Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Di Rumah Sakit

Share

Di Rumah Sakit

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-07-24 10:00:54

"Lagi ngapain, Ma?" tanya Vanya di ujung telepon. Sabtu ini di habiskannya hanya di rumah saja, dengan Charlos dan tentunya, Erin, ibu mertuanya. Seperti biasa, Frans ada di kantor sementara Sandra masih sibuk dengan urusan skripsinya.

"Lagi siap-siap mau pergi acara bulanan sama Tante Lusi," sahut Mama dengan loudspeaker handphone yang menyala karena tangannya masih sibuk melukis wajah.

"Di jemput sama Tante Lusi?"

"Iya, Sayang. Mama sih pengen kursus nyetir supaya bisa bawa mobil, sayang kan mobil di rumah nganggur. Atau kamu bawa aja mobilnya ke sana," ucap Mama yang kini tangan dan matanya serius menatap kaca, fokus menggambar alis.

"Mama ih, mobilnya biarin aja disana."

"Ya udah, nanti kamu cariin Mama tempat kursus ya," ucap Mama sambil membereskan beberapa peralatan make upnya.

"Oke, Ma. Ya sudah Mama hati-hati ya, Vanya tutup teleponnya ya," ucap Vanya.

Ia kemudian duduk melantai di dekat Charlos, menemaninyaa bermain.

"Ami, Ami, mobil, mobil," celoteh Charlos sambil membawa mainan mobilnya berjalan ke pangkuan Vanya. Tak bertahan lama, Charlos beranjak dari pangkuan Vanya dan mulai berlarian. Langkahnya yang masih belum stabil kadang membuatnya hampir terjatuh saat berlarian. Kadang juga Charlos oleng dan menabrak benda di depannya.

"Pelan-pelan jalannya, Charlos," ucap Vanya sambil mengusap dengkul kakinya.

"Ami … Ami …" ujar Charlos sambil tertawa.

"Cucu Oma mainnya senang banget ya," ucap Erin yang datang membawakan camilan yang baru saja di gorengnya.

"Ami … Ami …" ucap Charlos berulang-ulang. Vanya tersenyum melihat Charlos. Ada rasa terharu dan bahagia yang di rasakan Vanya setiap kali kata Ami keluar dari mulut Charlos. Meski bukan ia yang melahirkan Charlos, tapi ia seperti ada ikatan batin dengan anaknya Charles itu.

"Makasih ya, Vanya sayang. Mama gak salah pilih kamu untuk jadi Aminya Charlos dan Mama juga gak salah sedikit memaksa Charles untuk mendekati kamu," kata Erin yang membuat Vanya menoleh memandang Erin.

"Iya, Ma. Vanya juga beruntung bisa jadi Aminya Charlos."

***

Sore sekitar jam setengah empat, Frans telah pulang, lebih cepat dari biasanya. Ia terduduk di kursi ruang tamu dan tampak terlihat kelelahan. Sambil bersandar di kursi, Frans memijat tengkuknya.

"Kenapa, Pa?" tanya Sandra yang kebetulan juga baru datang. Ia duduk di samping Frans dan memegang tangan Frans.

"Kecapean kayaknya nih, kepala Papa pusing," ucap Frans dengan nafas sedikit lemah.

"Ma, Mama …" panggil Sandra cepat. Erin yang mendengar teriakan Sandra dari depan berjalan cepat menghampiri.

"Papa kenapa, San?"

"Kecapean katanya, kita periksa ke dokter aja ya atau ke rumah sakit," usul Sandra.

"Iya, ayo kita bawa sekarang. Mama ambil tas dulu ya, kamu bawa Papa ke mobil," perintah Erin. Ia mengambil tasnya di kamar dan menemui Vanya di kamarnya yang sedang menemani Charlos tidur.

"Vanya, Mama sama Sandra mau bawa Papa ke rumah sakit dulu. Pusing katanya. Kamu di rumah dulu sama Charlos ya, sekalian kasih tahu Charles," ucap Erin.

"Hati-hati di jalan ya, Ma." Vanya mengantar Mama sampai depan pintu.

“Semoga Papa baik-baik aja, amin” doanya dalam hati sambil menutup pintu depan. Ia kembali masuk ke kamar dan mengambil handphone untuk menghubungi Charles.

"Kamu dimana?"

"Masih di kantor. Kenapa? Mau ngajak kencan ya," goda Charles.

"Ngawur. Kalau bisa kamu pulang cepat, Papa tadi dibawa sama Mama sama Sandra ke rumah sakit."

