Share

Bertamu

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-06-11 22:01:57

Memarkir mobilnya, Vanya kemudian masuk ke dalam cafe yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Ia memilih untuk bersantai sendirian di cafe sebelum pulang ke rumah. Menghilang rasa penat dengan kerjaan serta Charles yang belakangan ini suka gak jelas.

Sambil membaca salah satu buku, Vanya menikmati segelas coklat hangat. Begitu serius sehingga ia tidak menyadari kalau sedari tadi Charles meneleponnya. Vanya memang sering menonaktifkan nada dering handphonenya.

Tepat pukul setengah sembilan, Vanya meninggalkan tempat itu setelah selesai membayar pesanannya.

Sebelum tidur, Vanya mengecek handphonenya. Ia cukup kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Charles.

"Ngapain sampai video call segala?” tanya Vanya heran sambil membaca pesan yang Charles kirimkan. Rupanya ada seseorang yang sengaja mengikutinya, karena dalam pesan yang dikirimkan  Charles, pria itu juga mengirimkan foto saat ia sedang di cafe sendirian.

Charles yang memang tengah menunggu balasan pesan dari Vanya, tanpa aba-aba langsung menghubunginya saat melihat status Vanya yang sedang online.

"Segitu gak mau diganggunya kamu sama aku? Sampai telpon aku gak diangkat!" Charles setengah berteriak.

Vanya menarik nafas dalam-dalam mencoba tenang karena tak ingin ikut emosi. Dia sebenarnya kesal dengan Charles mengenai foto itu. Apalah Charles menyuruh orang untuk mengikutinya atau ada orang yang tidak suka dengannya.

"Aku gak tahu kalau kamu telepon. Handphonenya aku silent,” kata Vanya dengan sedikit penekanan. 

"Silent? Supaya kamu gak bisa diganggu?” Mendengar pertanyaan Charles yang seperti itu, rasanya pengen memukul kepala pria itu kalau bertemu.

"Handphone aku memang biasa di silent. Lagian siapa sih yang setor-setor foto sama kamu? Kamu nyuruh orang buat ngikutin aku?"

"Ngapain aku nyuruh orang buat ngikutin kamu? Itu Tere yang ngirim," ucap Charles.

"Tere? Polwan temen kamu yang jutek itu? Oh, dia kan memang gak suka sama aku.”

"Kamu gak usah mengalihkan pembicaraan, kamu ngapain disana? Janjian sama orang kan? Sama Tristan?"

"Ya ampun kenapa sih pikiran kamu selalu jelek tentang aku? Kamu gak lihat aku sendiri di sana? Kalau kamu gak percaya, kamu tanya aja sama Tere atau kamu cek cctv di sana. Suka banget marah-marah! Aku matikan teleponnya, aku mau tidur." Vanya langsung menekan tanda merah dan meletakkan handphonenya di meja samping tempat tidurnya. Memandang langit-langit kamarnya, gadis itu memikirkan kembali keputusan yang diambilnya apakah sudah benar atau tidak. 

***

Charles baru saja selesai menelpon Erin, menyampaikan mengenai rencana di hari Sabtu ini, yang akan berkunjung ke rumah Vanya guna membicarakan niat baiknya untuk melamar Vanya. Rencana anaknya disambut bahagia oleh Erin. Ia sungguh tak sabar menunggu hari itu datang.  Ditemani oleh Sandra, Erin memesan beberapa makanan serta kue dari toko langganannya. Tak lupa ia membelikan sebuah kalung untuk Vanya. 

Aura bahagia dapat Sandra lihat dari wajah Erin, seolah yang hendak dilamar itu adalah dirinya.

"Akhirnya Abang kamu mau juga ngikutin pilihan Mama," jawab Erin sambil memandangi kalung yang akan diberikan kepada Vanya nanti. 

