Share

Rembulan Merah di Jing Hu

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-12-17 18:08:47

Angin malam berhembus keras di sekitar Danau Jing Hu. Dedalu bergoyang hebat, daun-daunnya berkepak seperti bendera lusuh. Suara gemerisik bergema di seluruh bibir danau, menciptakan alunan yang terdengar seperti lagu kelam.

Rembulan penuh telah naik tinggi di langit, menyinari permukaan danau dengan cahaya putih keperakan yang indah. Tapi malam ini, cahaya itu tampak sedikit kemerahan, seolah rembulan sendiri tahu akan ada darah yang tertumpah.

Di atas bubungan Penginapan Jing Hu, dua sosok berdiri tegap dengan jubah yang berkepak ditiup angin. Mereka tidak bergerak, seperti patung yang berdiri diam menatap ke bawah.

Tun Hei berdiri di sebelah kanan dengan tangan terlipat di depan dada. Auranya yang kacau membuat genting di bawah kakinya bergetar pelan, menciptakan bunyi gemerisik halus.

Xue Luo berdiri di sebelah kiri dengan tangan menjuntai santai. Aura darahnya menyebar tipis di udara, membawa bau amis yang menyengat. Matanya yang merah menyala menatap ke bawah dengan tatapan ding
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
sangat seru dan mantap
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Rembulan Merah di Jing Hu

    Angin malam berhembus keras di sekitar Danau Jing Hu. Dedalu bergoyang hebat, daun-daunnya berkepak seperti bendera lusuh. Suara gemerisik bergema di seluruh bibir danau, menciptakan alunan yang terdengar seperti lagu kelam.Rembulan penuh telah naik tinggi di langit, menyinari permukaan danau dengan cahaya putih keperakan yang indah. Tapi malam ini, cahaya itu tampak sedikit kemerahan, seolah rembulan sendiri tahu akan ada darah yang tertumpah.Di atas bubungan Penginapan Jing Hu, dua sosok berdiri tegap dengan jubah yang berkepak ditiup angin. Mereka tidak bergerak, seperti patung yang berdiri diam menatap ke bawah.Tun Hei berdiri di sebelah kanan dengan tangan terlipat di depan dada. Auranya yang kacau membuat genting di bawah kakinya bergetar pelan, menciptakan bunyi gemerisik halus.Xue Luo berdiri di sebelah kiri dengan tangan menjuntai santai. Aura darahnya menyebar tipis di udara, membawa bau amis yang menyengat. Matanya yang merah menyala menatap ke bawah dengan tatapan ding

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Desa Yang Mati

    Malam semakin larut. Rong Tian menyelesaikan makannya, lalu naik ke kamarnya untuk beristirahat. Madam Yu tetap duduk di lantai bawah, menyalakan lampion tambahan, dan sesekali menatap ke arah danau melalui jendela.Angin malam berhembus lebih kencang, membuat dedalu bergoyang lebih hebat. Suara bisikan semakin jelas, seolah alam sedang berbicara dengan bahasa yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang mendengar dengan hati.Sementara itu, jauh di selatan, di Desa Shuiluo, situasi berubah drastis.Dua sosok melangkah masuk ke alun-alun desa dengan aura yang mengerikan. Langkah mereka pelan tapi berat, menciptakan tekanan di udara yang membuat semua orang yang merasakannya gemetar ketakutan.Sosok pertama adalah pria tinggi dengan tubuh berotot dan wajah kejam. Ia mengenakan jubah merah gelap dengan bordiran simbol kacau di dada. Rambutnya pendek dan berdiri seperti duri. Auranya tidak stabil, bergetar seperti api yang tidak terkendali.Tun Hei. Pengacau Medan.Sosok kedua adalah pria d

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Bisikan Angin di Jing Hu

    Senja mulai turun saat Rong Tian tiba di Kota Moyun. Langit berubah menjadi jingga kemerahan, dihiasi gumpalan awan tipis yang bergerak lambat di ufuk barat. Angin sore berhembus sejuk, membawa aroma danau dan tanah basah yang menyegarkan setelah perjalanan panjang.Kota Moyun adalah kota persinggahan yang terletak di kaki Gunung Xuanwu. Gunung itu menjulang tinggi di kejauhan, diselimuti kabut tipis yang membuatnya tampak samar dan misterius. Kota ini tidak terlalu besar, tapi cukup ramai. Banyak pedagang dan pengembara yang singgah di sini untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke selatan atau ke utara.Rong Tian berjalan perlahan di jalan utama kota, mengamati sekeliling dengan tenang. Ia melihat warung-warung yang menjual makanan dan minuman, toko-toko yang menjajakan kain dan peralatan perjalanan, bahkan ada beberapa penginapan yang tampak cukup layak.Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah Danau Jing Hu.Danau itu terletak di pinggiran kota, airnya tenang dan je

