Share

Bicara

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-04-01 21:30:07

Melipat kertas setorannya, Vanya tersenyum seraya mengucapkan terima kasih pada petugas teller karena transaksi sudah selesai. Bukan main kagetnya ia saat berbalik dan melihat Charles sudah berada di belakangnya dengan membawa tas besar.

"Eh, kamu,” ucap Vanya canggung beralih sedikit ke samping membiarkan Charles maju ke loket teller dan meletakan tas besarnya.

"Kita perlu bicara," ucap Charles datar dengan lirikan mata tajam.

Bingung harus bersikap seperti apa, Vanya memilih untuk duduk di kursi nasabah sambil menunggu Charles selesai. Tak perlu waktu lama pria itu kembali dan duduk disamping Vanya. Tanpa basa basi Charles mengatakan hal yang membuat mulut rasanya sulit untuk terbuka.

"Omanya Charlos pasti sudah bilang sama kamu kan?” Charles menatap Vanya sejenak kemudian mengalihkan pandangannya.

Vanya mengangguk kepala sambil memainkan kuku jari tangannya.

"Jadi aku mau mencoba dulu, ini semua demi Charlos."

Vanya menganggukan kepalanya lagi. Dia seperti terhipnotis dengan ucapan Charles, sehingga terus menganggukan kepala menjawab setiap pertanyaan Charles. Mulutnya tak berdaya untuk mengeluarkan sepatah katapun.

"Oke aku pergi dulu." Charles beranjak dan pergi meninggalkan Vanya.

“Mencoba dulu? Mencoba seperti apa maksudnya? Demi Charlos,” batin Vanya mulai meresapi setiap ucapan pria tadi. Seseorang menepuk pundak Vanya.

"Eh, kamu kenal sama dia?" tanya Reni, petugas layanan prioritas.

"Siapa? Charles?"

"Iya, Charles. Dia kan anak Tante Erin, nasabah prioritas kita."

Vanya hanya tersenyum kecil mendengarkan ucapan Reni.

"Kamu ada hubungan apa sama dia?" selidik Reni.

Vanya menggelengkan kepala. Sepertinya ia tidak perlu menjelaskan apa yang sedang terjadi pada Reni. Ia sendiri juga bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya.

***

Sore sepulang kantor, Vanya dan teman-teman satu ruangan kantornya berencana hendak pergi makan-makan di restoran pizza. Awal bulan seperti ini pekerjaan mereka belum terlalu banyak, jadi bisa pulang tepat waktu. Karena Vanya satu-satunya perempuan di antara mereka, alhasil dia duduk di depan di samping supir. Sepuluh menit perjalanan yang sebenarnya hampir sampai di tujuan, mendadak terhenti karena di depan jalan yang mereka lalui sedang berlangsung pemeriksaan kelengkapan surat kendaraan bermotor. Mobil berjalan lambat menunggu giliran pemeriksaan. Bersandar di kaca jendela sambil menatap lurus ke depan, Vanya kaget saat ada seorang polisi mengetuk kaca jendelanya. Dia membuka kaca jendelanya dan melihat nama di baju seragamnya.

“Aduh, ini orang mau ngapain ya,” batin Vanya.

Indra langsung mengeluarkan sim dan stnk mobil untuk diperiksa. Pria itu mengambilnya, melihat kelengkapan sim dan stnk itu sebentar kemudian mengembalikannya.

"Kita perlu bicara," ucap Charles datar sambil melirik ke dalam mobil yang isinya laki-laki semua. Vanya menghela nafas, mengambil tasnya dan pamit.

Meski heran, Pak Irwan tidak mau mencampuri urusan Vanya.

"Dijemput gak, Van? Biar kami di drop aja di depan?" tanya Pak Irwan unit head Vanya.

"Gak usah, Pak. Nanti jalan kaki aja, kan dekat. Lagian kalau dijemput putar baliknya jauh," ucap Vanya lagi. Mobil yang dikendarai Indra melaju meninggalkannya.

Gadis itu berjalan melewati beberapa polisi yang tengah melakukan pemeriksaaan dan akhirnya tiba di depan Charles yang tengah menatapnya tajam dengan tangan menyilang.

"Kenapa isi mobilnya laki-laki semua?"

Pertanyaan aneh terlontar dari mulut Charles yang membuat Vanya menjelaskan dimana unit kerjanya sekarang.

Ia benar-benar merasa aneh dengan sikap Charles yang seperti itu. Seolah-olah salah kalau ia bergaul dengan lawan jenis.

"Ada masalah ya?" tanya Tere, polisi wanita yang memandang jutek pada Vanya saat dia mau ambil setoran tempo lalu di kantor Charles.

Tak nyaman dengan kedatangan Tere, Vanya bergegas meninggalkan tempat itu menyusul Pak Irwan. Jujur saja Vanya masih bingung dengan sikap Charles barusan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa ada rasa bahagia di dalam hatinya, karena merasa diperhatikan oleh lawan jenis.

"Siapa sih dia, Bang?" tanya Tere lagi.

