Dendam Janda, Talak Tiga

Dendam Janda, Talak Tiga

Oleh:  NhelBUngsue  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
5Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Zafi harus menjadi janda dengan talak tiga tidak beberapa lama setelah ijab kabul. Sang suami Dion lebih memilih mantan yang dulu pernah mencampakkannya. Duka mendalam di rasakan Zafi karena tak lama setelah kepergian Dion, Bapak dan Ibu Zafi harus kembali ke pangkuan Illahi Semua peristiwa ini menjadikan dendam yang terpatri di hati Zafi. "Kau harus merasakan apa yang aku rasakan! Kehilangan orang yang di sayang dalam waktu bersamaan!"

Lihat lebih banyak
Dendam Janda, Talak Tiga Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Amanda Sue
kpn up nya lagi
2021-11-21 11:08:59
0
5 Bab
Part 1
"Zafira Hanan! Hari ini, aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu!" kata-kata dari Mas Dion terdengar nyaring di telingaku. Apakah ini mimpi?Bukankah baru beberapa menit ini ijab kabul dilaksanakan?Bukankah riasan pengantin masih belum pudar, bahkan henna di tangan masih tergambar jelas.Hidangan untuk tamu undangan belum tersentuh.Ada apa?Riuh terdengar orang bersautan atas talak tiga yang di ucapkan oleh lelaki yang sebentar ini bergelar suamiku.Aku?Bumi ini seperti berputar lebih cepat, tak ada pegangan membuatku seperti terombang-ambing.  "Ada apa, Dion?" jelas getar suara Bapak yang sebentar ini menjabat tangan untuk pemindahan tanggung jawabku."Maaf, Pak. Saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Saya tidak mencintai Zafi, Pak. Wanita yang saya cintai ada di sini. Sekali lagi maaf, Pak!"Plak!Sekarang tamparan keras mendarat di pipi M
Baca selengkapnya
Part 2
Semua orang mulai beranjak dari pemakaman. Aku masih betah berdiri di samping makam Bapak. "Bu, Ibu pulanglah dulu. Zafi masih ingin di sini." ucapku pada Ibu yang masih sesegukan."Tapi Ibu juga ingin di sini, Fi." jawab Ibu sambil mengelus papan yang bertuliskan nama Bapak. "Tapi Ibu butuh istirahat, Bu. Beberapa hari ini Ibu sangat sibuk menyiapkan pernikahan Zafi. Zafi mohon, Bu." isakku sambil memegangi erat tangan Ibu. "Zafi gak mau kehilangan Ibu!" air mata lagi-lagi lolos. Ibu memelukku erat. Bibi bergantian mengelus punggung kami. "Baiklah, Zafi. Jangan lama-lama disini, Nak. Ibu kuatir denganmu!" Ibu mengalah."Iya, Bu." aku tersenyum."Bi, titip Ibu ya.""Iya, Zafi. Jangan lama-lama, Nak." ucap Bibi sembari menghapus air mata. Aku hanya tersenyum melihat Ibu dan Bibi mulai menjauh dari makam Bapak.  Setelah memastikan mereka tak
Baca selengkapnya
Part 3
Irene membopong tubuhku menelusuri lorong rumah sakit."Maaf, pasiennya mau di bawa kemana?" seorang Suster menghentikan langkah kami."Saya mau ke pemakaman Ibu saya, Sus." jawabku."Tetapi kondisi Ibu masih belum stabil, jika Ibu paksakan kami takut terjadi hal yang tak diinginkan.""Gak usah kuatir, Sus. Saya siap menerima konsekuensinya. Saya gak punya banyak waktu, jadi jangan halangi saya!" ucapku tegas."Tunggu sebentar ya, Bu. Saya panggil Dokter dulu untuk memastikan kondisi Ibu!" Suster itu melenggang meninggalkan aku dan Irene."Ayo, Ren!" "Tapi, Kak. Kita tunggu Suster dulu ya" pinta Irene dengan sedikit mengiba."Kita gak punya banyak waktu! Kakak gak mau pas sampai nanti hanya melihat gundukan tanah kuburan Ibu. Kamu bisa mengerti perasaan Kakak?" Irene akhirnya menurut. Sebuah mobil sudah menunggu di pelataran parkir. Tidak beberapa lama mel
Baca selengkapnya
Part 4
Hari ini jadwalku mengunjungi Dokter Psikiater. Depresi yang ku alami semenjak lima tahun silam, lebih tepatnya semenjak Dion menceraikan ku dengan talak tiga. Hingga tak lama kepergian Bapak dan Ibuku membuatku benar-benar hancur. Berulang kali percobaan bunuh diri ku lakukan, karena keputusan asaan  yang melanda. Bahkan dosis obat yang ku gunakan masih tinggi.Keluar dari apartemen, langsung menuju lift untuk mencapai lantai dasar. Setelahnya pergi ke parkiran untuk mengambil mobil. Belum sampai di parkiran, seseorang menabrak ku cukup keras, hingga gawai yang tadi ku mainkan jatuh ke lantai. "Kalau jalan pake mata dong, Mas!" ucapku setelah mengetahui pelakunya seorang laki-laki. "Jadi rusak kan hp saya!" aku menyodorkan hp ku, sedangkan dia hanya santai, membuka kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Setelah itu memasukkan tangan ke saku, dan menatap datar pada layar ponselku yang rusak. "Maaf, Mba! Saya
Baca selengkapnya
Part 5
"Aku juga tak sengaja memfotonya!" Sherly berkeringat dingin, bibirnya seakan terkatup rapat."Benar begitu, Sher?" bentak Dion. "B-Bohong, Mas. Mana ada seperti itu!" elak Sherly. Aku terkekeh dalam hati, baru seperti ini saja Sherly sudah seperti kelimpungan. "Tentu saja bohong, aku cuma bercanda, Mas. Bisa saja itu mirip dengan istrimu." tawa ku perlahan untuk mencairkan suasana yang mulai memanas."Lagian mana mungkin kamu seperti itu kan, Mba?" ucapku dan melihat Sherly. "Iya, tentu saja! Hehehe." Sherly menghapus keringat di dahinya."Ya sudah, Mas. Aku pamit dulu, lain kali kita lihat brosur eklusifnya!" mengedipkan mata dan keluar dari ruang kantor Dion. Jelas ku dengar mereka kini tengah bertengkar, ada kesenangan tersendiri yang ku dapatkan dari pertengkaran mereka. Setidaknya pondasi rumah tangga mereka akan goyah. Aku tiba di parkiran mobil di
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status