Teringat saat pernikahan Charles dengan mendiang istrinya, dimana ia tidak diperbolehkan menyumbangkan ide atau masukan untuk acara pernikahan mereka. Ditambah lagi setelah mereka resmi menikah, mendiang menantunya itu seperti menjaga jarak dengannya. Padahal ia tidak ada masalah dengannya.

"Nanti kalo Bang Charles sudah menikah, Charlos gimana, Ma? Kan Kak Vanya juga kerja.”

“Mama bisa bantu jaga,” jawab Erin yang kemudian berlalu hendak menidurkan Charlos. 

***

Bangun sedikit lebih pagi, Vanya sibuk membersihkan rumah serta merapikan peralatan makan. Ia sama sekali tidak curiga karena mengira Mama akan masak besar karena Yuda, Nadia, dan si kembar akan datang.

"Vanya ...." panggil seseorang dari depan. Dari suaranya sudah jelas itu suara Yuda. Selang beberapa menit, si kembar masuk dan berlarian di sekitar ruang tamu.

"Kamu gak siap-siap?" tanya Mama saat melihat Vanya yang hanya mengenakan celana pendek serta baju kaos.

"Iya nih, calon manten kok gak dandan?" timpal Nadia. Mendengar hal itu Vanya jadi bertanya-tanya. 

Pintu rumah diketuk.

"Oh, iya Mas, langsung masuk aja," ucap Mama berjalan menuju dapur, di ikuti oleh beberapa orang berbaju seragam ketring yang membawa beberapa jenis makanan.

"Memang ada acara apa sih?” Vanya menatap Yuda dan Nadia bergantian.

“Gak usah pura-pura. Sayang, kamu bantu Vanya siap-siap ya,” ucap Yuda meminta Nadia membantu adiknya itu berbenah.

Vanya yang masih bingung, hanya bisa mengikuti Nadia. Namun begitu sampai di kamar, Vanya langsung minta penjelasan pada kakak iparnya. Bukan main kagetnya Vanya mendengar ucapan Nadia.

"Kok kaget? Jangan bilang kamu gak tahu acara hari ini?” tanya Nadia sambil memilihkan pakaian yang cocok untuk Vanya. Rasa kesal perlahan menyelimuti hatinya. Bagaimana tidak, Charles tidak memberitahu soal ini padanya sama sekali. Ditambah kemarin pria itu baru saja memarahinya.

Nadia kemudian meminta Vanya berganti pakaian agar ia bisa langsung mendandaninya.

“Cantik banget calon manten,” puji Nadia melihat Vanya di cermin.

Vanya hanya tersenyum kecil. Ia bingung harus bersikap bagaimana nanti.

“Tapi dari yang Kak Nadia lihat, Charles itu orangnya baik, ngomongnya juga sopan santun. Semoga kamu selalu bahagia ya,” ucap Kak Nadia memandang Vanya.

“Semua orang pada dasarnya juga baik. Apalagi kalau ada maunya,” gumam Vanya dalam hati.

Tepat jam dua belas siang, Charles dan keluarga tiba di rumah. Vanya sedikit kaget melihat ada beberapa keluarganya juga turut hadir. Acara dimulai saat mereka selesai makan siang bersama. Vanya memilih untuk bermain bersama Charlos di teras samping sementara yang lain berbincang serius di ruang tengah. Toh iya juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Charles pasti sudah mengatur semuanya.

Terdengar gelak tawa dari ruang tengah disertai suara Mama yang memanggil Vanya. Reflek ia bergegas menghampiri. Duduk berhadapan dengan Charles yang tampak tertawa bahagia, membuat rasa kesal Vanya semakin menjadi-jadi. Setelah kemarin marah-marah dan hari ini datang tanpa berita, Charles masih bisa memasang wajah polosnya. Sebelum pulang, Erin mendekati Vanya dan memberikannya sesuatu.

“Semoga Vanya suka ya,” kata Erin meminta Vanya membuka kotak berwarna merah itu.

