Share

Hampir Saja

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-07-19 14:37:03

Dengan malas ia membuka matanya. Keadaan kamar yang masih gelap membuatnya membenamkan diri lagi ke dalam selimut. Namun saat memori otaknya mengingatkan bahwa sekarang ia sedang tidak sendiri, dengan pelan ia turun dari tempat tidur dan meraih handphonenya.

"Yah," lirihnya saat membaca pesan dari Mama yang mengatakan bahwa Mama sudah check out duluan dan ikut Yuda ke Bandung untuk beberapa hari. Ia melihat ke arah tempat tidur, Charles masih tidur dengan nyenyaknya. Ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Menikmati guyuran air hangat di bawah shower sedikit membuat hatinya tenang.

“Oke Vanya, tenanglah semuanya akan berjalan lancar” batinnya. Ia mengambil pengering rambut dan mengarahkannya pada rambutnya yang basah. Ia memukul pelan kepalanya saat menyadari bahwa ia lupa membawa pakaiannya ke dalam kamar mandi.

“Semoga dia belum bangun” doanya dalam hati.

Namun malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, memang nasib Vanya harus menghadapi Charles pagi ini. Begitu ia membuka pintu, ternyata Charles tengah menggeliat dan membuka bajunya. Seketika wajahnya memerah melihat atraksi Charles tersebut.

"Kamu sudah selesai?"

"Belum."

"Terus?"

"Mau ngambil baju dulu," ucapnya sambil melangkahkan kaki ke sebelah kiri yang malah diikuti oleh Charles. Begitu juga sebaliknya, Vanya beralih ke arah kanan, Charles juga mengikutinya. Charles pelan-pelan melangkah maju yang membuat Vanya memundurkan langkahnya. Semakin melangkah maju dan membuat Vanya mentok di dinding, tak dapat kemana-mana.

"Kamu ngapain sih?" tanyanya gusar. Tangannya erat memegang kimono yang dikenakannya. Charles sedikit membungkuk dan mendekatkan wajahnya pada telinga Vanya. Aroma buah tercium dari rambutnya yang masih setengah basah.

"Sekarang kan sudah menikah," ucapnya lebih dekat ke arah telinga Vanya. Deru nafasnya sangat terasa, membuat bulu romanya berdiri.

"Jadi, ada masalah?" tanya Charles yang satu senti lagi mendaratkan bibir merahnya di leher Vanya.

Hampir terbuai dengan sikap Charles, dengan cepat Vanya mendongak dan menghantam dagu Charles yang membuat pria itu menjerit kesakitan.

"Masalah lah! Walaupun sebenarnya aku sayang sama kamu dan juga ingin sama kamu, tapi selama kamu tidak memiliki perasaan sama aku dan kamu belum bisa meyakinkan aku, kita hanya sebatas teman seperti yang kamu bilang. Tidak ada interaksi lebih. Aku gak mau cuma jadi pelampiasan kamu saja karena kamu sudah lama tidak ..." ucapnya terhenti. Ia tak kuasa menolak Charles yang dengan cepat mendaratkan bibir tipis nan merahnya di leher Vanya. Tangan Charles dengan pelan menggenggam tangan Vanya yang menyebabkan kimono yang sedari tadi erat dipegangnya menjadi longgar dan memperlihatkan sedikit bagian tubuh Vanya yang tersembunyi. Charles hampir saja merajai Vanya seutuhnya, namun suasana menjadi awkward saat terdengar bunyi dari perut Vanya.

"Kamu lapar?" tanya Charles seraya meninggalkan jejak merah di leher Vanya tanda ia menyudahi permainannya.

"...." Vanya tak menyahut. Ia menelan salivanya, berusaha menyadarkan diri.

"Ya sudah, kamu siap-siap, biar kita sarapan di bawah. Sebentar aku mandi," ucapnya santai. Ia melepas genggaman tangannya dan masuk ke kamar mandi dengan santai, seolah tak terjadi apa-apa. Sejenak Vanya terdiam, tubuhnya tak bisa bergerak. Akibat ulah Charles tadi, Vanya seolah ternoda. Ternoda karena membayangkan Charles.

***

Di restoran yang tak begitu ramai. Vanya berjalan terlebih dahulu sambil melihat menu sarapan yang tersedia. Ia berhenti di depan meja yang tertata sebuah kompor listrik.

"Firman," seru Vanya saat seorang laki-laki mengenakan pakaian berwarna putih, khas koki, berbalik.

"Vanya, apa kabar? Dengar dari yang lain kamu baru aja merid ya," ucapnya. Vanya tersenyum kecil.

Firman adalah teman SMA Vanya yang memang jago masak dan sempat ia tolak cintanya.

