Share

Nama Kontak

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-07-20 14:34:50

Cuti ini akhirnya berakhir. Setelah cuti kurang lebih dua minggu, hari ini hari pertama Vanya kembali bekerja dengan status sudah menikah. Merasa seorang diri di atas kasur, dengan hati-hati tangannya meraba, benar saja tangannya hanya merasakan guling.

"Kemana dia sepagi ini?" tanya Vanya sendiri sambil bangun dari tempat tidur. Ia melipat selimut dan merapikan tempat tidurnya.

“Ami mandi sebentar ya” gumamnya sambil mengelus kepala Charlos yang masih terlelap.

Berhubung Charles yang tidak ada di kamar, Vanya hanya membawa kimono mandinya saja sebagai ganti handuk. Tujuh menit berada di kamar mandi, ia kemudian keluar dengan mengenakan kimono toscanya. Ia membuka lemari pakaian, seraya tangan dan matanya menjelajah mencari dress kerjanya. Dress berwarna putih yang menjadi seragam kerjanya di hari Senin.

"Perasaan kemarin sudah dibawa deh," ucapnya sambil terus mencari ditumpukan baju di dalam lemari.

"Nah, ini dia." Decaknya sambil menarik pelan dress berwarna putih yang nyasar di tumpukan baju Charles. Ia melepas kimononya dan segera memakai baju itu sebelum Charles datang.

Baru saja akan menarik resleting bajunya, tiba-tiba dengan kencangnya Charlos menangis membuat Vanya panik. Ia segera menggendong Charlos yang masih dalam posisi menutup mata.

"Cup cup cup cup, sayang Ami kenapa? Mimpi ya? Gak papa sekarang sudah ada Ami di sini," ucap Vanya menenangkan. Ia. Terus menimang nimang Charlos, berusaha meredakan tangisnya, namun tak berhasil.

Ceklek,

Suara pintu kamar terbuka. Vanya tersentak, bingung memposisikan diri. Tak sadar ia kemudian menempelkan punggungnya pada pintu lemari yang setengahnya adalah cermin.

"Charlos kenapa? Sampai teras kedengeran suara nangisnya," ucap Charles sambil mengelap keringat di dahinya dengan tangan.

"Kayaknya mimpi," sahut Vanya sambil terus menimang nimang Charlos yang telah reda tangisannya.

Berharap Charles akan langsung masuk ke kamar mandi setelah membuka bajunya dan membiarkannya berdua dengan Charlos di ruang tidur, ternyata ia malah duduk di tepi tempat tidur dan meraih handphonenya.

"Taruh aja Charlos di sini," ujar Charles sambil menunjuk box bayi.

"Kamu masuk kamar mandi gih sana," suruh Vanya yang membuat Charles mengangkat wajahnya dan memandang ke arah Vanya. Ia tersenyum licik saat melihat bayangan di cermin. Bangkit berdiri kemudian berjalan menghampiri Vanya yang masih berada di posisi yang sama saat Charles masuk.

"Kamu ngapain?" tanya Vanya sedikit gugup saat Charles menarik tangannya hingga menciptakan sedikit ruang antara punggung dan lemari pakaian, membuat Charles leluasa berada di belakang Vanya. Seketika ia merinding saat hembusan nafas Charles terasa di balik telinga. Dengan perlahan Charles menarik resleting baju Vanya sampai atas. Tangannya turun dan memegang pinggang ramping Vanya.

"Kan bisa minta tolong," bisiknya di telinga Vanya. Sangat dekat, membuatnya bergidik geli.

"Charlos, Papa mandi dulu ya," ucap Charles sambil mencium pipi anaknya dan melirik nakal pada Vanya.

Vanya berdecak saat melihat Charlos tertawa kecil, seolah bahagia dengan kejadian pagi ini.

