Share

Pria Lain

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-05-28 19:58:41

Mama agak kaget saat Vanya bercerita kalau dia sempat menginap di rumah orang tua Charles saat pulang dari Bandung kemarin. Namun berita dari Mama juga tak kalah membuat Vanya syok, karena ternyata Yuda telah mengetahui bahwa Vanya sedang dekat dengan duda beranak satu. Itu membuatnya yakin kenapa Yuda memaksanya untuk cepat berkenalan dengan Tristan.

“Pasti Bang Yuda gak bakal restu,” batin Vanya.

Namun Vanya sendiri belum sepenuhnya yakin dengan keinginan hatinya untuk mencoba memulai hubungan dengan pria itu. Melihat sikap Charles yang akhir-akhir ini sangat aneh tak menentu, meskipun tak dapat dipungkiri bila masih ada rasa suka di hatinya.

Ting

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal di aplikasi berwarna hijau itu. Sejenak ia mengamati foto profil yang terlihat di layar handphonenya. Cukup lama ia mengamati hingga yakin bahwa orang itu adalah Tristan, teman Yuda.

"Oh, iya ingat. Temennya Bang Yuda ya, Bang Tristan kan? " ucap Vanya basa basi menerima panggilan dari Tristan. Pria itu mengutarakan maksudnya untuk mengajak Vanya bertemu setelah pulang jam kerja.

"Aku jemput di kantor kamu ya?" tanya Tristan.

"Iya, Bang," jawab Vanya singkat memutuskan panggilan itu lebih dulu. Kebetulan hari ini ia diantar Mama, jadi Vanya tidak perlu repot memikirkan nasib kendaraannya.

Setelah absen di lantai satu, Vanya berjalan menuju depan kantor hendak menunggu Tristan, tapi satpam kantornya lebih dulu datang padanya dan mengatakan kalau jemputannya sudah datang.

"Cakep banget sih orang yang jemput kamu, Mbak." Goda satpam kantor. Gadis itu tertawa kecil sambil berjalan menuju mobil yang dikendarai Tristan.

Jujur saja Vanya merasa sangat canggung saat berada satu mobil dengan Tristan. Kapan terakhir kali bertemu dengan Tristan saja ia sudah lupa.

"Kamu apa kabar? Lama gak ketemu, sekarang tambah cantik," puji Tristan membuat Vanya tersipu malu.

"Maaf ya kalau tiba-tiba aku minta dikenalin sama kamu. Yuda pasti sudah cerita kan?"

"Hehe, sudah Bang,” jawab Vanya singkat. Mobil yang mereka kendarai memasuki area SPBU.

"Sebentar ya, Van,” Izin Tristan mengantri di belakang mobil berwarna hitam.

"Kalau gitu aku sebentar ke atm depan ya, Bang." Vanya keluar dari mobil dan berjalan menuju galeri atm yang ada di depannya.

Vanya tidak menyadari bahwa ada seseorang yang ikut mengantri di belakangnya. Begitu ia selesai melakukan penarikan, Vanya kaget saat berbalik dan melihat Charles lengkap dengan seragam coklatnya.

"Ya ampun. Kenapa kamu ada di mana-mana sih? Bikin kaget aja." Vanya mengelus-elus dadanya. Selang beberapa detik, Erin masuk sambil menggendong Charlos.

"Vanya, kebetulan ketemu di sini. Yuk ikut kita jalan nyari makan." Erin berdiri di samping Vanya membuat Charlos leluasa bermain dengan rambut Vanya.

Merasa Vanya terlalu lama berada di galeri atm, Tristan lantas menyusulnya.

"Sudah, Van?" tanya Tristan membuka pintu ruang atm.

"Sudah, Bang," jawab Vanya cepat merasa tak enak karena Erin dan Charles menatapnya penuh tanda tanya.

"Abang, tunggu di mobil ya." Tristan segera keluar dari ruangan itu menuju mobilnya.

"Siapa? Abang kamu?" tanya Charles.

"Temen kuliah Abang aku," jawab Vanya cepat tanpa memandang Charles dan beralih mengelus pipi Charlos.

"Tante, saya duluan ya," pamit Vanya. Erin langsung memeluk Vanya dan mengantarkannya sampai ke pintu mobil Tristan.

"Dadah, Tante Vanya." Erin melambaikan tangan Charlos.

Sumpah, saat Erin melakukan hal itu, perasaan Vanya benar-benar tidak enak. Seakan Erin enggan membiarkannya jalan dengan pria lain.

Begitu mobil Tristan berlalu, Erin langsung menghampiri Charles yang duduk santai di ruangan kerja Frans. Ternyata SPBU itu adalah milik Frans, bapaknya Charles.

"Kamu sebenarnya mau gak sih mencoba menjalin hubungan dengan Vanya? Kamu gak lihat dia tadi sama pria lain? Mama itu sangat berharap kalau dia yang jadi ibu sambungnya Charlos." ucap Erin menggebu-gebu.

"Gak tahu, aku pasrah. Karena kalau jodoh pasti gak bakal kemana," ucap Charles ngasal. Sebenarnya di dalam hatinya ada rasa yang gak bisa dijelaskan saat melihat Vanya bersama pria lain. Rasanya kesal dan ingin menarik paksa Vanya keluar dari mobil itu.

"Mama harus gimana lagi sih, Charles? Kalau kamu gak ada usaha, Vanya itu bisa diambil orang! Kamu lihat sendiri kan gimana tadi perhatiannya pria itu sama Vanya, dibandingkan sama kamu yang cuek gak jelas kayak gini!?" Cecar Erin.

"Mama jangan memaksa Charles, percuma. Biar dia mikir sendiri gimana Charlos nantinya," ucap Frans coba menenangkan Erin.