"Kamu mau aku bikinin omelet?" tanyanya ramah.

"Boleh deh,"

"Kamu tunggu di meja aja, nanti aku antar,"

"Makasih ya, Firman," ucap Vanya.

Ia menghampiri Charles yang telah lebih dulu duduk di meja dengan beberapa menu telah tersaji. Sementara Charles sendiri memandang Vanya bingung, karena datang dengan tangan kosong.

"Sarapan kamu mana? Bukannya kamu lapar?" tanya Charles sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Bentar lagi diantar," jawab Vanya.

Enam menit kemudian, Firman datang dengan mendorong meja kecil. Ia meletakkan omelet, potongan buah, air mineral, dan dua lembar roti bakar.

"Ini yang spesial," ucap Firman sambil meletakkan segelas jus jeruk yang sudah di tambahkan madu.

"Masih ingat aja kamu kesukaan aku apa," ucap Vanya sambil tersenyum dan meminum jus jeruk yang di bawa Firman. Charles memandang datar wajah Firman.

"Selamat menikmatinya ya. Selamat buat weddingnya juga," ucap Firman sambil menatap Vanya kemudian berganti menatap Charles.

Sepeninggal Firman, Vanya yang tengah menikmati sarapannya, dibuat tak tenang dengan tatapan tajam Charles. Seolah Charles siap menerkamnya.

"Jadi dia siapa?"

"Firman, temen SMA aku dulu," jawabnya sambil menyeruput jus jeruk di depan.

"Temen? Tapi kok dari cara dia ngeliat kamu beda? Trus dia tahu apa makanan kesukaan kamu." Charles menghentikan aktivitasnya dan menatap Vanya.

"Memang salah kalau teman kita itu perhatian dan tahu menu kesukaan temannya yang lain?"

"Cepat habiskan makanan kamu, biar kita balik ke kamar." Perintah Charles.

BALIK KE KAMAR.

Saat Charles mengucapkan tiga kata terakhir barusan, kejadian di depan kamar mandi tadi, tiba-tiba terputar ulang di memori otaknya. Membuatnya bergidik ngeri. Charles yang telah selesai sarapan, terus memperhatikan Vanya yang tampak sengaja memperlambat aktivitas makannya.

"Udah hampir satu jam lo kita di sini,"

"Tapi kan aku belum selesai makan," sahut Vanya. Charles mengambil sendok dari piringnya kemudian ikut memakan makanan yang ada di piring Vanya.

"Nih, aku bantuin kamu makan."

Vanya melongo melihat tingkah konyol Charles.

“Mau ngapain sih balik ke kamar” gumam Vanya seraya mencuri pandang pada Charles.

"Sudah selesai, ayo balik ke kamar biar packing. Aku udah kangen sama Charlos," ucap Charles. Ia memundurkan kursinya kemudian berdiri di samping Vanya. Saat Vanya berbalik, tampak Firman melambaikan tangan padanya.

***

Setibanya di kamar, Vanya mengultimatum Charles agar menunggu di ruang tamu saja sementara Vanya membereskan barang-barang mereka di kamar. Ia masuk dan menutup pintu kamar, kemudian dengan sigap membereskan barangnya dan Charles.

"Selesai," ucapnya sambil menarik resleting koper dan meletakkan dua koper kecil itu di dekat pintu.

Ia kemudian berjalan, membuka pintu kamar dan mendapati Charles telah terlelap tidur dengan mulut yang sedikit menganga.

“Bisa-bisanya dia tidur, padahal cuman sebentar” gumam Vanya. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar dan membiarkan Charles tidur sejenak. Namun sudah hampir satu jam, Charles tak kunjung bangun juga. Siaran tivi yang melantunkan lagu-lagu lawas, seakan meninabobokannya, hingga akhirnya membuat ia juga ikut tertidur.

"Auww ..." Charles terbangun seraya memegang lehernya yang sedikit sakit karena posisi tidurnya yang salah. Ia beranjak dari kursi dan membuka pintu kamar.

"Dia juga ketiduran," ucap Charles sambil melirik jam di tangan kanannya. Jarum jam menunjuk ke arah pukul sepuluh lewat lima belas menit. Ia memutuskan untuk naik ke tempat tidur sambil menunggu Vanya bangun dengan sendirinya.

Memang dasar Charles, yang sudah lama tidak merasakan sentuhan seorang wanita, naluri lelakinya tiba-tiba menggelora saat melihat Vanya menggeliat, meregangkan otot-ototnya. Ia berguling dengan cepat, berpindah ke sisi Vanya yang masih setengah sadar. Sebelum nyawa Vanya benar-benar terkumpul, Charles dengan santainya memeluk Vanya dari belakang dan menempatkan wajahnya tepat di bawah ketiak Vanya.

