Selama ini, aku tak pernah mendengar Paman menjabarkan banya tentang beliau—orang yang melahirkanku itu. paman hanya berceria bahwa ibuku adalah sahabatnya. Selain itu, aku benar-benar tak tahu. Tentang mate-nya dan ayahku pun, baru kudengar akhir-akhir ini. Apakah Paman tidak ingin aku mengetahui banyak hal tentangnya? Atau memang sengaja menyembunyikan banyak hal untuk melindungiku?
Melindungi.Begitulah yang selalu Paman katakan padaku. Berada di pack kecil, dan tidak terlalu menonjolkan keberadaanku juga merupakan bagian itu. aku heran, sebenarnya apa yang telah terjadi selama ini? Keberadaanku yang cacat ini seolah menjadi hal yang rahasia. Apakah karena kecacatanku? Memangnya jika karena kecacatanku, hal ini sudah diketahui sejak aku bayi?"Ibumu pernah mengatakan padaku, bahwa dirinya ingin dipanggil Mom oleh anaknya. Mungkin terdengar seperti mimpi, ya. Tapi, Dav, aku harap kau mau memanggilnya ibu saat bertemu nanti," jelas Paman.Jadi, ibuku ing"Hey, Delta! Aku berbicara padamu!"Aku berbalik saat ada tangan yang mencekal tongkatku. Karena tidak terpegang dengan erat, tongkatku terlepas. Untung saja ada Paman yang merangkulku, jika tidak, mungkin aku sudah terperosok."Delta siapa yang kau maksud, Beta Jake? Kami sama-sama Delta—jika kau belum tahu. Dan aku tak akan segan untuk membuat perhitungan denganmu jika mengganggu kami. Kau paham maksudku, kan?"Aku berani bersumpah! Baru kali ini aku mendengar nada semarah ini dari Paman."Tentu saja kau dan anak cacatmu ini! Sudah Delta, menyusahkan pack, membuat ricuh, pula! Kalian ini pantasnya di hukum yang berat. Alpha terlalu murah hati untuk membiarkan anakmu hidup."Sial sekali omongan Beta tua ini. Aku mengenali wajahnya, yang beberapa kali terlihat. Namun, aku sama sekali tak tahu namanya siapa. Dari ucapan Paman tadi, aku mendengar namanya Jake. Aku harus mengingat wajah ini, wajah menyebalkan yang menginginkan kematianku. Jika apa yan
Sepertinya, ucapan Beta Jake beberapa hari lalu bukan omong kosong. Kami mendapat surat panggilan untuk meghadap Alpha di kediamannya. Alpha bengis yang sangat tak kusuka, dan berharap dia lenyap saja. Biarlah! Andai aku dipanggil dengan orang yang tak tahu diuntung. Aku lebih suka mengingat Alpha itu tak memiliki hal baik, bahkan untuk kuingat sebelum pergi dari sini.Untung saja keadaanku sudah lebih baik dari biasanya. Tak perlu tongkat untuk membantu berjalan, dan luka ini sudah hampir sembuh sluruhnya. Tentu saja, semua berkat dari obat yang Paman berikan. Obat yang sudah kuketahui dan membuatku jijik. Akan tetapi, aku sama sekali tidak memiliki hak untuk menolak. Paman terlalu keras untuk kutolak perintahnya. Alhasil, mau tak mau aku harus menelannya.“Bagaimana menurutmu?” tanya Paman. Sepertinya, beliau meminta pendapatku untuk menentukan langkah selanjutnya. “Jika kau pikir kita tak perlu datang, maka aku tak akan datang,” lanjutnya.Aku menggeleng dan
Buruk sekali pandangan Alpha tentang adil yang sesungguhnya. Seorang pemimpin harusnya tahu, bahwa hitungan adil tidak selalu harus sama. Ada yang berbeda untuk kata adil, karena kebutuhan dan kondisi tiap orang berbeda. Setidaknya, begitulah yang selalu Paman ucapkan padaku.Aku tahu jika semua ini terasa tidak adil untuk Paman, tetapi aku bisa apa? Membantu tak bisa, apalagi untuk menolak kesepakatan ini. Sejak awal, aku tak tahu jika akan berakhir seperti ini. Harusnya, aku tahu jika dengan sikap seperti itu, Paman tak akan mendapat keadlian yang layak.Aku tak boleh protes, karena posisi yang tidak menguntungkan. Andai saja bisa, sejak awal pergi dengan tidak layak adalah pilihan bagus. Paman tidak harus berduel seperti ini.Ah, aku tak boleh mengeluh. Lagi pula, sejak awal yang tidak seharusnya terjadi adalah, kami tidak bertemu Beta itu.“Kalian siap!” teriak wasit. Paman sudah bersiap pada posisi bertarungnya saat ini, dan Beta itu juga. Do’a untuk
