Share

Cek Rumah

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 09:30:16

Pagi ini Vanya tetap bangun seperti biasa. Meski sekarang telah di rumah saja, ia tetap memperhatikan penampilannya. Memakai skincarenya dan memoles tipis bedak juga lipstiknya. Ia membuka lebar pintu lemari dan memandangi pakaian yang ada di dalam sana. Berpikir, apakah harus menyiapkan baju yang akan dipakai oleh Bapaknya Charlos untuk bekerja.

"Pagi-pagi sudah rapi dan wangi. Bikin malas pergi kerja deh," ucap Charles menyergap Vanya dalam pelukannya.

"Gimana kalau sudah di rumah sendiri ya, setiap hari mungkin aku terlambat masuk kerja." Vanya menarik nafas. Bibir Charles mengecap mulai dari telinga sampai pada leher Vanya.

"Ami …. Ami …." Charlos bersuara dari dalam boxnya.

"Charlos ini gak bisa lihat Papanya senang sedikit deh," ucap Charles melepaskan bibirnya kemudian berjalan menghampiri Charlos.

"Ih ketawa lagi." Charles mencium gemas pipi anaknya itu karena tertawa saat diangkat Charles.

"Sini Charlos sama Ami ya, Papanya mandi dulu mau kerja." Vanya mengambil Charlos dari gendongan Charles.

Begitu selesai Charles keluar dari kamar mandi, giliran Charlos yang dimandikan oleh Vanya.

"Senang banget anak Ami mandinya," ucap Vanya melihat Charlos dengan girangnya bermain air.

"Udahan yuk, nanti kelamaan masuk angin lo." Vanya mengguyur Charlos dengan air hangat kemudian mengeringkannya dengan handuk yang sedari tadi tersampir di kedua bahunya.

Dengan telaten Vanya mengoleskan minyak di badan Charlos, dilanjutkan dengan memakaikan baju. Pemandangan yang indah, yang sudah lama diimpikan Charles. Istri yang stay di rumah mengurus anak, rumah, dan tentunya dirinya.

"Papa …" Charlos berjalan dan memeluk kaki Charles.

"Sudah ganteng dia kayak Papanya," ujar Charles mencium pipi Charlos. Vanya mendelikkan mata mendengar ucapan Charles seraya merapikan rambut Charlos.

Klik

Charles mengambil potret mereka pagi ini kemudian membagikannya di status whatsappnya.

Mereka keluar kamar dan bergabung dengan yang lain, yang telah mulai sarapan di ruang makan. Vanya menuangkan teh hangat ke gelas Charles yang telah menikmati roti dengan selai srikaya. Ia kemudian menyuapi Charlos sarapan pagi.

"Charles jalan duluan ya," pamitnya pada Frans juga Erin.

"Hati-hati ya." Pesan Erin.

"Papa kerja dulu ya." Charles mencium kening Charlos. Ia mencubit dagu Vanya dan mengedipkan sebelah mata, membuat yang lain menyorakinya.

“Ya Tuhan, kenapa dia jadi genit di depan orang rumah sih” gumam Vanya malu. Pipinya memerah karena dipandangi yang lain.

***

Setibanya di ruangan, Charles langsung menyalakan laptopnya. Ia mengambil handphone dan mengecek aplikasi pesannya.

Sudah update aja nih pagi-pagi. Habis ngapain ya tadi malam?

Rambutnya gak basah bang.

Sudah kuduga.

Bucin panutan ku mulai menunjukkan taringnya.

Begitu komentar temannya melihat foto yang dipostingnya tadi pagi. Ia senyum-senyum membalas pesan teman-temannya itu. Sudah lama suasana hatinya tak sebahagia ini.

"Abang, bahagia banget sekarang sampai lupa sama Tere," ucap Tere seraya duduk di depan Charles. Wajahnya cemberut memandang laki-laki yang masih diincarnya sampai sekarang.

