Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Tanda di Leher

Share

Tanda di Leher

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-07-21 21:39:31

Belum ada satu tahun Vanya bergabung di unit collection, sore ini saat ia menunggu jemputan di pos satpam, handphonenya bergetar. Sebuah pesan di w******p group kantornya membuatnya sedikit gugup. Namanya tertulis di nomor urut tiga, menempati posisi sebagai petugas layanan kredit. Itu artinya ia akan tampil di depan melayani keluhan maupun pengaduan nasabah kredit, belum lagi melayani rekanan bank. Sudah terbayang segudang pekerjaan tengah menantinya.

"Mbak Vanya, udah dijemput suaminya tuh," ucap Pak satpam mengejutkan.

"Eh iya, Pak." Vanya berdiri dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Charles menatap Vanya sekilas yang masih sibuk dengan handphonenya

"Serius amat," ucap Charles dengan pandangan fokus menatap jalan raya yang mulai padat merayap. Jam pulang kantor yang selalu menjadi momok bagi pengguna jalan.

"Rolling," ujar Vanya sambil memasukkan handphonenya ke dalam tas.

"Kemana?" tanya Charles lagi. Vanya kemudian menjelaskan unit kerja baru yang akan ditempatinya di hari Senin ini. Ia juga menjelaskan beberapa tugas yang akan kerjakannya.

"Besok kamu gak ada kegiatan kan?"

Vanya menatap Charles dan menggeleng.

"Mau ajak Charlos jalan-jalan," ucapnya lagi. Vanya terdiam. Memori otaknya memutar kejadian di beberapa bulan lalu, di mana saat pertama kali mereka jalan bertiga ke makam Kirana kemudian ke rumah ibunya Kirana, dan di akhir hari hanya air mata yang di dapat Vanya. Jadi kali ini, dia tidak akan bermimpi untuk memiliki akhir bahagia di jalan-jalan besok.

Setibanya di rumah, Vanya dan Charles di sambut oleh Charlos yang tengah bermain di teras bersama Sandra. Ia berlarian menuju Vanya, kemudian memeluk kakinya.

"Ih, sudah ganteng sayang Ami ini," Vanya berjongkok dan mengelus rambut hitam Charlos. Bahasa bayi kemudian meluncur dari mulut mungil Charlos, seolah bercerita mengenai harinya. Vanya tersenyum melihat tingkah Charlos.

"San, Kakak masuk dulu ya," pamit Vanya padan Sandra saat Charlos beralih menghampiri Charles.

Ia melepaskan blazernya dan duduk di depan meja rias. Meraih kapas dan menuangkan pembersih make up kemudian mengusap pelan di wajahnya. Belum menempati unit kerja barunya, namun otaknya sudah berkelana ke sana. Memikirkan load kerjaan yang pasti bakal banyak dan tuntunan melayani nasabah, membuatnya menjadi sedikit pusing.

"Kamu sakit?" tanya Charles saat melihat Vanya memijat keningnya.

"Enggak," jawabnya singkat seraya bangkit berdiri dan menuju lemari pakaian. Mengambil baju rumah dan masuk ke kamar mandi.

***

Sabtu pagi, setelah memandikan Charlos, Vanya membawanya keluar menuju ruang makan.

"Cucu Opa, pagi-pagi sudah ganteng aja," sapa Frans saat Vanya datang.

"Iya dong, Opa," sahut Vanya menirukan suara Charlos.

"Kemarin Papanya Charlos bilang, kalian mau jalan hari ini. Sekarang mana dia?" tanya Erin pada Vanya.

"Tadi sih masih tidur, Ma," jawab Vanya.

"Ya udah kamu bangunin sana, biar Mama yang suapin Charlos makan." Erin kemudian berdiri dari kursinya dan menyiapkan sarapan Charlos. Dengan berat hati ia membuka pintu kamar dan melihat Charles yang masih terlelap tidur sambil memeluk guling. Ia berjalan menuju samping tempat tidur dan membuka gorden agar cahaya matahari yang lumayan menyilaukan mata dapat membangunkannya. Baru sesaat cahaya matahari menimpa wajahnya, Charles kemudian menarik selimut dan menutupi wajahnya. Vanya menarik nafas melihat tingkah Charles. Gadis itu tetap siaga sambil memikirkan cara agar Charles segera bangun tanpa harus menyentuhnya secara langsung.