Mulutku menganga tanpa kusadari, begitu melihat serigala Beta yang terlempar. Serigala itu bukan serigala yang lemah, juga kecil. Serigala Beta milik Jake terlihat buas dan tubuh besarnya, mampu membuatku gugup. Lalu, pamanku itu mendorongnya. Paman terlihat baik-baik saja, dan serigala itu terlihat syok. Astaga! Kuat sekali beliau! Aku tak akan bosan mengatakan, bahwa baru pertama kali ini aku melihat kekuatan beliau.“He ... bat ...,” lirihku. Entah werewolf di sampingku ini mendengarnya atau tidak, aku tak peduli. Masa bodoh dengan keberadaannya, ia tahu atau tidak itu bukan urusanku. Yang jelas, di depan mataku ada sosok yang benar-benar hebat.Sekuat itukah para Delta? Atau, apakah aku bisa sekuat itu jika berlatih?“Kekuatan Delta tak akan bisa melawan Alpha! Camkan itu baik-baik!”Tanganku terkepal erat kala lagi-lagi mendengar ucapan itu. Sebelum ini, punya masalah apa aku padanya hingga dia, memiliki kebencian yang begitu mendalam? Seharusnya, se
Mungkin benar apa yang dikatakannya, bahwa aku harus menghampiri paman yang bertempur di sana. Akan tetapi, aku ragu. Bagaimana jika beliau mengamuk dan membuat sisi serigalanya bangkit? Apa aku pergi saja, ya? Tidak mungkin, kan, aku menghampirinya di saat genting seperti ini?Pertempuran mulai tak terkendali. Beta itu mulai menunjukkan titik puncak kekuatannya, dan pamanku berusaha menekan agar sisi serigalanya tidak keluar. Sementara pemimpin di sampingku ini, tertawa terbahak. Entah apa yang ditertawakannya, sama sekali tak kutahu. Apakah Beta-nya menunjukkan tanda kemenangan, atau kemunduran lawannya—orang yang dibenci.“Cih! Lama sekali pamanmu berubahnya, Dav. Padahal aku menunggu moment itu sejak lama.” Alpha itu mendecih. Enak saja menantikan hal yang seharusnya kuhindari.“Mim ... pi!” Aku hampir saja berteriak mengatakan hal itu. Kalau tak ingat sedang bersisian dengan pemimpin pack ini, tentu sudah kulakukan.
Aku berusaha melihat keadaan paman dengan tenaga yang tersisa. Di sana, paman mengamuk. Benar-benar mengamuk dengan membabi buta. Beta itu terpojok, dengan paman yang selalu menyerangnya. Sedang aku, berjuang lepas dari cengkraman pria busuk ini.Bruk! Aku mengais sebanyak mungkin udara yang bisa kuhirup, begitu alpha ini melepas cekalan tangannya di leher.Ahuk! Aku terbatuk, dan rasa menyakitkan di leher ini tak cepat berakhir. Kuedarkan pandangan ke segala penjuru, mencari sosok serigala paman yang baru tadi kutahu bentuknya. Kalau saja kau lebih kuat, tentu saja hal ini tidak akan terjadi, kan? Aku bisa melawan alpha ini, tanpa memedulikan paman.Ah, sial! Kenapa aku lemah sekali? Bahkan tanpa bisa kucegah, air mata ini turun begitu saja. Terlalu menyakitkan, menyesakkan dada, dan membuatku marah. Namun, aku tak bisa meluapkan amarah ini, sementara ada banyak kesulitan jika hal itu muncul. Aku harus kuat! Aku harus bisa menahannya.“Ha-ha-ha-ha!” Tawa alpha ini s
"Ti ... dak!" Paman benar-benar mengamuk hebat. Tak hanya membuat Beta Jake kehilangan kesadaran, beliau juga menyerang Alpha dengan membabi-buta. Tubuhku mengalami tremor berkepanjangan, dan belum pernah aku alami hingga kini."Groaarrr!!!"Bukannya geraman, tetapi serigala Delta paman malah mengeluarkan suara mengerikan. Seperti harimau. Aneh, kan? Paman ini serigala, bukan harimau, cheta, atau apa pun itu sebutan untuk kucing besar hutan.Terjangan demi terjangan yang dilayangkan paman--kusebut saja seperti itu karena tidak tahu nama serigalanya, pada Alpha, begitu menyeramkan. Kuku-kukunya terlihat lebih panjang dari milik pemimpin pack ini. Jika bisa dikatakan, posisiku saat ini cukup riskan. Hanya berjarak beberapa langkah saja dari pertempuran dua serigala.Amukan Delta berarti musibah!Aku pernah mendengar kata itu dari beberapa warga pack. Kala itu, aku berusaha menghila
Aku masih termenung, mencoba meresapi apa yang pamanku itu katakan. Memang benar kita akan pergi, tapi apa harus secepat ini? Kulihat pamanku itu sudah memakai celana pendek. Mungkin setelah sampai, beliau langsung mencari celana untuk dipakai.“Kena … pa?” tanyaku.“Kita tak akan selamat begitu Alpha dan Beta sadar dari pingsannya. Kau harus tahu, Dav! Hidup kita sudah terancam saat Beta Jake mencari gara-gara. Saat ini pilihan yang terbaik adalah pergi,” jawab Paman. Beliau terus berkemas tanpa melihat ke arahku. Tak banyak yang beliau bawa dalam tas. Kutebak, hanya baju-baju dan uang yang kami miliki selama ini. Untuk baju pun, kami tak memiliki banyak.Itu karena selama ini paman mengajarkanku untuk hidup seadaanya. Tak hanya itu, memiliki banyak baju akan terlihat seperti manusia. Paman pernah bercerita, bahwa mereka selalu menimbun kekayaan, dan belanja hal yang sebenarnya tak perlu.