Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Makan Siang Serius

Share

Makan Siang Serius

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-04-01 21:29:12

Setelah beberapa kali menolak halus ajakan Erin untuk makan siang, hari ini Vanya mengabulkan ajakan wanita itu. Tepat jam dua belas siang Erin telah datang menjemputnya ke kantor. Tentunya bersama Charlos dan Sandra. Mobil kemudian melaju menuju rumah makan yang letaknya tak begitu jauh dari kantor Vanya.

"Gimana kerjaan kamu, Van?" Tanya Erin basa basi sambil menyuapi Charlos makanan pendamping asi yang dibawa dari rumah.

"Lancar, Tante," jawab Vanya singkat dengan senyum simpul.

"Sini biar Sandra aja yang nyuapin Charlos, Ma." Gantian, sekarang Sandra dengan telaten menyuapi Charlos.

Sambil menikmati jus alpukat, Vanya tersenyum melihat Charlos yang terlihat anteng menikmati makanannya. Hal itu membuat Erin ikut tersenyum. Baru kali ini ia merasa sangat cocok dengan orang yang belum ia kenal dekat. Ia melihat sifat Vanya yang sangat keibuan.

Asyik bermain dengan Charlos, Erin memanggil Vanya dengan wajah yang terlihat serius.

"Iya, Tante," jawab Vanya sambil memandang wajah Erin sekilas kemudian lanjut memainkan tangan mungil Charlos.

"Kamu sayang gak sama Charlos?" tanya Erin. Vanya terdiam tak langsung menjawab.

“Wah bener nih. Tante Erin mau aku jadi pengasuhnya Charlos,” guman Vanya dalam hati.

"Sama anak kecil yang lucu imut kaya Charlos gini, siapa sih yang gak sayang, Tante? Menggemaskan begini dia." Vanya mencubit lembut pipi Charlos.

"Kamu gak mau merawat Charlos?" Lanjut Erin meraih salah satu tangan Vanya dan menggenggamnya lembut.

"Tante, mau aku jadi pengasuhnya Charlos?" spontan ucapan Vanya yang membuat Erin dan Sandra saling berpandangan kemudian tertawa lucu. Tidak mengira kalau Vanya akan mengeluarkan kata-kata seperti itu.

"Ih, Kak Vanya ada-ada aja deh ngomongnya." Sandra memukul pelan pundak Vanya.

"Pasti kamu bingung dengan perkataan Tante tadi barusan. Semoga Tante gak salah ngomong ya dan Tante harap ini benar,” ucap Erin yang kemudian mengatakan apa yang ia rasakan selama ini. Mulai dari kejadian di rumah sakit saat ia dengan sukarela mendonorkan darah. Hal itu membuat Erin yakin kalau Vanya adalah perempuan yang baik. Dilanjutkan dengan pertemuan mereka yang sepertinya sudah ditakdirkan. Bertemu di tempat dan situasi yang random. Ia juga mengatakan apa yang menjadi harapannya pada Vanya untuk bisa merawat Charlos kedepannya.

“Uhuk.” Vanya terbatuk saat Erin menyebutkan nama Charles. Wajahnya memerah saat Erin mengatakan penilaian Vanya terhadap Charles. Apa yang dikatakan wanita paruh baya itu benar adanya.

"Dan semoga saja yang Tante katakan ini benar ya, sepertinya kamu ada perasaan dengan Papanya Charlos? Karena setiap kali bertemu kamu gak pernah melihat wajahnya secara langsung.”

Vanya reflek menunduk wajah, menyembunyikan pipinya yang memerah. "Tante harap apa yang Tante ucapkan ini tidak menjadi beban pikiran kamu ya, Vanya? Tante hanya ingin kamu tidak menutupi perasaan kamu," ucap Erin sambil beranjak berdiri menuju kasir.