“Ya ampun. Tante, kok repot-repot,” ucap Vanya kaget melihat kalung yang diberikan oleh Erin.

“Cocok banget,” ucap Erin tersenyum selesai memasangkan kalung itu di leher Vanya. 

“Kalau begitu kami pamit dulu ya," ucap Frans sambil bangkit berdiri diikuti yang lain. "Tolong kamu jaga Vanya. Jangan buat dia menderita! Kalau sampai itu terjadi, aku orang pertama yang harus kamu hadapi," ucap Bang Yuda sambil menepuk pundak Charles. 

***

Vanya baru saja pergi dijemput oleh Nina, teman kuliahnya yang lagi main ke Jakarta, saat Charles hendak berhenti di depan rumahnya. Sebelum kehilangan jejak, Charles mengikuti Vanya pergi. Malam ini, Vanya, Nina, dan dua teman kuliahnya dulu janjian ketemu di salah satu kedai kopi. Jarang-jarang mereka bisa ngumpul buat nongkrong berempat, apalagi sejak Nina pindah ke luar pulau karena ikut suaminya. Kebetulan Nina lagi di Jakarta, mereka langsung atur tempat buat meet up. Dua temannya sudah duduk manis di kedai kopi saat Vanya dan Nina datang.

"Astaga, lama banget kita gak ngumpul kaya gini." Mereka saling berpelukan kemudian duduk.

"Gimana kemarin acara di rumah Len, lancar aja kan? Kapan-kapan kita dikenalin dong sama duren yang beruntung dapetin kamu," goda Nina. Meski mereka jarang ketemu, tapi masih keep in touch lewat WAG.

"Iya nanti pasti dikenalin," jawan Vanya. Charles mengamati Vanya dan teman-temannya dari parkiran mobil. Niatnya untuk turun dan menghampiri Vanya, sementara diurungkannya mengingat pesannya tadi pagi sampai sekarang belum dibalas, membuat Charles yakin bahwa Vanya sedang marah dengannya. Namun saat melihat seorang pria bergabung di meja Vanya, Charles tak tinggal diam. Ia segera turun dan menghampiri mereka. Vanya yang berada tepat di depan pintu masuk, kaget melihat Charles berjalan ke arahnya. 

"Siapa ya?" tanya Nina ramah. Charles melirik Vanya.

"Eh, anu, ini kenalin Charles," ucap Vanya dengan senyum tertahan.

"Oh, ini Charles," seru tiga teman Vanya bersamaan. Mereka kemudian saling berjabat tangan.

"Akhirnya, aku ada temennya juga," ucap laki-laki tadi yang merupakan teman kuliah mereka sekaligus suami Nina. Charles duduk di samping Vanya. Vanya sudah takut dengan bergabungnya Charles di acara ini akan membuat suasana tidak enak, tapi nyatanya tidak. Charles dapat dengan mudah berbaur. Pria itu tampak ceria, jauh dari sikap yang ia tunjukkan pada Vanya. Begitu asyik hingga mereka tidak ingat waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam.

Berpisah di parkiran, mau tak mau Vanya ikut mobil Charles.

"Kenapa kamu gak langsung ke Bandung aja, malah ngikutin aku kesini?" tanya Vanya sambil memasang seatbeltnya. Charles memandang Vanya sejenak sebelum melajukan mobilnya.

"Harusnya aku sudah di Bandung sekarang, kalau aja kamu langsung balas pesan aku tadi pagi."

“Ngapain? Kamu juga gak ada bilang mengenai acara kemarin,” sahut Vanya judes. Sikap Charles yang sukar ditebak terkadang membuat gadis itu bingung harus bersikap bagaimana.

Setibanya di depan rumah Vanya, Charles tidak langsung membiarkan gadis itu turun. Ia meraih tangan Vanya lalu menggenggamnya sejenak.