"Papa kenapa?" tanyanya dengan nada cemas.

"Kata Mama tadi pusing, kecapean," sahut Vanya.

"Sudah dulu ya, Charlos nangis nih. Kamu cepet pulang ya," ucap Vanya lagi mengakhiri telepon. Ia menggendong Charlos dan menenangkannya.

Karena jam telah menunjukkan pukul setengah lima lewat, Vanya menyiapkan Charlos untuk mandi sore.

"Mamam mamam mamam." Charlos mengulangi terus kata itu selama mandi.

"Iya, Sayang. Habis mandi kita pakai baju terus makan ya. Sekarang sudah selesai mandinya," kata Vanya sambil mengeringkan badan Charlos dengan handuk. Baju yang telah disiapkannya di atas tempat tidur, dengan telaten dipakaikannya pada Charlos.

"Sekarang kita makan ya," ucap Vanya lagi yang membiarkan Charlos berjalan sendiri sementara ia mengikuti di belakang.

***

"Kamu akhirnya pulang juga," ucap Vanya lega saat melihat Charles di ambang pintu. Saat Vanya menghubungi sore tadi, Charles sebenarnya langsung pamit pulang dari kantor, namun karena Charles melewati jalanan yang selalu macet di malam minggu, menyebabkannya lama di perjalanan.

"Sudah ada kabar dari mereka? Dari tadi aku coba hubungi belum ada respon," ucap Charles sambil melepas jaketnya dan duduk di samping Vanya.

"Sandra cuma bilang kalau mereka di rumah sakit tempat biasa Papa medical check up."

"Ya sudah ayo kita kesana sekarang," ajak Charles.

"Aku mandi dulu. Kamu enggak?"

"Mau mandi bareng?" Masih sempat-sempatnya dia melancarkan aksinya untuk menggoda Vanya di saat genting seperti ini.

"Kamu jaga Charlos aja," ujar Vanya sambil menaruh Charlos di pangkuan Charles.

"Ya kali aja," ucap Charles lagi saat Vanya melenggang menuju kamar.

"Nih!" Vanya mengacungkan kepalan tangan ke arah Charles.

Charles mengunci pintu rumah setelah mereka siap untuk pergi ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Vanya terus mencoba menghubungi Mama maupun Sandra, namun tetap gak ada respon.

"Jadi khawatir sama Papa. Tadi gimana sih kejadiannya?"

Vanya kemudian menceritakan sedikit yang ia tahu.

Mobil Charles memasuki area parkir rumah sakit yang lumayan padat. Mobil-mobil tampak terparkir rapi di lahan parkir yang cukup luas.

"Charlos, Papa gendong ya," ucap Charles yang langsung mengangkat Charlos meski sebenarnya Charlos ingin jalan sendiri. Mereka berjalan tergesa-gesa menuju resepsionis, karena sampai sekarang pun tetap tidak ada kabar apa-apa dari Sandra maupun Mama. Pikiran-pikiran terburuk sudah mulai merasuki otak Charles. Ia masih belum sanggup bila harus kehilangan orang tercinta lagi.

"Atas nama Frans ada gak, Mbak? Baru masuk sore tadi?" tanya Charles cemas. Vanya mengambil Charlos dari gendongan Charles dengan pelan.

"Sebentar saya cek dulu," jawab perawat yang tengah berjaga di resepsionis sambil menatap layar komputer dan tangannya sibuk memainkan mouse.

"Vanya." Sapa seseorang berbaju kemeja hitam lengkap dengan stetoskop yang mengalung di lehernya. Mendengar namanya dipanggil, Vanya menoleh, begitu juga dengan Charles.

"Rio?" ucap Vanya tak yakin. Laki-laki di depannya mirip dengan teman SMA nya namun sudah banyak berubah.

"Seneng banget kamu masih ingat sama aku," ucap Rio lagi dengan senyum sumringah mengambang di bibirnya. Mendengar perkataan Rio itu membuat Charles sedikit gerah.

“Apa-apa an laki-laki ini” gumam Charles.

"Permisi," ucap perawat tadi membuat mereka menoleh. "Atas nama Bapak Frans, ada di ruangan Orchid nomor tiga. Dari sini silahkan naik lift ke lantai lima." Perawat itu memberikan keterangan dengan ramah.

"Terimakasih, Mbak," ucap Charles yang dibalas dengan anggukan kepala perawat itu.