"Iya. Makanya kamu cari pasangan juga dong. Biar bahagia kayak Abang." Charles menatap layar laptopnya yang telah menyala.

"Pasangannya sudah diambil orang, mau jadi yang kedua--"

"Tere, dipanggil ke ruangan bendahara sekarang." Ucap seseorang dari depan pintu ruangan Charles.

"Sekarang?" ulang Tere. Orang di depan pintu itu mengangguk. Meski enggan, Tere tetap beranjak dari ruangan Charles.

"Luar biasa pesona Abangku yang satu ini. Udah punya istri lagi tetep aja masih jadi incaran wanita single." Orang itu masuk dan duduk di tempat Tere duduk tadi.

Sementara Charlos tidur di sesi pertama, Vanya meminta izin pada Erin untuk menggunakan dapur. Charles mengirimkan pesan yang mengatakan bahwa ia akan makan siang di rumah dan minta dimasakin sayur seperti waktu itu.

"Pakai aja, Sayang. Kan ini juga rumah Vanya."

"Iya, Ma. Ini katanya Charles mau makan siang di rumah."

"Ya udah, Vanya masak aja. Mama disini sambil jaga Charlos."

“Tumben. Seumur-umur baru ini dia mau makan siang di rumah” gumam Erin heran. Tampaknya Vanya membawa perubahan besar pada Charles.

Tepat jam setengah satu siang, Charles pulang untuk makan siang. Setelah mencuci tangannya ia duduk d meja makan bersama Erin dan yang lain.

"Mama sudah makan?"

"Sudah. Mama sama Aminya Charlos baru selesai makan," jawab Erin.

Charles sangat lahap menikmati masakan Vanya. Pria itu dampai dua kali tambah.

"Ma, Charles mau ajak Vanya jalan sebentar."

"Gak apa-apa. Biar Charlos sama mama aja di rumah. Sebentar lagi jam tidurnya dia."

"Ngerepotin Mama," ucap Vanya.

"Enggak ah. Kamu siap-siap aja. Ini biar Bu Tuti yang beresin," ucap Erin.

"Mau kemana emangnya?" tanya Erin saat Vanya meninggalkan ruang makan, menuju kamar untuk berganti baju dan mengambil tasnya.

"Mau nunjukin rumah yang bakal kita tempatin," jawab Charles.

"Oh, ya sudah. Ingat kata Sandra kemarin ya. Kalian hati-hati di jalan." Pesan Erin.

Setelah pamit dengan Erin dan Charlos, mereka masuk mobil kemudian pergi. Jalanan agak macet sekarang, hingga waktu yang biasa ditempuh sekitar empat puluh lima menit, molor menjadi satu setengah jam. Mereka memasuki sebuah komplek perumahan dan berhenti di sebuah rumah berpagar kayu dengan warna coklat. Charles turun dari mobil dan membuka kunci pagar dan mendorong pagar agar mobilnya dapat parkir di dalam.

"Yuk masuk," ajak Charles yang telah membukakan pintu rumah untuk Vanya.

Vanya melangkahkan kaki kanannya terlebih dahulu saat memasuki rumah dengan nuansa cat berwarna putih itu. Rumah satu lantai yang cukup luas itu, sudah lengkap dengan perabotan dan segala isinya. Kursi tamu berwarna hitam yang tampak minimalis. Lukisan pemandangan yang terpanjang cantik di dinding rumah. Lemari kaca berisi piring dan gelas-gelas kaca. Gorden berwarna biru langit yang menjuntai di lantai rumah. Bagian dalam depan rumah yang sangat menarik mata. Ia berjalan masuk ke dalam melihat ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk bersantai. Dengan sofa bed berwarna abu-abu beralaskan karpet cantik dengan motif monokrom. Di depannya terdapat tivi dengan layar lima puluh inch lengkap dengan home theater nya. Membuat Vanya sangat kagum dengan rumah ini. Ia kemudian beranjak menuju dapur dan ruang makan. Dapur dengan mini bar dan meja makan bermotif kayu dengan kursi enam itu mengisi ruang dapur yang tak cukup luas namun pas dengan ukuran meja makannya.