"Kakak gak usah terlalu memikirkan ucapan Mama tadi. Kalau memang Kak Vanya harus bersama dengan Bang Charles, ya pasti akan bersama juga," ucap Sandra sambil menggendong Charlos. Vanya memandang Sandra dengan perasaan yang tak karuan. Ia sama sekali tidak mengira kalau makan siang ini akan membicarakan hal yang tidak pernah ia pikirkan.

***

Selesai makan malam, Vanya dan Mama duduk di ruang tamu sambil menonton tivi. Sejak tadi Mama terus memperhatikan Vanya yang terus memainkan remote tivi. Jemari tangannya tak henti mengganti siaran tivi. Vanya ragu dan bingung hendak mulai bicara dari mana pada Mama. Namun ia tidak bisa memendam ini sendirian.

"Ma," panggil Vanya. Mama menjawab dengan deheman. "Mama pasti marah kalau aku bilang ini?” Mama langsung menatap serius pada Vanya.

Ia kemudian menceritakan pertemuannya tadi siang dengan Erin. Mama sempat lupa, tapi saat mengatakan kejadian beberapa bulan lalu di rumah sakit ingatan Mama langsung pulih. Pertama Vanya mengatakan apa yang Erin harap darinya untuk merawat cucunya.

"Jadi pengasuh maksudnya? Kan kamu kerja?" tanya Mama balik dengan nada heran. Vanya menggelengkan kepala. "terus jadi apa? Ibunya Charlos?" tebak Mama.

"Mungkin," jawab Vanya tak yakin sambil melihat ekspresi wajah Mama.

Wanita yang mengenakan atasan berwarna hitam itu menghela nafas panjang.

"Gini ya, Sayang. Kehidupan pribadi kamu sepenuhnya adalah hak kamu. Keputusan kamu dalam memilih pendamping hidup, itu juga hak kamu. Mama hanya bisa memberikan gambaran untuk kedepannya, nasehat yang bisa membuka pikiran kamu, agar kamu tidak menyesal di kemudian hari.” Ucapan Mama terdengar lembut, tidak ada nada marah ataupun ekspresi menghakimi. Vanya sendiri terkejut dengan reaksi yang Mama tunjukkan. Di awal ia mengira Mama akan marah-marah padanya, tapi nyatanya tidak. Mama kemudian bertanya hal seputar pria itu pada Vanya.

"Sebenarnya gak terlalu kenal sih, Ma. Cuman tahu aja sama dia, karena beberapa tahun lalu Vanya sempat bolak balik kantornya tiap bulan, karena ada kerjasama sama kantornya. Tapi untuk kenal lebih jauh, tahu tentang sifat dan perilaku dia, Vanya belum sampai sana."

"Nah, itu kamu sendiri bilang. Sifatnya saja kamu gak tahu. Lalau bagaimana kamu bisa yakin mau menjalani ke jenjang yang lebih serius? Taruhlah dia menyetujui permintaan orang tuanya dan menerima kamu, tapi apakah kamu siap kalau ternyata kamu dianggap sebagai orang yang hanya merawat anaknya, bukan sebagai pendampingnya? Dia belum lama lo, ditinggal pergi sama istrinya, sedikit banyak pasti dia masih ingat, cinta, dan sayang sama mendiang istrinya.”

Vanya terdiam mendengar ucapan panjang lebar Mama. Apa yang dikatakan Mama sepenuhnya benar, tapi ia merasakan hatinya sedikit aneh. Bergejolak tak jelas dan mengebu-gebu saat memikirkan pria itu. Belakang ini malah ia kadang bisa membayangkan rasanya berkeluarga dengan pria itu.

"Kamu sudah suka sama dia sejak lama?" tanya Mama memastikan.

Vanya menghela nafas dan mengangguk.

"Pikirkan matang-matang sebelum kamu mengambil keputusan ya, karena menyesal tiada guna. Karena Mama sangat berharap, anak-anak Mama menikah hanya untuk sekali seumur hidup, tidak ada perpisahan kecuali karena kematian."

"Tapi, apakah Mama tidak keberatan kalau Vanya mau mencoba menjalaninya?"

