Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Rumah Siapa ini

Share

Rumah Siapa ini

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-05-26 10:35:29

Suara alarm dari handphonenya, sontak membuat Vanya terbangun. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraba ke sekitar untuk menemukan handphonenya. Namun bukan handphone yang ia dapati, malah tangan seseorang.

"Loh, ini Sandra?" Vanya menatap sekelilingnya dan menyadari ini bukan kamarnya. Vanya cepat meraih tasnya dan mematikan alarmnya. Perlahan Vanya keluar dari kamar agar tidak membangunkan Sandra yang masih tertidur. Keadaan di luar kamar masih gelap, namun ada terdengar suara seseorang yang tengah beraktivitas di dapur.

"Pagi, Van." Erin menyapa Vanya lebih dulu.

"Pagi, Tante."

"Kemarin kalian sampai di rumah hampir jam dua belas malam. Charles gak tega bangunin kamu, makanya dia bawa kamu ke sini,” ucap Erin saat Vanya mendekat ke arahnya.

"Iya maaf banget jadi ngerepotin, Tante," ucap Vanya yang disambut senyum Erin. "maaf Tante, kamar mandinya di mana ya?"

"Itu, di situ." Wanita paruh baya itu menunjuk ruangan di samping mesin cuci lantas memberi tahu di mana Charles menyimpan kunci mobil milik Vanya.

"Iya, Tante. Maaf banget ya Vanya gak bisa bantuin Tante." Vanya memasang wajah tak enak.

"Ah, gak apa-apa," ucap Erin sambil meneruskan aktivitasnya.

Begitu selesai merapikan diri, Vanya kembali ke kamar Sandra hendak mengambil tasnya.

"Kak, tadi handphonenya bunyi pas Sandra mau ngangkat keburu mati," ucap Sandra saat melihat Vanya. Gadis itu lantas mengecek handphonenya, sementara Sandra berjalan menuju kamar Charles.

"Aduh sayang sayang onty sudah bangun rupanya." Sandra menciumi Charlos. "Ayo kita bangunin Papa dulu yuk." Sandra menggoyang-goyangkan tubuh Charles. "Bangun, Bang. Sudah siang. Kak Vanya sudah mau pulang tuh," ucap Sandra lagi sambil berjalan keluar kamar. Sebenarnya Charles masih ngantuk banget, tapi entah kenapa saat Sandra bilang Vanya mau pulang, ada keinginan untuk melihat Vanya pagi ini.

Tak membuang waktu, Charles buru-buru mencuci muka dan mengganti pakaiannya.

"Van, ayok sarapan dulu," ucap Erin saat melihat Vanya keluar dari kamar Sandra sambil menenteng tasnya.

"Iya, Tante." Vanya duduk disamping Sandra yang lagi main bersama Charlos di baby chair. Charlos terlihat girang saat Vanya mencubit gemas pipinya, membuat Erin tersenyum bahagia melihat pemandangan itu.

‘Tak salah aku memilih Vanya. Semoga saja Charles berjodoh dengannya’ doa Erin dalam hati.

"Oh iya, ini Tante ada buat brownies kukus, nanti dikasih ya buat Mama di rumah." Erin menyodorkan sekotak tupperware berisikan brownies.

"Iya nanti Vanya kasih kalau Mama sudah pulang, Tante."

"Memangnya Mama lagi di mana?"

"Di Bandung, Tante. Di rumah saudara Vanya."

"Trus Kak Vanya ngapain pulang pagi-pagi ke rumah? Lebih baik main di sini dulu sama Charlos, iya kan, Ma?" ucap Sandra yang dibarengi dengan anggukan kepala Erin.

"Maunya sih gitu, Tante. Tapi lagi ada kerjaan di kantor, makanya saya bela-belain pulang dari Bandung," ucap Vanya. Vanya beranjak dari meja makan dan mencium pipi Charlos yang sedang digendong Sandra.

"Sudah rapi, kamu mau kemana?" tanya Erin pada Charles yang dari tadi ternyata berdiri tak jauh dari ruang makan memperhatikan mereka.

"Ehm, mau ikut nebeng Vanya ke depan,” ucapnya santai. Mereka bertiga saling berpandangan bingung.

"Ya sudah hati-hati ya," ucap Erin sambil merangkul pundak Vanya. Charles pamit, tak lupa mencium pipi anaknya, Charlos.

Di dalam mobil, Vanya jadi grogi sendiri karena Charles menatapnya tajam.

"Ini kamu mau turun di mana?" tanya Vanya ketika sudah keluar dari komplek rumah Charles.