"Astaga, kamu ngapain?" Vanya berusaha mendorong tubuh Charles.

"Lagi ngasih kamu perhatian, sama kaya temen kamu yang koki itu," ucap Charles. Vanya menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Kalau terus-terusan seperti ini pertahanannya bisa jebol. Ia menyikut pelan perut Charles sehingga membuat Charles melepaskan pelukannya.

"Katanya kamu kangen Charlos, ayo pulang," ujar Vanya dengan posisi duduk membelakangi Charles, hendak berdiri. Namun lagi-lagi, entah apa yang membuat Charles menjadi sedikit liar dan menyebabkan Vanya kembali jatuh ke atas tempat tidur dengan sekali hentakan tangan saja. Kini ia tak dapat bergerak lagi, karena Charles telah menguncinya dalam dekapan.

Terasa sangat nyaman, hingga tanpa sadar ia memasrahkan diri merasakan lembut belaian tangan Charles di rambutnya. Untuk beberapa saat mereka hanya diam menikmati hangat pelukan satu sama lain. Charles menutup matanya dan tiba-tiba melintas wajah Kirana yang tengah tersenyum.

"Aku yakin kamu pasti sudah tahu perasaanku gimana ke kamu," ucap Vanya bersamaan dengan mengendurnya dekapan Charles. "Tapi yang harus kamu tahu dan ingat, aku gak mau cuma menjadi pelampiasan kamu saja. Aku gak akan memaksakan perasaan ku ke kamu. Jadi, kamu bebas dengan urusan pribadi kamu, begitu juga dengan aku. Aku gak akan membatasi kamu dan kamu juga gak berhak untuk membatasi aku," ucap Vanya.

Charles terdiam meresapi perkataan Vanya barusan. Sangat di luar dugaannya. Ia pikir setelah menikah, akan ada drama kecil dari Vanya, ternyata malah ia sendiri yang menciptakan drama. Otaknya mulai membandingkan antar Vanya dan Kirana.

Kirana yang selalu mengiyakan semua permintaan Charles berbanding terbalik dengan Vanya yang selalu punya alasan untuk menolak permintaan Charles, apalagi permintaan yang sedikit aneh dan tak masuk akal.

Kendati sudah melonggarkan dekapannya, Charles sepertinya enggan untuk membiarkan Vanya beranjak dari atas ranjang meskipun gadis itu sudah berusaha melepaskan diri. Untunglah, Vanya terselamatkan dengan bunyi dari handphone Charles. Dengan cepat ia melompat turun meninggalkan Charles dan masuk ke dalam kamar mandi.

“Stay focus Vanya. Jangan biarkan Charles berhasil merajai kamu sebelum ia bilang cinta dan sayang sama kamu. Jangan termakan dengan godaannya” gumam Vanya sambil membasuh mukanya.

Saat membuka pintu kamar mandi, ia tak melihat Charles di dalam kamar. Ia bergegas mengambil tas dan handphonenya.

"Kirain kamu udah duluan," ucap Vanya saat melihat Charles yang ternyata menunggunya di ruang tamu.

Saat Vanya hendak melangkahkan kaki berjalan ke arah kopernya, langkahnya terhenti karena ia tersandung kaki meja yang menyebabkan ia jatuh menimpa Charles.

"Kayaknya kamu memang sengaja menguji kesabaran aku ya," ucap Charles sambil melotot. Gejolak di dalam dirinya yang dari tadi naik kemudian turun, kini menjadi naik lagi akibat ulah Vanya yang jatuh menimpa Charles. Irama detak jantungnya seperti orang yang sedang dikejar hewan buas, sangat cepat tak terkendali. Tanpa permisi, Charles membuka dua kancing baju Vanya dan hampir saja memberi tanda di sana saat handphonenya kembali berdering membuatnya tampak senewen. Dengan jurus seribu bayangan, Vanya dengan cepat membereskan pakaiannya dan menarik keluar dua koper.

"Ayo kita check out," ujar Vanya dari depan pintu. Ia tak berani lagi masuk ke dalam kamar, takut liarnya Charles kambuh lagi.