***

Vanya baru saja turun dari mobil Charles dan melenggang masuk ke dalam kantornya. Setelah absen di lantai satu, ia menaiki tangga menuju ruangannya di lantai tiga. Setibanya di lantai tiga, pintu ruangan yang biasanya terbuka dan tampak terang, kini tertutup dan tampak gelap. Sedikit parno, takut tiba-tiba muncul makhluk yang tak ingin dilihat, Vanya berniat untuk turun saja.

"Mau kemana?" tanya Pak Irwan yang baru datang saat melihat Vanya berbalik badan.

"Tadi sih rencananya mau turun Pak. Gelap gitu ruangan, kan jadi takut," sahut Vanya. Pak Irwan terkekeh kecil. Ia kemudian mendorong Vanya pelan dan menyuruhnya membuka pintu lebih dulu.

“SURPRISE.” Teriak seisi ruangan sambil membunyikan party popper yang membuat suara riuh dan gaduh.

"Siapa yang ulang tahun? Pak Irwan ya?" tanya Vanya bingung sambil menoleh menatap Pak Irwan yang berdiri di belakangnya.

"Ih, ini buat kamu lagi. Gantinya bridal shower," ucap mereka diiringi gelak tawa.

"Ya ampun, the best deh kalian, makasih ya semua," ucap Vanya sambil menjabat tangan mereka satu persatu. Ia kemudian di persilahkan memotong tumpukan roti goreng yang telah disusun membentuk tumpeng.

Sebagai satu-satunya perempuan di unit kerjanya, Vanya memang sangat dihargai di sini. Tak ada drama ataupun sikut menyikut. Itu sebabnya, sebenarnya ia lebih suka berteman dengan laki-laki daripada wanita.

Tumpukan roti yang menyerupai tumpeng tadi kini hanya menyisakan beberapa buah saja, hampir habis di eksekusi oleh teman seruangan.

"Nanti siang, aku traktir makan nasi padang ya," ucap Vanya yang disambut tepuk tangan riuh dan gebrakan meja. Tak perlu waktu lama, selembar kertas berisikan menu makan nasi padang pesanan mereka telah sampai di meja Vanya tepat jam delapan.

***

Dengan diantar taksi online, Vanya tiba di rumah. Erin dan Charlos yang tengah bersantai di teras, tersenyum saat melihat Vanya masuk.

"Gak bareng sama Papanya Charlos?" tanya Erin.

"Nggak, Ma. Tadi Vanya udah nungguin setengah jam di kantor tapi dia gak datang. Di chat juga gak balas. Mungkin lagi sibuk," ucap Vanya seraya pamit masuk ke dalam untuk mandi. Berselang lima menit Vanya masuk, Charles datang dan memarkirkan mobilnya di halaman.

"Kamu kemana? Kata Vanya gak bisa dihubungi," ucap Erin pada Charles.

"Handphonenya mati, Ma. Mana tadi lama di bengkel," Jawab Charles sambil memperlihatkan layar handphonenya yang gelap.

"Papa mandi dulu ya," ucap Charles lagi sembari mencubit pelan pipi Charlos.

Ia membuka baju seragamnya dan meletakkannya di kursi. Pintu kamar mandi yang masih tertutup, membuat Charles mengurungkan niatnya untuk langsung masuk, takut Vanya lupa mengunci pintu dan ia melihat hal yang tidak-tidak. Sembari menunggu Vanya keluar dari kamar mandi, ia iseng mengambil handphone Vanya yang berada di meja rias.

“Gak dikunci” gumamnya saat ia dengan mudah membuka handphone milik istrinya. Penasaran dengan sebutan apa Vanya menyimpan nomornya, ia membuka aplikasi w******p dan seketika menjadi sedikit kesal bercampur senang membaca nama kontaknya.

"Bapaknya Charlos nan aneh bin bawel," ucapnya. "Tapi pake emot love."

"Kamu ngapain?" tanya Vanya mengagetkan Charles. Buru-buru ia mengembalikan handphone Vanya ke posisi semula. Ujung mata Vanya melihat pergerakan tangan Charles.