"Kamu kan mau ke kantor, nanti turunin aja aku di pos polisi depan sana," ucap Charles. Handphone Vanya berdering. Panggilan masuk dari Pak Irwan, belum sempat Vanya mengucapkan selamat pagi, orang di seberang sana sudah terlebih dulu berbicara.

“Van, ketemu di hotel ya. Sarapan bareng dulu baru ke kantor,” ucap Pak Irwan.

"Iya, Pak." Vanya memutus sambungan teleponnya.

"Pagi ini aku gak ke kantor. Jadi beda arah kalo mau antar kamu ke pos polisi itu."

"Trus sekarang mau kemana?"

"Ke Hotel," jawab Vanya menyebutkan nama salah satu hotel yang menjadi langganan kantornya.

"Hotel? Kamu bilang ada kerjaan di kantor, kenapa sekarang malah ke hotel? Kamu mau ngapain?” tanya Charles dengan nada suara tinggi.

"Urusan kerjaan lah. Kenapa kamu jadi marah?” Vanya kesal. Dia agak kaget dengan sikap Charles. Entah itu posesif atau over protektif, ia tak tahu.

"Aku heran sama kamu ya. Semua teman kerja kamu laki-laki, kemarin nyetir dari Bandung sendirian. Sekarang malah mau ke hotel, ckck.” Charles geleng-geleng kepala. "Kalau gini kayaknya harus dipercepat. Aku gak mau kalau nanti kita jadi, kamu gak fokus sama Charlos," sambung Charles bersamanya dengan mobil yang berhenti di parkiran depan hotel. Vanya memandang bingung pada Charles, bingung dengan perkataannya barusan dan bingung kenapa tadi dia tidak menurunkan Charles di pinggir jalan tapi malah membawanya kesini.

***

Sekitar jam empat sore akhirnya Vanya dan yang lain sudah bisa pulang. Rasanya pusing menghadapi setiap pertanyaan yang audit lontarkan.

“Oh iya, aku kan tadi diantar,” batin Vanya saat selesai membaca pesan yang Erin kirim. Vanya lantas meminta Indra untuk mengantarnya pulang ke rumah Charles karena pria itu tidak bisa menjemputnya.

"Ke rumah siapa, Van?" tanya Erni saat mendengar Vanya menyebutkan alamat rumah Charles.

"Ke rumah teman," jawab Vanya asal. Ia sendiri bingung mau bilang itu rumah siapa. Dibilang teman bukan, dibilang calon suami juga belum jelas.

Gadis itu langsung turun dari mobil saat sudah sampai di depan rumah Charles. Bener saja mobilnya terparkir manis di halaman dan terlihat bersih.

"Ayo masuk dulu, Sayang," sapa Erin ramah. Perlahan Vanya masuk dan mendapati mereka tengah berkumpul di ruang tamu, bermain bersama Charlos.

"Kak Vanya, nginap di sini aja. Daripada di rumah sendirian," ucap Sandra.

“Maunya sih, tapi besok rencananya mau jemput Mama di Bandung pagi-pagi," jawab Vanya ngasal. Padahal rencananya besok adalah tidur sampai siang.

"Paginya jam berapa?" tanya Erin lebih lanjut.

"Jam enam, Tante." Vanya asal jawab lagi.

Gadis itu sedikit menunduk dan mengangkat Charlos yang berada di dekat kakinya. Bayi itu terlihat anteng berada dalam pangkuan Vanya.

"Tante pulang dulu ya Charlos, nanti kapan-kapan Tante kesini lagi main sama Charlos." Pamit Vanya mencium pipi tembem Charlos.

***

Demi apa coba, tepat jam enam pagi pintu rumah Vanya diketuk-ketuk oleh seseorang. Lama ia membiarkan suara ketukan itu, berharap itu hanya halusinasi saja. Namun bukan hilang, suara ketukan itu semakin terdengar di telinga. Dengan rasa kesal, Vanya bangun dari tidurnya dan bergegas membuka pintu dengan ganas.

"Kamu masih tidur?" Tanya Charles saat melihat Vanya dengan baju tidur dan rambut yang berantakan.

"Kamu ngapain pagi-pagi buta kesini?" rutuk Vanya dengan muka jutek.

"Bukannya kamu sendiri yang bilang mau ke Bandung jam enam pagi ini?" tanya Charles.

"Terus apa hubungannya sama kamu?" Vanya balik nanya. Sudah pasti Erin yang mengatakan hal ini pada Charles.

"Ya masa kamu ke Bandung nyetir sendiri lagi? Cepat kamu siap-siap. Iler di mana-mana."