Ia menarik ujung selimut hingga wajah Charles ditimpa oleh cahaya matahari lagi.

"Apa sih?" Charles mengambil bantal kepala dan menutupi wajahnya.

"Udah siang, katanya kamu mau ajak Charlos jalan." Vanya masih berdiri di ujung ranjang dekat jendela, menunggu Charles benar-benar bangun. Lima menit berdiri mematung, Charles tetap tak ada pergerakan. Berjalan mendekati Charles, nyatanya pria itu kembali berulah, menarik tangan Vanya saat ia telah berada tepat di sisi ranjang. Ia menggulung Vanya ke dalam selimut dan beberapa detik membiarkannya terlihat seperti hotdog yang siap disantap, sebelum akhirnya Charles membuka selimut yang menutupi wajahnya.

"Apa-apaan sih kamu!" seru Vanya kesal. Ia meronta berusaha melepaskan diri dari dalam selimut. Dengan susah payah akhirnya ia keluar dari dalam selimut kemudian turun dari tempat tidur dengan sedikit emosi.

"Kamu kalau gak suka aku bangunin, jangan iseng kaya gini dong," ucapnya sambil mengatur nafas. Ia tak ingin merusak suasana hatinya di hari yang cerah ini. Vanya meraih sisir di meja rias dan merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah Charles tadi. Saat Vanya hendak menguncir rambutnya, tiba-tiba saja Charles telah berada di belakang dan langsung mendekapnya. Menempatkan wajahnya di leher Vanya seraya menghirup aroma parfum yang telah menyatu di tubuh Vanya. Vanya tak dapat berkutik. Nafas yang telah diaturnya tadi kembali berantakan, memburu seirama dengan detak jantungnya. Dapat dirasakannya juga detakan jantung Charles yang begitu cepat.

"Sebaiknya kamu mandi sekarang," ucap Vanya pelan sambil menggerakkan tangannya, mencoba lepas dari jeratan maut Charles.

"Hemm …" Charles hanya berdehem. Vanya bersiap lari saat Charles melonggarkan sedikit dekapannya, namun lagi-lagi ia kalah cepat dengan gerakan tangan Charles. Kini ia tepat berada di depan jantung Charles. Mendengar dan merasakan debaran jantung Charles membuat Vanya jadi sedikit susah bernafas. Tangan Charles dengan perlahan naik dan menyibakkan rambut yang menutupi leher Vanya, sekejap ia mendaratnya bibir merahnya di sana. Ia mencium lembut leher Vanya, yang membuat Vanya bergidik geli mengangkat bahunya.

"Ayo lah," ucap Vanya yang di tanggapi lain oleh Charles.

"Ayo!" serunya dengan mata berbinar menatap Vanya.

"Apa?" tanya Vanya dengan kening berkerut.

Menyadari ia telah salah tanggap dengan perkataan Vanya, tak mau tahu Charles kembali mendekap Vanya dengan erat.

"Omanya Charlos nungguin di depan," ucap Vanya lagi sambil mendorong badan tegap Charles. Walau sia-sia ia tetap berusaha melepaskan diri.

"Ia," jawab Charles singkat sambil tersenyum, melangkah menuju kamar mandi meninggalkan Vanya.

Vanya mengambil cermin kecil dan mengarahkan pada lehernya. Curiga Charles telah melakukan yang tidak-tidak padanya. Dan betul saja, terlihat jelas di cermin, terdapat tanda merah di sekitar leher Vanya akibat ulah nakal Charles.