"Kebetulan tadi saya yang periksa pasien atas nama Bapak Frans. Kondisinya sekarang sudah stabil, tekanan darahnya saja yang cukup tinggi tadi," ucap Rio.

"Makasih ya, Io, sudah ngecekin kondisi Papa mertua aku,"

"Oh, itu mertua kamu? Kamu udah nikah gak kasih kabar, udah gede lagi anaknya," ujar Rio akrab sambil memukul pelan lengan Vanya.

"Iya, maaf ya Io."

Melihat keakraban Vanya dan Rio, Charles hanya bisa bengong. Ia cuma menjadi penonton dan pendengar dari setiap tingkah dan percakapan mereka.

"Mau aku antar?" tanya Rio sembari memandang Charles dan Vanya bergantian.

"Gak usah. Terimakasih. Ayuk sekarang kita ke atas." ajak Charles. Tangannya spontan menggandeng tangan Vanya sampai masuk ke dalam lift. Saat pintu lift terbuka, Vanya hendak menarik pelan tangannya namun yang di dapatnya hanya tatapan tajam Charles.

Sedikit bingung, tapi lebih banyak senangnya melihat sikap Charles sekarang, yang membuat Vanya mesem-mesem malu sendiri.

"Mama sama Sandra gak ada yang respon, bikin khawatir aja!" seru Charles begitu masuk ke dalam ruangan kamar Papa. Kamar dengan fasilitas yang paling lengkap di rumah sakit ini. Tampak Frans yang terbaring dengan selang infus terpasang di tangan kirinya.

"Mama mana sempet lagi ngurusin handphone, Charles. Papa kaya gini aja Mama hampir jantungan." ucap Erin. Ia duduk di sofa samping tempat tidur Frans.

"Papa baik-baik aja kok," ucap Frans lirih. Dari nada suara Frans, Charles dapat menangkap kalau Papa sedang ada masalah. Ingin rasanya langsung menanyai masalah apa yang sedang terjadi, tapi ditahannya melihat kondisi Frans yang masih belum fit.

"Opa Opa Opa." Charlos berdiri di pinggir tempat tidur hendak memanjat. Melihat itu, Charles mengangkat Charlos dan mendudukkannya.

"Cepat sembuh ya, Opa." Suara Charles seolah menirukan suara Charlos, yang sesaat kemudian menurunkannya lagi dan menyerahkannya pada Vanya.

Kalau bukan karena desakan Erin dan Charlos yang telah tertidur, mereka pengennya menginap di rumah sakit, ikut menjaga Frans. Namun tak mungkin, kasihan Charlos kalau harus ikut tidur di sini.

Sekitar pukul sepuluh malam, mereka bertiga pamit pulang. Makin malam jalanan masih lumayan macet.

Kruk kruk kruk

"Kamu lapar?" tanya Vanya saat mendengar suara perut Charles yang berbunyi.

"Iya. Lupa, belum makan tadi."

"Tapi dirumah gak ada makanan," ucap Vanya dengan nada kurang enak. Ia merasa bersalah, karena menyebabkan suaminya sampai kelaparan seperti ini.

"Kita beli makan aja ya. Dibungkus nanti makannya di rumah." usul Charles yang diiyakan oleh Vanya.

Charles menghentikan mobilnya di salah satu kedai nasi goreng dan sate ayam. Untung saja sedang tidak banyak antrian pembeli, jadi tidak perlu waktu lama untuk menunggu.

"Sudah tidur," ucap Charles saat kembali masuk kedalam mobil dan meletakkan bungkusan makanan di kursi belakang. Ia membelai wajah Vanya dan merapikan rambutnya yang sebagian menutupi wajahnya.

"Eh," ucap Charles lagi saat Vanya bergerak. Rupanya Vanya tidak tidur, ia hanya menutup matanya.

"Kirain udah tidur, kalau nggak udah …." Charles tak meneruskan ucapannya.