Charles yang sedari tadi mengikuti Vanya dari belakang, dapat merasakan ada kebahagian dari pancaran mata Vanya melihat setiap sudut rumah. Tangannya melingkar di perut Vanya. Ia mendekapnya erat.

"Kamu suka dengan rumahnya kan?" tanya Charles sambil memutar badan Vanya hingga ia dapat melihat jelas wajah bahagia Vanya.

"Suka. Rumah dan seisinya aku suka," jawab Vanya. Charles mendorongnya pelan hingga Vanya tak dapat bergerak kemana-mana. Bersandar di dinding mini bar itu. Ia mendekatkan wajahnya dan mencium mesra pipi Vanya kemudian bergeser menyesap bibir pink alami Aminya Charlos itu.

"Jadi kamu kapan mau kita pindah ke sini?" tanya Charles.

"Kan kata Omanya Charlos jangan dalam waktu dekat ini," jawab Vanya. Ia mendorong pelan Charles dan berjalan menuju ruangan yang belum dilihatnya. Kamar. Ia membuka satu pintu kamar yang di dalamnya terdapat satu tempat tidur ukuran sedang dan lemari pakaian anak-anak. Sudah jelas ini kamar yang akan ditempati Charlos. Vanya masuk ke dalam dan menemukan satu pintu penghubung. Vanya memutar kuncinya dan masuk ke dalam. Kamar Charlos terhubung ke kamar utama. Kamar itu yang mungkin akan ditempatinya dengan Charles. Ia melihat ranjang dengan ukuran yang besar lengkap dengan meja rias di samping pintu masuk, dan lemari pakaian yang cukup besar. Ia menjelajah lebih dalam, melihat kamar mandinya. Ia terpukau melihat kamar mandinya yang dilengkapi bathup dan shower. Batu alam yang menghiasi sekeliling dinding kamar mandi itu. Vanya menutup pintu kamar mandi dan hendak keluar dari kamar utama itu. Namun, matanya melihat satu pigura kecil berada di meja samping tempat tidur. Charles terlambat untuk menyimpannya dan Vanya terlanjur melihatnya. Foto Charles yang sedang mencium mesra Kirana dengan latar Menara Eiffel. Bulir-bulir bening mengalir membasahi pipi Vanya.

"Kamu sebenarnya ngajak aku kesini hanya untuk ini?" Vanya menunjuk pada pigura itu. Charles menggeleng. Ia juga bingung kenapa foto itu ada di kamar ini. Seingatnya, dulu ia hanya mengajak Kirana melihat bagian depan rumah saja tidak sampai masuk ke dalam kamar.

"Aku menyesal masuk ke kamar ini. Menyesal kagum dengan seisi kamar ini. Tempat tidur ini aku tak ingin tidur di atasnya. Aku gak tahu apa yang telah terjadi di tempat tidur ini." Air mata kembali membasahi pipinya.

"Kamu gak perlu menyimpan foto itu. Biarkan saja disana!" seru Vanya saat Charles ingin mengambil pigura itu.

Vanya berjalan meninggalkan kamar dan langsung masuk ke dalam mobil.

“Kenapa kamu bisa ada di sini sih” gerutunya dalam hati sambil membawa pergi foto itu.

Dulu, sehari setelah Charles mengajaknya ke rumah itu, Kirana kembali ke rumah itu bersama ibunya. Ibunya yang memaksa ingin melihat rumah baru Kirana dan meletakkan foto anak dan menantunya itu di sana. Meski sudah Kirana larang, namun ibunya tetap meletakkannya di sana.

Sepanjang perjalan pulang Vanya terus menatap keluar jendela. Rasanya tak sudi melihat Charles saat ini.

"Vanya," panggil Charles lembut. Namun tak ada sahutan dari Vanya.