Pusing mendengar kedua orang tuanya, pria itu memilih untuk kembali kantor.

***

Sebelum kembali ke kantor, Charles lebih dulu mampir ke makam mendiang istrinya. Dengan langkah gontai, ia tiba di depan malam dan meletakkan sebuket bunga di atasnya. Meski sulit, pria itu sebenarnya sudah mulai bisa menerima kenyataan bahwa ibunya Charlos telah tiada. Ia hanya masih belum bisa membuka hati untuk orang lain.

"Nak Charles, apa kabar?” suara seseorang membuat pria itu menoleh. Ternyata mantan ibu mertuanya juga datang mengundang makam ibunya Charlos.

"Baik, Ma. Mama kapan balik dari Aceh?" tanya Charles. Dua minggu setelah kepergian anaknya, mantan mertua Charles itu kembali ke kampung halamannya di Aceh.

"Dua hari yang lalu,” sahut wanita itu sambil berbincang ringan berjalan meninggalkan tempat itu.

Charles terdiam beberapa detik saat mantan mertuanya itu menawarkan Tia, mantan adik iparnya untuk menjadi ibu sambung Charlos.

“Jangan, Ma. Tia sudah Charles anggap seperti adik sendiri,” ucap Charles menolak secara halus.

"Daripada kamu mencari wanita lain, yang belum tentu sayang dengan tulus sama Charlos,” ucap wanita itu lagi.

Charles menggeleng seraya tersenyum.

“Kamu harus ingat ya, siapapun yang menjadi ibu sambung Charlos, kamu harus kenalkan dulu sama Mama ya.”

“Iya, Ma.” Charles tersenyum mengantarkannya sampai ke mobil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Insiden

    Charles masih sibuk mengerjakan laporannya, padahal ini sudah jam lima sore. Belum lagi waktu perjalanan Bandung Jakarta yang memakan waktu beberapa jam bila ditambah dengan kemacetannya. Sambil terus menyelesaikan laporannya, ia terus melirik jam di layar laptopnya. Tak tahu kenapa hati sedikit gusar. Maunya ingin cepat pulang saja.Di kantor Vanya.Ia baru saja selesai absen pulang. Sebelum pulang ia mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat kantornya, membelikan mainan mobil-mobilan untuk Charlos."Makasih ya, Mbak," ucap Vanya sambil menenteng bungkusan berwarna biru itu. Setibanya di depan rumah, Vanya turun dari mobil dan membuka pagar rumah."Ami … Ami …" teriak Charlos dari depan pintu rumah saat melihat Vanya yang barusan turun dari mobil tadi.Teriakan Charlos bertambah kencang saat Vanya menunjukkan bungkusan plastik pada Charlos. Senyum yang mengambang di bibir Vanya, berubah menjadi ekspresi sedikit takut saat melihat Charlos hendak menuruni

  • DUDA POLISI BUCIN   Tiada Artinya

    "Maaf Pak, Bapak silahkan duduk dulu." Vanya tetap berusaha tenang menghadapi nasabah yang datang dan langsung marah-marah padahal ini masih pagi. Saat Vanya mulai bicara hendak memberikan pilihan, nasabah itu bangkit berdiri dan mengambil pistolnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja. Tak perlu waktu lama petugas keamanan dan beberapa orang langsung mengamankan nasabah itu."Bapak silahkan ke sebelah sini," ucap satpam yang berjaga di sana dengan dibantu dua orang nasabah yang kebetulan berprofesi sebagai polisi, mengarahkan ke ruangan Pak Tri."Sakit tuh nasabah," komentar Tyas. "Kamu gak apa-apa kan?" tanya Tyas lagi."Gapapa," sahut Vanya. Ia meninggalkan mejanya sebentar, menuju toilet.Dari dalam ruangan Pak Tri, dua polisi yang ikut mengamankan nasabah tadi memperhatikan Vanya.Setelah dijelaskan oleh Pak Tri, nasabah yang mengamuk tadi akhirnya paham dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan di kantor ini. Ia meninggalkan tempat itu dengan di

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Kesal

    Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu. Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya. ***Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan."Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?""Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.“Gapapa, santai aja.”Di pos satpam, tampak Charles telah m

  • DUDA POLISI BUCIN   Lagi dan Lagi

    Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut."Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu. Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci."Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur."Kamu ngapain dari kamar?""Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar."Dari kamar mandi belakang, sakit perut.""Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Ray

  • DUDA POLISI BUCIN   Tidak Cemburu

    Vanya mengirim screenshot percakapan grup kepada Charles. Percakapan grup istri-istri polisi yang tengah berencana untuk membentuk arisan di luar arisan yang setiap bulan rutin dilakukan, meskipun Vanya belum pernah sekalipun bergabung.Ikut aja, nanti tiap bulan aku yang transfer uang arisannya."Baik bener suami," bisiknya sambil membalas pesan Charles.Uang arisan sebanyak lima ratus ribu itu lumayan untuk Vanya, walau gajinya masih bisa menutupi tapi rasanya sedikit berat. Tapi kalau Charles sudah bilang bahwa dia yang akan membayarkannya, dengan senang hati diterimanya. Selama ini untuk masalah gaji Charles, Vanya tidak pernah mencampurinya. Ia juga tidak pernah meminta jatah pada Charles karena merasa gajinya lebih dari cukup. Sebagian gaji yang diterimanya, Vanya beri untuk Mama karena ia tahu, gaji pensiunan almarhum ayahnya hanya cukup untuk keperluan setiap bulan saja. Dan itu sudah jadi komitmennya dengan Yuda juga.***Sebelum pulang ke rum

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status