Share

Bab 108

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-03-14 17:40:41

Pagi itu, Clara tiba lebih awal lagi di kantor, memandang layar laptop yang menyala dengan sebuah laporan besar yang harus segera diselesaikan.

Meski ada sedikit rasa lega setelah pencapaian besar dengan klien beberapa hari lalu, Clara tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang.

Masih banyak hal yang harus dikerjakan, dan setiap detik sangat berarti.

Dia terdiam sesaat, memandangi jendela yang menghadap ke kota.

Meskipun pemandangan di luar begitu indah, Clara tidak bisa menahan rasa cemas yang tiba-tiba datang.

Ada sesuatu yang menggantung di udara—sebuah keputusan yang belum dibuat, sebuah perasaan yang belum diungkapkan.

Tak lama, pintu kantor terbuka dan Kieran masuk, membawa dua cangkir kopi hangat. “Pagi, Clara. Ini untukmu,” katanya sambil meletakkan cangkir di meja Clara.

Clara tersenyum lelah, menerima cangkir kopi itu dengan penuh syukur.

“Terima kasih, Kieran. Aku merasa seperti sudah berada di ujung kesabaran. Ada begitu banyak yang harus kita atasi,” jawab Clara den
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 109

    Pagi itu, Clara masih terjaga lebih lama dari biasanya. Meskipun ia sudah berusaha memejamkan mata, pikirannya terus berpacu, mengingat semua keputusan yang baru saja diambil bersama Kieran dan tim. Ada sesuatu yang menegangkan dalam setiap keputusan yang mereka buat. Dan entah kenapa, kali ini, beban itu terasa lebih berat.Clara meneguk secangkir teh hangat sambil duduk di ruang tamunya yang masih sepi. Ia mengamati secarik kertas yang tergeletak di atas meja. Itu adalah catatan dari percakapan dengan Kieran, sebuah rencana yang mereka buat untuk langkah selanjutnya. Catatan itu lebih dari sekedar angka dan strategi. Itu adalah tentang masa depan—masa depan perusahaan dan, mungkin, juga masa depan mereka.Pikirannya kembali melayang pada saat-saat ketika Kieran pertama kali masuk ke hidupnya. Dulu, ia hanya seorang asisten pribadi yang tidak banyak diperhitungkan, namun kini, posisi itu telah memberinya lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam setiap keputusan besar. Mesk

    Last Updated : 2025-03-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 110

    Pagi berikutnya, Clara bangun dengan perasaan yang campur aduk. Semalam, percakapan dengan Kieran masih terngiang di telinganya. Kata-katanya begitu jelas, seolah-olah ada harapan yang tersirat di baliknya. Meskipun Clara ingin berpikir rasional, hatinya tidak bisa menahan perasaan yang mulai tumbuh. Ada semacam kehangatan yang mengalir dalam dirinya ketika mengenang kata-kata Kieran. Tetapi ia juga sadar, langkah besar yang mereka ambil tidak bisa didorong hanya oleh perasaan semata.Clara berdiri dari tempat tidur, berjalan menuju jendela dan mengamati suasana luar yang cerah. Udara pagi yang sejuk memberikan rasa tenang, tetapi hatinya tetap bergejolak. Seperti ada pertarungan antara kepala dan hati yang terjadi dalam dirinya. Ia ingin menjaga profesionalisme, tetapi semakin dekat dengan Kieran, semakin ia merasakan kedalaman perasaan itu.*"Apakah aku siap untuk itu?"* gumam Clara pelan.Setelah beberapa menit merenung, Clara akhirnya memutuskan untuk memulai hari dengan fo

    Last Updated : 2025-03-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 111

    Pagi itu, Clara merasa lebih ringan dari biasanya. Setelah percakapan yang mendalam dengan Kieran kemarin, ada rasa lega yang mengalir di dalam dirinya. Ia menyadari bahwa hidup memang penuh dengan ketidakpastian, tapi dengan membuka hati dan melangkah maju, ia akan menemukan banyak hal yang tak terduga.Ketika Clara memasuki kantor pagi itu, dia merasakan ada perbedaan. Ada rasa kedamaian yang mengalir di antara rekan-rekannya. Seolah-olah ada sesuatu yang telah berubah. Meskipun mereka belum berbicara lebih lanjut tentang perasaan mereka, Clara merasa bahwa Kieran menghargai keputusan dan ruang yang ia butuhkan.Saat ia berjalan menuju mejanya, Clara melihat Kieran sudah duduk di ruangannya. Matanya yang tajam dan penuh fokus, seperti biasa, namun kali ini ada kehangatan yang berbeda di dalam tatapannya. Clara tahu, Kieran sedang menunggu, tapi ia tidak ingin terburu-buru. Semua ini harus dilakukan dengan hati-hati.Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan penting, Clara akhirn