“Ya ampun. Masalah apalagi ini. Aku pikir semua sudah selesai. Kalau gini nambah PR lagi. PR membujuk Vanya supaya gak berubah pikiran untuk pindah. PR mengganti ranjang. Padahal itu ranjang baru juga diganti dan belum pernah dipakai sama sekali. Dan yang paling susah PR mengambil hatinya lagi” batin Charles. Ia memandang Vanya seraya terus berpikir apa yang harus dilakukannya untuk mengubah suasana hati Vanya.

***

Erin melihat ekspresi Vanya yang berbeda semenjak pulang dengan Charles. Jadi ia sengaja mengajak Charlos untuk tidur bersamanya malam ini dengan tujuan agar Charles dan Vanya dapat menyelesaikan masalah mereka, bila memang ada masalah.

Erin dan Frans mengajak Charlos untuk masuk kamar lebih awal.

"Tidur yang baik ya, Sayang," ucap Vanya pada Charlos. Di ruang tivi hanya menyisakan mereka berdua. Kalau saja bisa tidur dengan Sandra malam ini, sudah pasti Vanya lakukan. Namun itu pasti akan menjadi pertanyaan seisi rumah. Charles mengikutinya berjalan masuk ke kamar.

"Kamu tidur di bawah atau aku yang tidur di bawah?" tanya Vanya tanpa memandang Charles sama sekali. Tak mungkin membiarkan Vanya tidur di bawah, Charles mengambil bantal dan selimut dari lemari.

Tak ada bantahan. Untuk sementara ia mengikuti apa saja kemauan Vanya. Ia tak ingin membuat Vanya jauh lebih kesal dan benci padanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Persiapan

    "Kayaknya gak bisa deh, hari ini sampai beberapa hari kedepan Mama di Bandung. Di rumah Yuda.""Berarti lain kali harus atur jadwal dulu sama Mama ya," ucap Charles. "Gak gitu juga sih tapi jangan mendadak kaya gini juga. Gapapa kalian liburan aja ya. Nanti bawa oleh-oleh kabar baik ya," ucap Mama.Charles senyum-senyum mendengar ucapan Mama di telpon. Vanya yang dari tadi berdiri di depan connecting door, berjalan mendekat menanyakan apa yang mereka obrolan. Walaupun sebenarnya, Vanya sudah tahu Mama gak bakal bisa ikut liburan dengannya, tetap saja ia sedih mendengar jawaban dari Charles."Jadi mau gimana?" tanya Charles.Vanya mengangkat kedua pundaknya."Lain kali kita atur jadwal lagi kalau mau ajak Mama jalan," ucap Charles. Vanya mengangguk sambil mengajak Charlos ke ruang tamu untuk sarapan.Setelah menempatkan Charlos di kursinya, Vanya menyiapkan makanan untuk Charlos."Kalau kata Omanya Charlos barusan aku telpon, mereka excited buat libur

  • DUDA POLISI BUCIN   Surprise

    Hari-hari berjalan seperti biasa, meski telah tidur terpisah selama kurang lebih satu bulan. Vanya tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri. Ia tetap melayani suaminya. Seperti pagi ini, ia pun tak keberatan untuk mengantarkan Charles ke kantor. Setelah menempatkan Charlos pada kursi khusus anak yang terpasang di kursi belakang, mereka meninggalkan rumah dan menuju kantor Charles."Kalian mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Charles sebelum turun dari mobil."Mampir ke tempat Mama boleh kan?"Charles mengangguk seraya membelai lembut lengan Vanya. "Kalian hati-hati ya."***Vanya berada di rumah Mama, hingga selesai jam makan siang. Seperti tahu anak dan cucunya akan datang, Mama memasak makanan kesukaan Vanya. Ia makan dengan lahap sementara Charlos diurus oleh Mama."Wuih, hebat nih cucu Oma makannya habis," ucap Mama girang sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Charlos. Mama kemudian membersihkan mulut Char

