik di telinga, sudah bisa dipastikan para bidadari dunia akan melayang walaupun tak ada sayap yang menempel di punggungnya. Namun, di saat yang sama, siapa pun yang melihat waj

  • DUA ISTRI CEO   32. Adam dan Leo

    Pukulan Adam yang pertama mengenai wajah Leo. Namun, yang kedua tentu berhasil ditangkis oleh lawannya."Adam! Hentikan! Mengapa kau tiba-tiba memukul Leo!" jerit Maya berusaha menghentikan amukan Adam.Adam tak peduli. Dia masih berusaha menghajar Leo. Sementara Leo yang sebenarnya dapat dengan mudah menghabisi lawannya, hanya sibuk menangkis dan menahan serangan Adam. Tak sampai hati dia memukul Adam karena ada Maya di sampingnya."Hei! Mengapa kau berbuat sembarangan seperti ini? Ingatlah kita sedang di rumah sakit!" bisik Leo pelan tapi tegas."Kau apakan Sabrina, huh? Seorang saksi mengatakan istriku jatuh setelah pria berambut pirang dengan tubuh besar membuatnya ketakutan!" balas Adam dengan geram. "Siapa lagi kalau bukan kau!"Leo pun mengernyit. Dia bingung dengan pertanyaan Adam. Dia memang sempat bersitegang dengan Sabrina. Namun, apakah semengerikan itu sampai-sampai membuat kondisi Sabrina dalam keadaan kritis?"Kamu! Kamu pasti

  • DUA ISTRI CEO   31. Darurat

    Sabrina berjalan menyusuri koridor perlahan karena merasakan sakit di perutnya. Dia tak menyangka bahwa kegiatan hari ini membuatnya kelelahan. Bagaimanapun juga, berjalan kaki sejauh dua kilometer dari apartemennya ke rumah sakit bukan tugas mudah untuk wanita hamil sepertinya.Dering ponsel yang lembut pun membuat Sabrina terkaget. Dia lalu mengangkat telepon yang berasal dari suaminya. Dalam hati, Sabrina sangat cemas. Dia takut Adam sudah sampai di rumah lebih dulu dan mendapati apartemen mereka kosong."Sabrina, kamu di mana?" tanya Adam dari ujung telepon dengan suara cemas."Aku ... aku keluar sebentar. Suplemen penambah darahku habis." Sabrina menjawab dengan sedikit tergagap karena dia tak meminta izin kepada Adam bahwa dia akan menemui Maya hari ini. Jika suaminya tahu, pastilah akan menentang aksi frontalnya kali ini. Bagaimanapun juga, Adam akan menganggap dirinya mengemis kepada Maya untuk memperbaiki kondis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status