“Masuklah,” ucap Charles melepaskan tangan Vanya.

“Kamu hati-hati,” sahut Vanya seraya turun.

Dari dalam mobil, Charles memandangi Vanya yang mulai menjauh dan hilang di balik pintu rumahnya. Ada rasa yang susah dijelaskan setiap kali dia tidak melihat Vanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Nasehat

    Vanya baru saja menyelesaikan sarapan kemudian pamit pada Mama. Menentang kunci mobilnya, Vanya kaget melihat mobil Charles sudah terparkir di depan rumahnya."Kamu ngapain?” tanya Vanya kala Charles mendekat. Pria itu pagi ini terlihat tampan dan gagah dengan seragam kerjanya. "Mau ngantar kamu kerja,” jawab Charles kemudian menghampiri Mama dan memberikan salam. Vanya terperangah melihat sikap yang Charles tunjukkan.“Kalian hati-hati ya,” pesan Mama saat Vanya memberikan kunci mobilnya pada Mama.Aroma parfum Charles yang maskulin langsung tercium di indra penciuman Vanya, ruangan mobil. Wangi yang membuat candu bagi Vanya."Sebentar lagi tugasku di Bandung bakal selesai, kapan kamu siap?”"Siap apa?" tanya Vanya dengan polosnya."Menikahlah, apalagi?" tandas Charles. Tenggorokan Vanya serasa terkecat tak dapat menjawab perkataan Charles. Mobil berhenti di depan kantornya. Vanya bersiap turun namun tangannya ditahan oleh Charles."Sudah pernah kub

  • DUDA POLISI BUCIN   Mantan Mertua

    Tok tok tokDengan malas Vanya membuka pintu."Kamu!" seru Charles saat melihat tampang Vanya yang kucel, rambut berantakan dengan menggunakan baju tidur pendek."Pagi-pagi ngapain sih ke sini?" tanya Vanya sambil mengikat rambut berantakannya. Entah kenapa gaya Vanya yang seperti itu membuat Charles menjadi tersipu malu. Wajahnya memerah saat melihat sebagian perut rata milik Vanya."Kamu sendiri di rumah?" Pertanyaan Charles membuat nyawa Vanya tersadar. Buru-buru ia merapikan pakaiannya. Bagaimanapun juga pria di depannya itu adalah pria normal yang sudah lama tidak menerima kasih sayang."Kamu ngapain kesini?" tanyanya balik."Aku mau ngajak kamu nyari kue ulang tahun buat Charlos.""Kemarin di telepon, kata Tante Erin semua sudah beres, jadi ngapain kamu nyari kue ulang tahun lagi?""Cepatlah kamu siap-siap," perintah Charles yang langsung masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tak dapat berbuat apa-apa, Vanya mengambil langkah seribu masuk ke kamarnya dan bersiap-siap. Tak samp

  • DUDA POLISI BUCIN   Bertamu

    Memarkir mobilnya, Vanya kemudian masuk ke dalam cafe yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Ia memilih untuk bersantai sendirian di cafe sebelum pulang ke rumah. Menghilang rasa penat dengan kerjaan serta Charles yang belakangan ini suka gak jelas.Sambil membaca salah satu buku, Vanya menikmati segelas coklat hangat. Begitu serius sehingga ia tidak menyadari kalau sedari tadi Charles meneleponnya. Vanya memang sering menonaktifkan nada dering handphonenya.Tepat pukul setengah sembilan, Vanya meninggalkan tempat itu setelah selesai membayar pesanannya.Sebelum tidur, Vanya mengecek handphonenya. Ia cukup kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Charles."Ngapain sampai video call segala?” tanya Vanya heran sambil membaca pesan yang Charles kirimkan. Rupanya ada seseorang yang sengaja mengikutinya, karena dalam pesan yang dikirimkan Charles, pria itu juga mengirimkan foto saat ia sedang di cafe sendirian.Charles yang memang tengah menunggu balasan pesan dari Vanya, tanpa