"Awas aja dia," umpatnya kesal. Niatnya ingin menguncir rambut tak dapat dilakukannya. Bolak balik ia bercermin memastikan tanda merah itu tak bakal terlihat. Ia menatap make up yang terpajang di meja rias dan memutuskan untuk menutupi tanda merah di lehernya dengan menggunakan foundation.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergidik geli. Ia meronta saat Charles telah menyergapnya. Masuk dalam pelukan Charles. Merasakan kokohnya

  • DUDA POLISI BUCIN   Anniversary

    Sedikit kesal sih karena pagi-pagi Charles sudah pamit pergi kerja duluan, dan menyuruh Vanya untuk ikut dengan Sandra. Tak ada kata-kata yang berarti keluar dari mulut Charles pagi ini, pada hal hari ini adalah tepat satu tahun mereka menikah. Entah lupa atau sengaja, Vanya tak tahu. Ia memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan sikap Charles dan menyimpannya dalam hati saja. Setelah siap dengan pakaian kerjanya, ia mengajak Charlos keluar dari kamar. Semenjak Vanya resmi menjadi Aminya Charlos, yang biasanya Charlos jarang bangun pagi, kini berubah. Ia selalu bangun pagi seolah ingin selalu mengantarkan Vanya pergi bekerja."Happy Anniversary yang pertama ya Aminya Charlos. Semoga kalian selalu bahagia, Amin," ucap Erin saat Vanya tiba di ruang makan."Amin." Frans pun turut mengamini ucapan Erin."Makasih ya, Mama, Papa. Semoga kita semua selalu bahagia, Amin," ucap Vanya. Ia menarik kursi dan duduk di samping Charlos yang telah anteng di atas kursi bayinya."Tadinya sih mau ajak d

  • DUDA POLISI BUCIN   Semua Jadi Satu

    Vanya memandangi kalender yang ada di atas meja dan membolak tiap lembar. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kalau dihitung-hitung, ini sudah hampir satu tahun mereka menikah. Tepatnya, tiga hari lagi, genap satu tahun usia pernikahan mereka. Sebenarnya ia tak berekspektasi yang berlebihan di hari jadi mereka ini. Charles ingat saja, itu sudah hal yang luar biasa. Syukur.Belakangan ini, Vanya merasa kalau hubungannya dengan Charles jauh lebih baik dari sebelumnya. Walau kadang masih sering berdebat kecil.“Kamu mau cuti? Dari tadi liatin kalender terus," ucap Tyas."Gak sih, belum ada rencana," jawab Vanya cengengesan."Terus?""Liatin kapan gajian, udah menipis soalnya, hahahaha …." ucap Vanya."Ah, kayaknya kamu termasuk golongan orang yang uangnya gak berseri deh.""Amin Ya Allah," sahut Vanya seraya menengadahkan tangannya. Vanya mengamini saja ucapan Tyas, meski tahu yang dimaksud Tyas adalah mertuanya.Setelah membereskan meja, Vanya, Tyas, dan yang lain menuju aula kantor untuk me

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

  • DUDA POLISI BUCIN   Teman SMA

    Pagi ini Vanya bangun karena suara tangisan Charlos. Ia meraba sampingnya dan tak merasakan keberadaan Charlos. Ia beranjak dari ranjang dan menggendong Charlos, keluar dari box bayinya."Sshhh sshhhh shhhhh," Vanya coba menenangkan Charlos. Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Di balik selimut Charles juga masih terlelap tidur. Setelah Charlos tenang dan kembali tidur, dengan perlahan ia meletakkan Charlos ke dalam box bayinya. Vanya mencuci muka, menyikat gigi, dan merapikan rambutnya, sebelum keluar dari kamar.Hannya mereka bertiga yang ada di rumah. Paling tidak, ia harus menyiapkan sarapan untuk Charles dan juga Charlos. Ia membuka kulkas dan melihat apa yang dapat dimasak pagi ini. Ia mengeluarkan ayam yang telah dibumbui dari dalam freezer dan mengeluarkan beberapa jenis sayuran. Sinar matahari mulai mengintip dari balik celah-celah jendela. Ia lalu mematikan kompor karena masakannya telah selesai. Tak perlu waktu lama untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status