"Apa? Cepet udah pulang, kasian Charlos. Kamu juga sudah lapar kan," kata Vanya. Ia membenarkan posisi tidur Charlos dan mendekapnya lagi. Charles hanya tersenyum melihat Vanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

  • DUDA POLISI BUCIN   Teman SMA

    Pagi ini Vanya bangun karena suara tangisan Charlos. Ia meraba sampingnya dan tak merasakan keberadaan Charlos. Ia beranjak dari ranjang dan menggendong Charlos, keluar dari box bayinya."Sshhh sshhhh shhhhh," Vanya coba menenangkan Charlos. Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Di balik selimut Charles juga masih terlelap tidur. Setelah Charlos tenang dan kembali tidur, dengan perlahan ia meletakkan Charlos ke dalam box bayinya. Vanya mencuci muka, menyikat gigi, dan merapikan rambutnya, sebelum keluar dari kamar.Hannya mereka bertiga yang ada di rumah. Paling tidak, ia harus menyiapkan sarapan untuk Charles dan juga Charlos. Ia membuka kulkas dan melihat apa yang dapat dimasak pagi ini. Ia mengeluarkan ayam yang telah dibumbui dari dalam freezer dan mengeluarkan beberapa jenis sayuran. Sinar matahari mulai mengintip dari balik celah-celah jendela. Ia lalu mematikan kompor karena masakannya telah selesai. Tak perlu waktu lama untuk

  • DUDA POLISI BUCIN   Di Rumah Sakit

    "Lagi ngapain, Ma?" tanya Vanya di ujung telepon. Sabtu ini di habiskannya hanya di rumah saja, dengan Charlos dan tentunya, Erin, ibu mertuanya. Seperti biasa, Frans ada di kantor sementara Sandra masih sibuk dengan urusan skripsinya. "Lagi siap-siap mau pergi acara bulanan sama Tante Lusi," sahut Mama dengan loudspeaker handphone yang menyala karena tangannya masih sibuk melukis wajah."Di jemput sama Tante Lusi?""Iya, Sayang. Mama sih pengen kursus nyetir supaya bisa bawa mobil, sayang kan mobil di rumah nganggur. Atau kamu bawa aja mobilnya ke sana," ucap Mama yang kini tangan dan matanya serius menatap kaca, fokus menggambar alis."Mama ih, mobilnya biarin aja disana.""Ya udah, nanti kamu cariin Mama tempat kursus ya," ucap Mama sambil membereskan beberapa peralatan make upnya."Oke, Ma. Ya sudah Mama hati-hati ya, Vanya tutup teleponnya ya," ucap Vanya.Ia kemudian duduk melantai di dekat Charlos, menemaninyaa bermain."Ami, Ami, mobil, mobil

  • DUDA POLISI BUCIN   Nongkrong

    Sikap Vanya kini mulai melunak. Seperti hari ini, Vanya menuruti kemauan Charles saat ia mengajaknya pergi untuk sekedar makan es krim dengan varian yang berbeda di salah satu kedai es krim, setelah pulang bekerja. Laporan yang diminta atasannya untuk diserahkan pukul lima sore, telah selesai dikerjakan Charles dari pukul setengah empat dan siap untuk diantar sekarang. Ia membereskan mejanya dan menyimpan laptopnya di laci."Permisi, Pak," ucap Charles seraya mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan atasannya setelah dipersilahkan."Baru jam berapa ini?" atasannya melirik jam di tangan kirinya sewaktu Charles meletakkan map berwarna coklat berisi laporan yang dimintanya. Charles nyengir mendengar perkataan atasannya itu."Oh, malam jumat ya," goda atasannya lagi yang membuat Charles malu."Tahu aja, Bapak," jawabnya. Padahal sih mau malam apapun bahkan malam jumat sekalipun gak ngaruh sama dia.Asyik membahas beberapa kasus dengan atasannya, tiba-tiba istri atas

  • DUDA POLISI BUCIN   Please, Stop

    Memasuki usia Charlos yang ke delapan belas bulan alias satu setengah tahun, Charlos dijadwalkan akan imunisasi. Sebelumnya Erin telah mendapatkan pesan konfirmasi dari bagian admin dokter anak di salah satu klinik di Jakarta. Hari sabtu jam empat sore. Erin, Vanya, dan Charlos sudah siap tinggal berangkat, saat Charles tiba-tiba datang dan mengatakan siap untuk mengantarkan mereka."Sebentar Charles ganti baju ya, Ma," ucap Charles sambil masuk ke dalam kamar.Sepuluh menit kemudian, Charles telah siap, mengenakan celana jeans dan kaos hitam lengkap dengan sepatu sneakers nya. Ia terlihat sangat mempesona."Charlos sama Ami di depan ya," ucap Erin sambil memberikan Charlos pada Vanya, dan ia masuk duduk di kursi belakang. Vanya masuk dan memangku Charlos, sementara Charles mengemudikan mobil. Di tengah jalan, tiba-tiba Erin minta diturunkan di kantor Frans."Loh kenapa, Ma?" tanya Vanya.“Lagi bete sama Charles juga, Mama malah mau gak ikut” batin Vanya."Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status