"Gak ada ileran," sahut Vanya menyapu sudut bibirnya. "Kamu pulang aja ya? Sebenarnya aku gak ke Bandung hari ini, cuma mau bangun siang aja tapi kamu malah datang sepagi ini," ucap Vanya sambil menguap.

"Jadi kamu bohong sama Omanya Charlos? Belum jadi apa-apa aja kamu udah bohong, gimana kalo kita sampai jadi?" ucap Charles dengan nada sedikit meninggi.

"Jangan berlebihan." Vanya tak kalah sewot. "Kamu pulang aja deh sekarang. Aku mau tidur." Vanya menghela nafas. "Untung kamu Charles yang aku suka," ucap Vanya dengan suara kecil saat Charles berbalik pulang. Padahal Charles jelas mendengar ucapan Vanya tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Insiden

    Charles masih sibuk mengerjakan laporannya, padahal ini sudah jam lima sore. Belum lagi waktu perjalanan Bandung Jakarta yang memakan waktu beberapa jam bila ditambah dengan kemacetannya. Sambil terus menyelesaikan laporannya, ia terus melirik jam di layar laptopnya. Tak tahu kenapa hati sedikit gusar. Maunya ingin cepat pulang saja.Di kantor Vanya.Ia baru saja selesai absen pulang. Sebelum pulang ia mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat kantornya, membelikan mainan mobil-mobilan untuk Charlos."Makasih ya, Mbak," ucap Vanya sambil menenteng bungkusan berwarna biru itu. Setibanya di depan rumah, Vanya turun dari mobil dan membuka pagar rumah."Ami … Ami …" teriak Charlos dari depan pintu rumah saat melihat Vanya yang barusan turun dari mobil tadi.Teriakan Charlos bertambah kencang saat Vanya menunjukkan bungkusan plastik pada Charlos. Senyum yang mengambang di bibir Vanya, berubah menjadi ekspresi sedikit takut saat melihat Charlos hendak menuruni

  • DUDA POLISI BUCIN   Tiada Artinya

    "Maaf Pak, Bapak silahkan duduk dulu." Vanya tetap berusaha tenang menghadapi nasabah yang datang dan langsung marah-marah padahal ini masih pagi. Saat Vanya mulai bicara hendak memberikan pilihan, nasabah itu bangkit berdiri dan mengambil pistolnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja. Tak perlu waktu lama petugas keamanan dan beberapa orang langsung mengamankan nasabah itu."Bapak silahkan ke sebelah sini," ucap satpam yang berjaga di sana dengan dibantu dua orang nasabah yang kebetulan berprofesi sebagai polisi, mengarahkan ke ruangan Pak Tri."Sakit tuh nasabah," komentar Tyas. "Kamu gak apa-apa kan?" tanya Tyas lagi."Gapapa," sahut Vanya. Ia meninggalkan mejanya sebentar, menuju toilet.Dari dalam ruangan Pak Tri, dua polisi yang ikut mengamankan nasabah tadi memperhatikan Vanya.Setelah dijelaskan oleh Pak Tri, nasabah yang mengamuk tadi akhirnya paham dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan di kantor ini. Ia meninggalkan tempat itu dengan di

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Kesal

    Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu. Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya. ***Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan."Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?""Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.“Gapapa, santai aja.”Di pos satpam, tampak Charles telah m

  • DUDA POLISI BUCIN   Lagi dan Lagi

    Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut."Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu. Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci."Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur."Kamu ngapain dari kamar?""Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar."Dari kamar mandi belakang, sakit perut.""Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Ray

  • DUDA POLISI BUCIN   Tidak Cemburu

    Vanya mengirim screenshot percakapan grup kepada Charles. Percakapan grup istri-istri polisi yang tengah berencana untuk membentuk arisan di luar arisan yang setiap bulan rutin dilakukan, meskipun Vanya belum pernah sekalipun bergabung.Ikut aja, nanti tiap bulan aku yang transfer uang arisannya."Baik bener suami," bisiknya sambil membalas pesan Charles.Uang arisan sebanyak lima ratus ribu itu lumayan untuk Vanya, walau gajinya masih bisa menutupi tapi rasanya sedikit berat. Tapi kalau Charles sudah bilang bahwa dia yang akan membayarkannya, dengan senang hati diterimanya. Selama ini untuk masalah gaji Charles, Vanya tidak pernah mencampurinya. Ia juga tidak pernah meminta jatah pada Charles karena merasa gajinya lebih dari cukup. Sebagian gaji yang diterimanya, Vanya beri untuk Mama karena ia tahu, gaji pensiunan almarhum ayahnya hanya cukup untuk keperluan setiap bulan saja. Dan itu sudah jadi komitmennya dengan Yuda juga.***Sebelum pulang ke rum

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status