"Mama akan selalu mendukung apa yang membuat kamu bahagia, Sayang," ucap Mama sambil tersenyum kemudian memeluk erat Vanya, anak bungsunya itu.

Di waktu yang bersamaan, di rumah orang tua Charles.

"Jadi Mama mau menggantikan Kirana dengan wanita itu?" ucap Charles dengan nada tinggi saat Erin mengutarakan rencananya.

"Charles!" Suara Erin tak kalah tinggi. "Mama hanya ingin Charlos ada yang mengurus dan merawat dia, Mama gak mau Charlos kehilangan kasih sayang seorang ibu. Dengar, Kirana tidak akan tergantikan, karena dia tetap ibu kandung Charlos, suatu saat Charlos juga akan tahu itu. Tapi untuk saat ini dan kedepannya apakah kamu akan tetap seperti ini, keras kepala dan membiarkan Charlos tumbuh seorang diri? Mama hanya ingin kamu dan Charlos ada yang mengurus. Mama memilih Vanya untuk Charlos, karena Mama yakin dia tulus sayang sama anak kamu."

"Mama sebegitu yakin dengan dia?" Charles mulai merendahkan nada suaranya.

"Ya, Mama sangat yakin. Dan Mama juga bukannya mau kalian langsung bersama, kalian bisa mengenal satu sama lain terlebih dulu. Kalau memang hati kamu terbuka untuk menerima dia, kalian bisa lanjutkan untuk saling mengenal lebih jauh, sebelum memutuskan untuk menikah. Tapi kalau hati kamu sama sekali tidak terbuka sedikit pun, lebih baik kamu cari sendiri wanita yang kamu yakini bisa menerima kamu dan Charlos," ucap Erin sedikit terbawa emosi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Bicara

    Melipat kertas setorannya, Vanya tersenyum seraya mengucapkan terima kasih pada petugas teller karena transaksi sudah selesai. Bukan main kagetnya ia saat berbalik dan melihat Charles sudah berada di belakangnya dengan membawa tas besar."Eh, kamu,” ucap Vanya canggung beralih sedikit ke samping membiarkan Charles maju ke loket teller dan meletakan tas besarnya."Kita perlu bicara," ucap Charles datar dengan lirikan mata tajam.Bingung harus bersikap seperti apa, Vanya memilih untuk duduk di kursi nasabah sambil menunggu Charles selesai. Tak perlu waktu lama pria itu kembali dan duduk disamping Vanya. Tanpa basa basi Charles mengatakan hal yang membuat mulut rasanya sulit untuk terbuka."Omanya Charlos pasti sudah bilang sama kamu kan?” Charles menatap Vanya sejenak kemudian mengalihkan pandangannya. Vanya mengangguk kepala sambil memainkan kuku jari tangannya."Jadi aku mau mencoba dulu, ini semua demi Charlos."Vanya menganggukan kepalanya lagi. Dia seperti terhipnotis dengan ucapa

  • DUDA POLISI BUCIN   Makan Siang Serius

    Setelah beberapa kali menolak halus ajakan Erin untuk makan siang, hari ini Vanya mengabulkan ajakan wanita itu. Tepat jam dua belas siang Erin telah datang menjemputnya ke kantor. Tentunya bersama Charlos dan Sandra. Mobil kemudian melaju menuju rumah makan yang letaknya tak begitu jauh dari kantor Vanya. "Gimana kerjaan kamu, Van?" Tanya Erin basa basi sambil menyuapi Charlos makanan pendamping asi yang dibawa dari rumah."Lancar, Tante," jawab Vanya singkat dengan senyum simpul."Sini biar Sandra aja yang nyuapin Charlos, Ma." Gantian, sekarang Sandra dengan telaten menyuapi Charlos. Sambil menikmati jus alpukat, Vanya tersenyum melihat Charlos yang terlihat anteng menikmati makanannya. Hal itu membuat Erin ikut tersenyum. Baru kali ini ia merasa sangat cocok dengan orang yang belum ia kenal dekat. Ia melihat sifat Vanya yang sangat keibuan. Asyik bermain dengan Charlos, Erin memanggil Vanya dengan wajah yang terlihat serius. "Iya, Tante," jawab Vanya sambil memandang wajah Eri