"Sembarang kamu utak atik handphone orang. Berarti aku juga boleh iseng buka handphone kamu ya," tandas Vanya.

"Buka aja kalau bisa," ucap Charles seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi.

“Ada emot cintanya, tapi kenapa sikapnya berbanding terbalik ya sama kenyataannya” guman Charles dalam hati.

Vanya duduk di meja rias dan mengoleskan pelembab ke wajahnya. Raut wajahnya berubah saat menyadari bahwa cincin kawinnya tak tersemat di jarinya saat mengoleskan body lotion ke tangannya. Ia mencari di atas meja rias namun tak menemukannya.

“Pasti ketinggalan di dalam” gumamnya dalam hati. Tapi ia tak mungkin langsung masuk ke dalam kamar mandi dan memeriksanya, karena Charles masih berada di dalam.

Tak kunjung keluar dari dalam kamar mandi, membuat Vanya jadi sedikit gusar. Ia mondar mandir di depan pintu kamar mandi, ragu untuk masuk ke dalam.

"Kamu masih lama di dalam?" tanya Vanya sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari dalam. Ia mencoba mengetuk lagi sampai tiga kali, namun tetap sama, tak ada jawaban juga.

Dengan sedikit takut, ia membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak di kunci.

"Apa susahnya sih jawab kalau ditanya?" Sedikit sewot Vanya saat melihat Charles yang sedang berdiri di depan cermin. Charles menoleh menatap Vanya.

“Ih ngeri gitu wajahnya” gumam Vanya sambil berjalan masuk. Matanya melirik ke arah sudut wastafel tempat ia menaruh cincin yang dibukanya sebelum mandi tadi. Bolak balik matanya menatap setiap sudut wastafel, namun tak dilihatnya benda bulat bermata berlian itu. Ia berjalan masuk ke dalam ruang mandi, berharap cincin itu ada di sana. Tapi hasilnya nihil. Charles yang masih berada di sana mengamati tingkah Vanya.

"Kamu nyari apa?" tanya Charles.

"Gak ada," jawabnya sambil menggaruk pelipisnya.

"Cincin kamu mana?" tanya Charles lagi dengan nada sedikit tinggi saat melihat jari tangan Vanya yang polos. Secepat kilat Vanya menyembunyikan tangannya dan keluar dari kamar mandi. Charles terus mencecar Vanya dengan pertanyaan yang sama. Bingung dan takut bercampur jadi satu. Bingung mau jawab apa dan takut kalau Charles marah, bila tahu kalau cincin kawinnya hilang entah di mana.

"Dimana?" tanya Charles lagi sambil menarik pelan bahu Vanya dan mengangkat wajah Vanya yang tertunduk.

Dalam hatinya tertawa girang melihat Vanya ketakutan.

"Gak tahu di mana," jawabnya sambil menatap Charles dengan mata berkaca-kaca.

"Maksudnya apa, gak tahu di mana? Hilang?"

Vanya menggeleng.

"Kalau kamu gak suka sama cincinnya gak usah pakai acara ngilangin segala! Kembalikan sama aku, biar aku yang simpan! Cincin aja gak bisa kamu jaga, gimana mau jaga Charlos!" seru Charles yang seketika membuat butiran bening jatuh dari mata indah Vanya. Tak menyangka bahwa Charles bisa semarah itu hingga membentaknya. Vanya berjalan masuk ke kamar mandi sambil menyapu air matanya.

"Salah, kayaknya aku sudah kelewatan nih," ucap Charles. Ia mengetuk pintu kamar mandi dan membukanya. tampak Vanya tengah mondar mandir masih berusaha mencari cincin itu, berharap keajaiban memunculkan cincin itu.

"Tadi sebelum aku mandi, cincinnya aku letakkan di sini," ucapnya lirih. "Tapi kenapa sekarang gak ada,"

Charles mendekat dan menarik Vanya ke dalam pelukannya.