"Gak apa-apa," jawab Charles tak nyambung sambil berlalu meninggalkan Tere.

Tidak ikut rombongan balik ke kantor, ternyata Charles menunggu Vanya di parkiran restoran pizza. Begitu melihat Vanya keluar restoran, Charles langsung menghubungi Erin minta tolong disampaikan bahwa ia yang akan mengantarnya pulang. Baru saja Vanya membuka pintu mobil, handphonenya berdering. Gadis itu memberitahukan kalau ia akan dijemput pulang oleh temannya.

Dengan mobilnya Charles langsung menghampiri Vanya dan meminta gadis itu untuk masuk. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan antara mereka berdua. Vanya sendiri bingung akan dibawa kemana karena jalan yang mereka lalui bukanlah jalan menuju rumahnya.

"Ini sudah terlalu jauh kalau kamu memang berniat mau mengantar aku pulang ke rumah," ucap Vanya yang tak menerima respon dari Charles.

"Kalau gitu, tolong kamu turunin aku di depan sana, biar aku pulang sendiri saja," ucap Vanya lagi yang tetap tidak direspon oleh Charles.

Rasa bahagia yang tadi ia rasakan seketika sirna melihat sikap Charles seperti ini. Apalagi saat mobil yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti di tempat sepi. Takut Charles akan macam-macam padanya, gadis itu cepat melepaskan sabuk pengamannya dan bersiap untuk turun.

"Mau kemana kamu?" Charles menoleh heran pada Vanya yang sudah keluar dari dalam mobil.

"Pulang lah! Dari tadi jalan, tapi tujuannya gak jelas gini!” seru Vanya kesal dengan nafas naik turun menahan emosi.

"Masuk gak kamu," ucap Charles tegas dengan mata melotot.

Vanya menunggu beberapa detik kemudian masuk lantas sedikit membanting pintu.

"Kamu maunya apa?" ucap mereka berdua bersamaan.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu. Kamu maunya apa? Bilang mau nganter pulang tapi sudah jauh gini, arah tujuannya juga gak jelas. Kamu ada niat jahat sama aku ya?" Vanya emosi menatap Charles. Matanya nanar, nyaris air matanya jatuh. Ia tidak tahu dan tidak mengerti apa yang sedang Charles lakukan saat ini. Sikapnya tidak bisa ditebak. Begitu emosinya Vanya, hingga deru nafasnya bisa Charles dengar dengan jelas.

Melirik Vanya yang mulai sedikit tenang, pria itu berpaling dan mendekatkan diri ke arah gadis yang duduk di kursi sampingnya itu. Semakin dekat sehingga membuat Vanya menutup mata dan menundukkan wajahnya.

“Apa yang kamu pikirkan, Vanya?” rutuk Vanya dalam hati mengira Charles akan menciumnya. Nyata pria itu hanya memasangkan sabuk pengaman.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Lahir Ke Dunia

    Susah payah Vanya mengangkat Charlos. Di balik pintu pagar, terdengar suara mobil berhenti yang tak berapa lama, dua orang masuk. Erin berteriak kecil melihat Vanya yang masih saja menggendong Charlos dengan perut yang sudah besar."Charlos, ayo sama onty Sandra," ucap Sandra sambil menunjukkan bungkusan berisi kue."Kamu ih, perut sudah besar masih aja gendong Charlos. Udah turun banget perut kamu loh. HPL nya kapan?” tanya Erin mengenai tanggal perkiraan lahir."Kemarin periksa ke dokter sih, katanya minggu-minggu ini, Ma. Disuruh banyak gerak supaya debaynya makin masuk jalan lahir," jawab Vanya. Erin menggandeng tangan Vanya, masuk dan duduk di ruang tamu."Semua yang terbaik buat kamu ya sayang," ucap Erin sambil mengusap perut besar Vanya. Ia dan Sandra datang membawakan perlengkapan untuk calon adik Charlos. Meskipun mulai kemarin ia sudah banyak mengirimkan barang, tapi entah mengapa ia selalu merasa kurang, hingga ada-ada saja perlengkapan yang tak begitu di

  • DUDA POLISI BUCIN   Kehidupan Baru

    Dengan mengendarai mobil, mereka berdua meninggalkan rumah dan pergi ke kedai es krim, tempat biasa yang Vanya dan Charles pernah kunjungi. Meski sedikit agak pusing dan badan yang sedikit panas dingin, Vanya memarkirkan mobilnya dan menggandeng tangan Charlos masuk ke dalam kedai."Mbak, yang ini sama ini aja ya," ucap Vanya memesan dua porsi es krim serta meminta izin pada Mba itu agar memperbolehkan daftar menu es krim itu tetap tinggal di meja karena Charlos masih asyik melihat-lihat.Tak berapa lama, Mbak yang tadi kembali dengan membawa dua porsi es krim. Sementara Vanya baru saja melahap sesuap es krimnya, kepalanya langsung terasa sakit. Nyut. Sampai ke ubun-ubun. Ia mengatur nafasnya mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya itu.Dari arah belakang, suara yang cukup familiar menyapanya. Vanya menoleh dan sedikit melemparkan senyum."Lama gak ketemu sudah bawa anak aja, Bang. Nikah gak undang-undang," ucap Vanya."Ngeledek. In