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Niat Pedang – Roh Pedang

    Rong Tian meletakkan sumpitnya di meja. Ia menatap Yan Bing dengan tatapan yang masih datar."Bisa membiarkan aku selesai makan?" tanyanya dengan nada tenang sambil menunjuk piring di depannya. "Kita akan berurusan sesudahnya."Yan Bing terdiam sebentar. Ia menatap Rong Tian dengan wajah tidak percaya. Ia tidak pernah bertemu orang yang begitu tenang di hadapannya. Biasanya, orang langsung gemetar ketakutan saat merasakan auranya.Lalu ia tertawa. Tawa yang keras dan sinis."Hahahaha! Bagus!" teriaknya sambil memegang perutnya. "Silakan makan. Nikmati. Ini makanan terakhir yang akan kau nikmati di dunia. Sesudahnya, kau mati!"Rong Tian tidak menjawab. Ia hanya mengambil sumpit lagi dan melanjutkan makannya. Ia makan dengan sangat lambat, sangat tenang, seolah Yan Bing tidak ada di sana.Yan Bing berdiri di depan meja dengan wajah penuh amarah. Tapi ia menahan diri. Ia ingin melihat seberapa lama Rong Tian bisa berpura-pura tenang.Waktu berlalu perlahan. Rong Tian menyelesaikan makan

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Algojo Es Sekte Bayangan Yin

    Senja mulai turun saat Rong Tian tiba di Desa Shuiluo. Langit berubah menjadi oranye kemerahan, dihiasi awan tipis yang bergerak lambat. Angin sore berhembus sejuk, membawa aroma tanah basah dan asap dapur dari rumah-rumah penduduk.Desa Shuiluo adalah desa kecil yang terletak di tepi sungai kecil. Rumah-rumah kayu sederhana berdiri berjajar di kedua sisi jalan utama. Tidak terlalu ramai, tapi juga tidak sunyi seperti Desa Wuyin. Masih ada kehidupan di sini, meskipun penduduknya tampak waspada dan ketakutan.Rong Tian berjalan perlahan di jalan utama, mengamati sekeliling dengan tenang. Ia melihat warung-warung kecil yang masih buka, pedagang yang menjajakan sayuran dan ikan, anak-anak yang bermain di pinggir sungai dengan hati-hati.Tapi ia juga merasakan ketegangan di udara. Orang-orang menatapnya sebentar, lalu langsung menunduk. Tidak ada yang berani menatap terlalu lama. Tidak ada yang berani menyapa.Rong Tian berhenti di depan sebuah warung sederhana. Warung itu terbuat dari ka

  • Dari Penguasa Kegelapan Menjadi Raja Pedang    Arus Pengungsi dari Heiyang, Part II

    Rong Tian mendengarkan semua ini dengan wajah yang tetap tenang. Tidak ada perubahan ekspresi. Tidak ada reaksi yang terlihat. Tapi dalam hatinya, amarah mulai menyala."Lima ratus tahun," batinnya dengan nada dingin, "dan dunia menjadi seperti ini."Ia mengambil napas dalam, menenangkan diri. Wajahnya tetap datar saat ia menatap kembali pria tua itu."Terima kasih atas peringatannya," ucapnya dengan nada tenang sambil membungkuk sedikit. "Tapi aku harus ke Kota Heiyang."Pria tua itu terkejut. Ia menatap Rong Tian dengan wajah tidak percaya."Kau gila?" tanyanya dengan suara nyaris berteriak. "Kau dengar apa yang kami katakan? Kota Heiyang adalah neraka! Sekte Bayangan Yin berkuasa di sana. Mereka tidak mengenal belas kasihan!"Rong Tian tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, menatap ke arah selatan dengan tatapan yang sulit dibaca.Dalam benaknya, ia mulai merenungkan sesuatu yang lebih dalam. Sekte Bayangan Yin era sekarang. Lima ratus tahun setelah kematiannya. Apa yang terjadi pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status