"Sudah," ucap Charles pelan. Tangannya mengambil cincin milik Vanya dari saku celananya dan memasangkannya. Saat Charles masuk ke kamar mandi dan cuci muka di wastafel, ia memang sudah melihat cincin Vanya di sana, awalnya ia berniat membiarkan cincin itu tetap berada di sana sampai Vanya mengambilnya sendiri. Namun, niat itu berubah saat Charles mengingat nama yang diberikan Vanya untuk menyimpan nomornya di kontak handphonenya.

Merasakan cincin melingkar di jarinya, reflek Vanya mendorong pelan Charles dan mengamati jarinya. Benar saja, cincin yang dicarinya sudah tersemat lagi di jari lentiknya.

"Jahat banget sih kamu!" seru Vanya sambil memukul kuat lengan Charles. Hatinya dongkol luar biasa mengingat sikap Charles yang membentak hingga membuatnya menangis. Ia segera keluar dari kamar dan menemui Erin juga Charlos di ruang tengah.

Erin menatap ke arah Vanya yang datang dengan nafas sedikit memburu. "Ada apa? Mama dengar kalian tadi berdebat?"

"Gak ada apa apa kok, Ma," jawab Vanya tersenyum kecut. Charles datang dan duduk di sampingnya.

“Awas aja ya kamu” umpat Vanya dalam hati. Vanya kemudian berpindah duduk mendekati Charlos, rasanya tak sudi duduk dekat Charles sekarang. Andai saja bisa, ia juga tak ingin tidur satu ranjang dengan Charles.

Erin menyusul Frans yang baru pulang kerja ke dalam kamar dan meninggalkan mereka di ruang tengah. Charlos yang sibuk dengan mainannya, membuat Charles dapat mendekati Vanya.

"Maaf ya. Aku sama sekali gak bermaksud buat kamu sampai nangis. Beneran," ucap Charles yang di balas tatapan tajam Vanya. Tatapan ingin menerkam, mungkin bila seandainya Vanya memiliki taring, sudah di tancapkannya taringnya di leher Charles.

"Selain jahat ternyata kamu juga tidak memiliki perasaan. Keterlaluan," ucap Vanya penuh penekanan di kalimat terakhirnya. Vanya turun dari atas kursi dan duduk di lantai bersama Charlos yang masih asyik bermain. Serius bermain, hingga seolah masa bodoh dengan kehadiran orang tuanya.

"Maafin ya, beneran aku minta maaf." Charles ikut duduk melantai. Ia meraih tangan Vanya, namun dengan kasar ditepis oleh Vanya. Tak kehabisan akal, Charles membaringkan dirinya di pangkuan Vanya dan memeluknya sambil terus meminta maaf. Sandra yang baru pulang dari kampus, mendapati suara berisik di ruang tengah namun tak terlihat orang jadi bingung. Ia berjalan perlahan dan mendapati Charles yang tengah berbaring di pangkuan Vanya, Kakak Iparnya itu.

"Ih, Abang genit banget sih," ucap Sandra saat melihat tingkah Charles. Untung saja saat itu Vanya dalam posisi mendorong-dorong pelan badan Charles, jadi kesannya di mata Sandra masih baik, bukan macam Abangnya yang kelihatan genit.

"Ma, coba liat kelakuan Bang Charles nih," goda Sandra saat Erin dan Frans muncul di balik pintu.

"Anak kecil sana masuk kamar," ucap Charles seraya melempar mainan Charlos.

"Gak kena," ledek Sandra sambil berlari kecil menuju kamarnya. Vanya tertawa melihat Charles yang menjadi bahan ledekan Sandra.