“Ya ampun, kenapa aku tidak bisa menahan diri saat berdua saja dengan dia” guman Charles sambil melihat Vanya yang beberapa langkah di depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Lelaki Lain Lagi

    Setelah penantian dan perjuangan yang cukup lama, hari ini akhirnya Sandra diwisuda juga. Bertempat di salah satu ballroom hotel di Jakarta, wisuda akan dilakukan mulai jam sepuluh pagi.Dari pagi Sandra sudah sibuk di make up oleh MUA yang dipanggil ke rumah. Sementara menunggu giliran make up, Vanya membenahi Charlos, mengganti bajunya dan menyiapkan beberapa cemilan untuk Charlos nanti selama di sana."Kamu ikut kan?" tanya Charles pada Vanya yang belum berganti pakaian."Kalau gak ikut kenapa emangnya?" tanya Vanya sambil membuka lemari pakaian, memilihkan pakaian yang akan dikenakan Charles."Kalau kamu gak ikut nanti aku dikira masih single lagi," ucapnya santai sambil bermain handphone dengan Charlos di atas tempat tidur."Iya tahu, yang punya sejuta pesona. Aku mah apa atuh," ucap Vanya."Charlos, coba kita lihat dulu muka Aminya," ucap Charles mendekati Vanya seraya menggendong Charlos."Apaan sih," ucap Vanya saat Charles mencoba menggodany

  • DUDA POLISI BUCIN   Galak

    Dari sekian kali acara arisan keluarga yang dihadiri oleh Vanya dan mertuanya tanpa kehadiran Charles, baru kali ini ada kejadian yang tak mengenakkan di hatinya. Pertanyaan tantenya Charles membuatnya merasa kecil tak berarti. "Kenapa, Sayang?" tanya Erin mendekati Vanya. Meski selama acara Erin tak selalu berada di dekat Vanya dan Charlos, ia tetap mengawasi menantunya itu dari jauh. "Gapapa, Ma." Vanya memasang senyum palsu. “Perasaan kemarin dia fine-fine aja. Kenapa tiba-tiba dia nanyain soal anak sih? Pakai bilang gak subur lagi” gerutu Vanya dalam hati. Ia mengatur nafasnya yang sedikut menggebu menahan amarah. "Yakin gapapa?" Erin memastikan lagi. "Iya, Ma." Kembali Vanya menampilkan senyum palsu. Rasanya pengen cepet-cepet pulang aja dari sini. Ia mengajak Charlos ke halaman depan bermain bersama sepupu-sepupunya yang lain. "Hai, Kak," sapa salah seorang sepupu Charles yang usianya tak beda jauh dengannya. "Hai," sahut Vanya sambil tersenyum. "Sandra gak ikut y

  • DUDA POLISI BUCIN   Anniversary

    Sedikit kesal sih karena pagi-pagi Charles sudah pamit pergi kerja duluan, dan menyuruh Vanya untuk ikut dengan Sandra. Tak ada kata-kata yang berarti keluar dari mulut Charles pagi ini, pada hal hari ini adalah tepat satu tahun mereka menikah. Entah lupa atau sengaja, Vanya tak tahu. Ia memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan sikap Charles dan menyimpannya dalam hati saja. Setelah siap dengan pakaian kerjanya, ia mengajak Charlos keluar dari kamar. Semenjak Vanya resmi menjadi Aminya Charlos, yang biasanya Charlos jarang bangun pagi, kini berubah. Ia selalu bangun pagi seolah ingin selalu mengantarkan Vanya pergi bekerja."Happy Anniversary yang pertama ya Aminya Charlos. Semoga kalian selalu bahagia, Amin," ucap Erin saat Vanya tiba di ruang makan."Amin." Frans pun turut mengamini ucapan Erin."Makasih ya, Mama, Papa. Semoga kita semua selalu bahagia, Amin," ucap Vanya. Ia menarik kursi dan duduk di samping Charlos yang telah anteng di atas kursi bayinya."Tadinya sih mau ajak d

  • DUDA POLISI BUCIN   Semua Jadi Satu

    Vanya memandangi kalender yang ada di atas meja dan membolak tiap lembar. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kalau dihitung-hitung, ini sudah hampir satu tahun mereka menikah. Tepatnya, tiga hari lagi, genap satu tahun usia pernikahan mereka. Sebenarnya ia tak berekspektasi yang berlebihan di hari jadi mereka ini. Charles ingat saja, itu sudah hal yang luar biasa. Syukur.Belakangan ini, Vanya merasa kalau hubungannya dengan Charles jauh lebih baik dari sebelumnya. Walau kadang masih sering berdebat kecil.“Kamu mau cuti? Dari tadi liatin kalender terus," ucap Tyas."Gak sih, belum ada rencana," jawab Vanya cengengesan."Terus?""Liatin kapan gajian, udah menipis soalnya, hahahaha …." ucap Vanya."Ah, kayaknya kamu termasuk golongan orang yang uangnya gak berseri deh.""Amin Ya Allah," sahut Vanya seraya menengadahkan tangannya. Vanya mengamini saja ucapan Tyas, meski tahu yang dimaksud Tyas adalah mertuanya.Setelah membereskan meja, Vanya, Tyas, dan yang lain menuju aula kantor untuk me

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status