    Last Updated : 2025-03-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 112

    Pagi itu, Clara merasa ada sesuatu yang berbeda. Setelah makan malam yang penuh tawa dan percakapan hangat dengan Kieran, hatinya terasa lebih ringan. Namun, kehidupan tak pernah berjalan mulus, dan ia tahu bahwa di balik kebahagiaan itu ada banyak tantangan yang menanti.Pagi di kantor dimulai dengan rapat besar mengenai proyek yang telah mereka garap selama beberapa minggu terakhir. Clara duduk di salah satu sisi meja besar, matanya menatap layar laptopnya yang penuh dengan data dan presentasi yang harus disiapkan. Kieran duduk di ujung meja, tetap tenang dan fokus, seperti biasa. Tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa berbeda. Kieran selalu tampak kuat dan tak tergoyahkan, namun Clara tahu ada sisi lain yang tak begitu mudah terlihat.Ketika rapat dimulai, suara Kieran mengalun tenang namun tegas, memimpin diskusi dengan penuh kontrol. Setiap pertanyaan yang datang, ia jawab dengan penuh keyakinan. Clara merasa kagum dengan kemampuannya, namun di sisi lain, ia juga me

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 113

    Keesokan harinya, Clara tiba lebih awal dari biasanya di kantor. Ia duduk di mejanya, merenung sejenak sambil memandangi layar komputer yang menampilkan grafik dan laporan yang harus diselesaikan. Meskipun tampak seperti pekerjaan biasa, di dalam hatinya ada kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan.Kemarin malam, percakapan dengan Kieran terasa berbeda. Ada pengakuan yang mengharukan dari Kieran, dan itu membuat Clara merasa dilema. Meskipun ia merasa dihargai dan diinginkan, ia juga tahu bahwa hubungan profesional mereka tidak bisa begitu saja tergantikan oleh perasaan pribadi. Kieran adalah CEO, dan mereka berdua bekerja dalam dunia yang penuh tekanan dan persaingan ketat. Emosi bisa menjadi gangguan.Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Clara mulai menyadari bahwa ia tidak bisa menahan perasaannya selamanya. Setiap kali ia melihat Kieran, ada sesuatu yang membuat hatinya berdebar. Setiap percakapan mereka, meskipun serius, selalu menyisakan ruang bagi kedekatan yang lebi

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 114

    Setelah percakapan yang mendalam dengan Kieran, Clara merasa pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Hari itu berlalu dengan cepat, tetapi baginya, setiap detik terasa seperti berjam-jam. Pekerjaan yang semula tampak seperti rutinitas biasa kini terasa jauh lebih berat. Setiap tugas yang ia lakukan, setiap laporan yang ia siapkan, semuanya terasa seperti beban yang lebih besar. Di satu sisi, ia merasa cemas tentang proyek besar yang sedang mereka kerjakan. Tetapi di sisi lain, perasaan yang ia simpan terhadap Kieran juga semakin tak terbendung. Setiap kali mereka bertemu, ada perasaan yang tumbuh lebih kuat—sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar hubungan profesional. Clara tahu bahwa dia harus membuat keputusan besar. Namun, untuk saat ini, semua itu harus ditunda. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum ia bisa benar-benar mempertimbangkan perasaannya terhadap Kieran.Namun, malam itu, Clara tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, membayangkan

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 115

    Hari-hari setelah percakapan malam itu terasa berbeda bagi Clara. Meskipun mereka berdua sepakat untuk menjaga profesionalisme di kantor, setiap kali bertemu Kieran, ada ketegangan halus yang tak bisa disembunyikan. Di balik tatapan mereka yang terlihat biasa, Clara tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang lebih besar dari sekadar hubungan atasan dan bawahan.Pagi itu, Clara sedang berada di ruang kerjanya, menatap layar komputer. Daftar tugas yang menumpuk di depannya terasa berat, namun jauh di dalam hatinya, ada perasaan yang lebih mendalam—perasaan yang tak bisa lagi diabaikan. Clara tahu bahwa proyek besar yang mereka kerjakan semakin dekat pada puncaknya, dan meskipun ada banyak tekanan, ia merasa ada satu hal yang menguatkannya: kepercayaan diri Kieran terhadap dirinya. Mereka tidak hanya bekerja bersama; mereka mulai berbagi harapan dan ketakutan yang selama ini tersembunyi di dalam diri mereka masing-masing.Ketika Clara memasuki ruang rapat untuk pertemuan p

    Last Updated : 2025-03-18
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 116

    Hari-hari setelah percakapan itu terasa seperti sebuah titik balik dalam hubungan mereka. Meskipun mereka sudah saling jujur tentang perasaan masing-masing, Clara dan Kieran tahu bahwa jalan yang mereka pilih takkan mudah. Ada banyak hal yang harus mereka pertimbangkan—baik sebagai individu maupun sebagai tim dalam pekerjaan besar yang tengah mereka jalani.Clara duduk di mejanya, memandangi layar komputer yang menunjukkan berbagai email yang masuk. Tugas-tugas yang menunggu tidak mengenal kata istirahat. Namun, di sela-sela kesibukan itu, pikirannya kembali melayang pada Kieran. Ia tahu bahwa perasaan itu tak bisa lagi dipendam begitu saja. Ada yang harus diubah, dan Clara merasa, meskipun sulit, ia sudah siap untuk melangkah lebih jauh.Pagi itu, Kieran menghubunginya melalui pesan singkat."Clara, ada yang perlu kita bahas. Bisakah kamu ke ruang rapat setelah makan siang?"Clara menatap pesan itu beberapa saat, merasakan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa setiap pertemuan de

    Last Updated : 2025-03-18

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status