"Iya, udah di maafin." Vanya melepas pelukan Charles dan mengangkat kepala Charles dari pangkuannya. Erin dan Frans hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Charles yang tidak seperti biasanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergidik geli. Ia meronta saat Charles telah menyergapnya. Masuk dalam pelukan Charles. Merasakan kokohnya

  • DUDA POLISI BUCIN   Anniversary

    Sedikit kesal sih karena pagi-pagi Charles sudah pamit pergi kerja duluan, dan menyuruh Vanya untuk ikut dengan Sandra. Tak ada kata-kata yang berarti keluar dari mulut Charles pagi ini, pada hal hari ini adalah tepat satu tahun mereka menikah. Entah lupa atau sengaja, Vanya tak tahu. Ia memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan sikap Charles dan menyimpannya dalam hati saja. Setelah siap dengan pakaian kerjanya, ia mengajak Charlos keluar dari kamar. Semenjak Vanya resmi menjadi Aminya Charlos, yang biasanya Charlos jarang bangun pagi, kini berubah. Ia selalu bangun pagi seolah ingin selalu mengantarkan Vanya pergi bekerja."Happy Anniversary yang pertama ya Aminya Charlos. Semoga kalian selalu bahagia, Amin," ucap Erin saat Vanya tiba di ruang makan."Amin." Frans pun turut mengamini ucapan Erin."Makasih ya, Mama, Papa. Semoga kita semua selalu bahagia, Amin," ucap Vanya. Ia menarik kursi dan duduk di samping Charlos yang telah anteng di atas kursi bayinya."Tadinya sih mau ajak d

  • DUDA POLISI BUCIN   Semua Jadi Satu

    Vanya memandangi kalender yang ada di atas meja dan membolak tiap lembar. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kalau dihitung-hitung, ini sudah hampir satu tahun mereka menikah. Tepatnya, tiga hari lagi, genap satu tahun usia pernikahan mereka. Sebenarnya ia tak berekspektasi yang berlebihan di hari jadi mereka ini. Charles ingat saja, itu sudah hal yang luar biasa. Syukur.Belakangan ini, Vanya merasa kalau hubungannya dengan Charles jauh lebih baik dari sebelumnya. Walau kadang masih sering berdebat kecil.“Kamu mau cuti? Dari tadi liatin kalender terus," ucap Tyas."Gak sih, belum ada rencana," jawab Vanya cengengesan."Terus?""Liatin kapan gajian, udah menipis soalnya, hahahaha …." ucap Vanya."Ah, kayaknya kamu termasuk golongan orang yang uangnya gak berseri deh.""Amin Ya Allah," sahut Vanya seraya menengadahkan tangannya. Vanya mengamini saja ucapan Tyas, meski tahu yang dimaksud Tyas adalah mertuanya.Setelah membereskan meja, Vanya, Tyas, dan yang lain menuju aula kantor untuk me

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

  • DUDA POLISI BUCIN   Teman SMA

    Pagi ini Vanya bangun karena suara tangisan Charlos. Ia meraba sampingnya dan tak merasakan keberadaan Charlos. Ia beranjak dari ranjang dan menggendong Charlos, keluar dari box bayinya."Sshhh sshhhh shhhhh," Vanya coba menenangkan Charlos. Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Di balik selimut Charles juga masih terlelap tidur. Setelah Charlos tenang dan kembali tidur, dengan perlahan ia meletakkan Charlos ke dalam box bayinya. Vanya mencuci muka, menyikat gigi, dan merapikan rambutnya, sebelum keluar dari kamar.Hannya mereka bertiga yang ada di rumah. Paling tidak, ia harus menyiapkan sarapan untuk Charles dan juga Charlos. Ia membuka kulkas dan melihat apa yang dapat dimasak pagi ini. Ia mengeluarkan ayam yang telah dibumbui dari dalam freezer dan mengeluarkan beberapa jenis sayuran. Sinar matahari mulai mengintip dari balik celah-celah jendela. Ia lalu mematikan kompor karena masakannya telah selesai. Tak perlu waktu lama untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status