  • DUDA POLISI BUCIN   Kaget Bertemu Lagi

    Pagi-pagi Vanya mendapati meja kerja sudah ditempati oleh orang lain, Rian yang berada di unit lain. Permintaannya agar Rian menjauh dari mejanya, ditolak mentah-mentah.“Gak salah ini?” Vanya syok membaca memo rotasi yang Rian tunjukkan. Sejak kemarin sampai pagi ini Vanya belum membuka WAG kantornya. Ingin membuktikan Rian tidak sedang bercanda, gadis itu buru-buru mengecek ulang memo dari handphonenya sendiri dan ternyata itu benar. "Ini kan awal bulan, tadi sudah ada beberapa bendahara kantor yang info mau minta jemput setoran. Nanti aku ikut ya kalau kamu jalan. Chat aja aku, oke," ucap Rian sambil mengedipkan mata. Vanya hanya berdehem. Dia mengambil barang-barangnya di laci meja kemudian menuju lantai tiga dengan menaiki anak tangga. Begitu sampai di ruangan, Vanya langsung disambut tepuk tangan teman-teman collection yang kesemuanya adalah laki-laki. Berjalan penuh percaya diri ke meja Rian yang sekarang menjadi mejanya, gadis itu melambaikan tangan bak putri Indonesia. ***

  • DUDA POLISI BUCIN   Bertemu Kembali

    Pulang dari kantor Vanya melajukan mobilnya menuju toko bayi, membeli kado untuk teman kantornya yang baru saja melahirkan. Berjalan perlahan menyusuri beberapa rak, bibirnya mengulas senyum saat melihat seorang bayi yang tengah berada di dalam kereta tak jauh dari posisinya berdiri. Bayi laki-laki yang begitu menggemaskan.“Lucu banget sih,” ucap Vanya penuh senyum tapi tetap menahan diri untuk tidak mencolek anak bayi sembarangan.Seolah senang dengan keberadaan Vanya, bayi mungil itu mengeluarkan suara lucu sambil menggapai mainan yang berada di atasnya hingga mengeluarkan bunyi. Reflek seorang wanita yang berada tak jauh dari tempat itu menoleh dan mengecek keadaan bayi dalam kereta itu. Wanita itu terlihat serius sampai tidak menyadari keberadaan Vanya.“Hah?” Vanya kaget melihat siapa yang menghampiri bayi itu. Otaknya mengingat kejadian beberapa bulan lalu di rumah sakit. Wanita yang sama dan itu artinya bayi mungil yang ada di depannya adalah anaknya Charles. Tak ingin terliba

  • DUDA POLISI BUCIN   Setelah Sekian Lama

    Entah berapa lama Vanya tertidur. Tubuhnya masih merasa lelah setelah perjalanan dinas dari Pontianak kemarin. Masih bermalas-malasan di balik selimut, gadis itu menatap ke arah pintu kamar yang perlahan terbuka."Masih capek, Van?" Mama berjalan menghampiri Vanya lantas duduk di tepi tempat tidur."Sedikit." Gadis itu menyingkap selimutnya dan bersandar.Sambil ikut merapikan tempat tidur Vanya, Mama mengajak anak gadisnya itu ke rumah sakit untuk menjenguk Irwan, Om nya Vanya yang akan operasi usus buntu hari ini. Tak ada bantahan, Vanya mengangguk seraya bersiap.Sore hari di rumah sakit.Setibanya di parkiran rumah sakit, mereka lantas berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai empat di mana ruang operasi berada. Mama langsung menghampiri Tante Indah yang menunggu di luar ruang operasi bersama Nia, sepupunya. Sementara itu Vanya memperlambat langkah kakinya, kala mendengar pasangan suami istri berusia paruh baya yang sedang berdiri gusar di depan ruang operasi persali

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status