  • DUDA POLISI BUCIN   Pisah Ranjang

    Rumah baru dengan satu lantai dan halaman yang cukup luas itu, penuh dengan keluarga Vanya dan juga Charles. Setelah mengucap doa dan syukur, mereka bergantian menikmati makanan yang telah tertata rapi di meja panjang. "Cuman makan sayur aja? Kamu diet," ucap Nana saat melihat piring yang dipegang Vanya. "Mau diet apa coba, Kak. Vanya sudah gini," ucap Vanya sambil melihat badannya. Gak gemuk gak kurus juga sih."Iya kamu gak usah diet-diet ya, tapi jangan juga sampe bablas," timpal Mama."Iya, Ma," sahut Vanya.Jarum jam mulai menunjuk ke pukul tiga sore, saat beberapa keluarga sudah mulai pamit pulang. Dengan didampingi Vanya, Charles mengantarkan keluarganya yang pamit pulang. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada mereka, karena telah bersedia hadir di acara ini. Vanya dibantu Bu Sum, membereskan meja makan kemudian membawa beberapa piring dan gelas yang kotor ke dapur."Bu Vanya di depan saja, biar saya yang bereskan, Bu," ucap Bu Sum saat melihat

  • DUDA POLISI BUCIN   Air Mata

    Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya."Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon."Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh."Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu."Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya. Yang akan selalu mengisi hati ku.Kalimat itu berputar

  • DUDA POLISI BUCIN   Gangguan

    Setelah melalui segala macam pertimbangan, dengan berat hari Erin akhirnya memperbolehkan Charles, Vanya, dan juga Charlos untuk pindah ke rumah sendiri. Bukan hari ini, namun masih beberapa hari lagi. Erin sengaja mengulur waktu, karena memang ia masih berat untuk melepas mereka pergi dari rumah. Setelah dari bayi ia merawat cucu pertamanya, mulai dari hanya bisa menangis, sampai sekarang sudah terus mengoceh tak bisa diam. Ia merasa sangat kehilangan. Ditambah lagi dengan Vanya, menantu yang sangat baik dan selalu bisa membuatnya senang.Ia membantu Vanya berkemas-kemas di kamar Charles. Memasukkan baju-baju Charlos ke dalam koper dan beberapa perlengkapannya ke dalam kardus."Mama sedih lo kalian pindah dari sini," ucap Erin sambil melipat baju Charlos."Vanya sebenarnya juga sedih, Ma. Sudah kerasan di sini. Walau sekarang Vanya sudah gak kerja lagi, Vanya tetap merasa happy, gak kesepian."Punya mertua dan ipar sebaik dan seramah keluarga Cha

  • DUDA POLISI BUCIN   Perang Dingin

    Dengan mengendarai mobil Sandra, Vanya melajukan mobil diatas jalan yang masih basah akibat hujan yang baru saja reda."Belakangan ini Mama lihat kamu sepertinya sedang perang dingin dengan Papanya Charlos ya?""Ah enggak kok, Ma. Perasaan Mama aja kali," elak Vanya.Meski tak segalak awal-awal waktu kejadian itu, sikap Vanya memang masih sedikit berbeda dengan Charles. Erin beberapa kali memergoki Vanya yang mengacuhkan Charles."Kamu bilang aja sama Mama kalau Charles macam-macam sama kamu ya, biar Mama yang kasih pelajaran sama dia," ucap Erin."Iya, Ma." Vanya mengiyakan ucapan Erin. Walau kenyataannya, itu tidak mungkin dilakukannya. Sebisa mungkin, ia berusaha mengatasi masalahnya sendiri.Mereka tiba di kantor Frans tepat jam makan siang bersamaan dengan datangnya Charles."Kamu bawain rantang makan di kursi belakang ya," ucap Erin pada Charles sebelum masuk ke dalam kantor."Kamu masak apa?" tanya Charles pada Vanya."Gak masak. Bu Tuti ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status