  • DUDA POLISI BUCIN   Pengumuman

    Merasa ini adalah waktu yang tepat, Charles mengumumkan bahwa ia telah melamar Vanya. Mendengar hal itu, Erin rasanya sangat bahagia. Seolah ini adalah kado terindah yang pernah ia terima. Segala perjuangannya mendekatkan Charles dengan Vanya ternyata tidak sia-sia. Meski di awal ia sempat bersitegang dengan anak pertamanya itu. Vanya sendiri tersipu malu saat Erin terus menerus mengucapkan terima kasih karena telah menerima lamaran Charles. Sementara itu ekspresi wajah Charles langsung berubah datar setelah mengumumkan hal itu. Entah apa yang sedang dipikirkannya."Jadi kapan mau diresmikan?" tanya Erin menatap Vanya dan Charles bergantian."Secepatnya, Ma," jawab Charles singkat tanpa memandang Erin maupun Vanya, tapi fokus menghabiskan potongan kue ulang tahun. Semakin senang Erin mendengar ucapan Charles barusan hingga ia tidak henti mengucapkan terima kasih pada Vanya.Begitu jam menunjukan pukul setengah sembilan malam, Vanya bersiap hendak pamit pulang.

  • DUDA POLISI BUCIN   Siluet Gadis Itu

    Bergabung dalam operasi patuh yang tengah melakukan pengecekan kelengkapan berkas kendaraan bermotor, Charles memundurkan langkah dan menatap ke arah ujung antrian. Ada dua petugas yang sedang bersitegang dengan salah satu pengendara motor. "Ada apa ini?" Charles datang dengan setengah berlari."Ini mau kabur, Pak, " ucap petugas polisi itu sambil mengamankan kunci sepeda motor.“Saya bukannya mau kabur, tapi saya lagi buru-buru, Pak. Istri saya jatuh di kamar mandi. Kalau ada apa-apa sama istri saya di rumah Bapak mau tanggung jawab!” Pengendara itu mulai emosi.“Ini periksa sendiri!” Pengendara itu mengambil surat-surat motornya lantas memberikannya pada Charles. Ia lalu mengambil paksa kunci motornya dari tangan petugas dan pergi.mencabut kunci kontak sepeda motor itu."Biar nanti saya yang urus," ucap Charles mengecek surat-surat yang orang itu tinggalkan.Di rumahnya, Yuda tengah menemani Nadia di kamar setelah selesai di pijat. "Gimana, Sayang?” tanya Yuda dengan wajah khawati

  • DUDA POLISI BUCIN   Dinas Luar

    "Kamu baru beli cincin, Van?" tanya Mama kala melihat Vanya duduk di kursi meja makan sambil mengelus-ngelus cincin berlian di tangannya.“Eh itu, anu,” jawab Vanya gelagapan sembari menyembunyikan tangannya."Atau kamu sudah dilamar sama Charles?” terka Mama. Vanya mengangguk pelan membenarkan ucapan Mama. Mematikan kompornya, Mama lantas duduk di sebelah anak gadisnya itu. "Ceritain gimana dia ngelamar kamu,” kata Mama sangat antusias. Wajahnya begitu penasaran menunggu Vanya bersuara.Sedikit malu-malu Vanya menceritakan kejadian sewaktu di restoran kemarin. Malu sama Mama karena Charles sama sekali tidak romantis saat melamarnya. “Masa dia langsung masangin cincin ke jari tangan Vanya, gak ada manis-manisnya sama sekali, Ma,” ucap Vanya berubah menjadi kesal.“Kenapa kebanyakan pria tidak romantis ya. Sama seperti papa kamu dulu,” sahut Mama teringat kenangannya bersama papanya Vanya dulu."Tapi….” Vanya menatap Mama lekat, “tapi Mama gapapa aku sama Charles?” Kening Mama berk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status