  • DUDA POLISI BUCIN   Kembali Ke Aktivitas

    Saat jam makan siang, Charles tiba di rumah. Ia masuk ke kamar dan melepas jaketnya sembari mengganti bajunya."Kamu gak ngantor lagi?" tanya Vanya saat melihat Charles telah berganti pakaian."Nggak. Karena sore nanti mau piket malam." Vanya menautkan alisnya mendengar ucapan Bapaknya Charlos itu."Jadi kamu gak pulang?" tanya Vanya mengiringi Charles ke ruang makan. Charles menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Vanya."Kenapa? Gak mau tidur sendiri lagi ya? Enakkan tidur ada temennya kan, bisa--"PLAKSebuah pukulan mendarat di belakang Charles."Mancing yaa…" Vanya buru-buru kabur sebelum Charles mengejarnya.Selesai makan siang, Charles bersantai di ruang tengah menikmati siaran tivi, sementara Vanya membersihkan Charlos yang belepotan nasi juga lauk di wajahnya, kemudian menggantikan bajunya."Papa…" panggilnya seraya menghampiri Charles di ruang tengah. Ia membawa serta mainan dan meletakkannya di pangkuan Charles."Main

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Liburan

    Di restoran hotel mereka tengah menikmati sarapan pagi, sambil menunggu di jemput oleh Mas Andi. Vanya yang sedang mengantri mengambil salad buah, melihat seorang laki-laki dengan setelan jas hitam tersenyum ke arahnya.“Indra ya” gumam Vanya tak takun."Vanya," sapanya saat tiba di depan Vanya."Indra!" seru Vanya. Wajahnya tampak sumringah melihat Indra. Teman kuliahnya dulu yang tampak sangat berbeda sekarang."Sama siapa kamu kesini? Gak ngabarin deh kamu," ucap Indra akrab."Iya. Handphone aku sempat error, jadi banyak nomor kontak yang hilang."Merasa Vanya terlalu lama hanya untuk mengambil salad buah, Charles menyusul dan melihat Vanya tengah asyik berbincang dengan orang lain. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa lelaki yang sedang berbicara dengan Vanya itu."Eh, Ndra. Ini kenalin suami aku, Charles." Saat menyadari kedatangan Charles, Vanya reflek memperkenalkan suaminya yang tampan itu. Mereka berjabatan tangan sebentar, sebelum Charles menggand

  • DUDA POLISI BUCIN   Liburan Dimulai

    Vanya telah siap sejak pukul enam pagi, berbanding terbalik dengan Charles yang masih tidur dengan pulasnya. Ia kemudian menggoyang-goyang pelan badan Charles, berusaha membangunkannya."Hoahh…." Mulut Charles menguap lebar sembari mengucek-ngucek matanya."Ayo, kamu siap-siap. Kita berangkat dari rumah Mama kan?""Sepagi ini kamu sudah cantik aja," puji Charles."Terimakasih pujiannya," sahut Vanya."Charlos mana?" tanya Charles seraya turun dari ranjang, memberi kesempatan agar Vanya bisa merapikan bantal dan selimut yang berantakan."Masih tidur. Paling sebentar lagi dia juga bangun."Selesai membereskan tempat tidur, Vanya melangkah ke arah lemari hendak menyiapkan pakaian untuk Charles."Bahagianya aku, kita mau liburan." Sebuah pelukan dari Charles membuat Vanya menghentikan aktivitas tangannya yang tengah mencari pakaian untuk Charles kenakan."Mandi lah, biar kita makan terus ke rumah Mama," uca

  • DUDA POLISI BUCIN   Persiapan

    "Kayaknya gak bisa deh, hari ini sampai beberapa hari kedepan Mama di Bandung. Di rumah Yuda.""Berarti lain kali harus atur jadwal dulu sama Mama ya," ucap Charles. "Gak gitu juga sih tapi jangan mendadak kaya gini juga. Gapapa kalian liburan aja ya. Nanti bawa oleh-oleh kabar baik ya," ucap Mama.Charles senyum-senyum mendengar ucapan Mama di telpon. Vanya yang dari tadi berdiri di depan connecting door, berjalan mendekat menanyakan apa yang mereka obrolan. Walaupun sebenarnya, Vanya sudah tahu Mama gak bakal bisa ikut liburan dengannya, tetap saja ia sedih mendengar jawaban dari Charles."Jadi mau gimana?" tanya Charles.Vanya mengangkat kedua pundaknya."Lain kali kita atur jadwal lagi kalau mau ajak Mama jalan," ucap Charles. Vanya mengangguk sambil mengajak Charlos ke ruang tamu untuk sarapan.Setelah menempatkan Charlos di kursinya, Vanya menyiapkan makanan untuk Charlos."Kalau kata Omanya Charlos barusan aku telpon, mereka excited buat libur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status