Pura-pura Menikahi Tuan Presdir

Pura-pura Menikahi Tuan Presdir

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-09-14
โดย:  Nurhayati Soetardjoยังไม่จบ
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 คะแนน. 1 ทบทวน
37บท
1.7Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

คำโปรย

Dalam satu hari Rihana kehilangan calon suami dan juga pekerjaannya. Padahal ia dituntut untuk menghasilkan uang banyak, karena harus menjadi tulang punggung keluarga. Gadis itu kemudian mendapatkan tawaran nikah kontrak dengan laki-laki yang baru dikenalnya. Seorang Presiden Direktur yang memberinya jaminan ekonomi stabil dan cenderung melimpah, tetapi berbeda keyakinan. Perbedaan usia di antara mereka pun cukup mencolok. Haruskah ia menerimanya?

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

Calon Suami yang Disembunyikan

"Jadi, calon suami yang selama ini kamu sembunyikan adalah tunanganku, Nay?"

Perempuan dengan make up tebal itu hanya menunduk. Laki-laki di sampingnya menggerakkan tangan dengan kikuk. Ia seolah ingin meminta maaf padaku, tetapi tidak satu kata pun terucap. Aku mengarahkan jari telunjuk sangat dekat ke wajahnya.

"Nggak kusangka kamu akan setega ini, Al. Bukankah sejak awal kita bertunangan, aku menyampaikan harapan untuk bisa tinggal di rumah ini? Kenapa justru kamu beli buat dia, hah?"

Ruang tamu yang disulap menjadi tempat resepsi itu seketika hening. Semua undangan yang semula sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, kini menatap ke arah kami bertiga.

Kulayangkan tamparan ke wajah lelaki yang berdiri di samping mempelai wanita itu. "Ini untuk pengkhianatanmu, Al!"

Pipi kanan Alden yang putih langsung berwarna kemerahan. Ia hendak mengusapnya, tetapi aku telah lebih dulu menampar sekali lagi. "Ini karena kau membuat sahabatku juga berkhianat."

Aku beralih pada Naya. Wanita dengan gaun pengantin yang bagian belakangnya menjuntai hampir empat meter itu kini terlihat gemetar.

"Tenang, Nay. Aku tidak akan menamparmu. Seorang Elisha Rihana masih punya hati, untuk tidak menyerang pengantin yang sedang hamil."

Suara berdengung seketika muncul dari arah para tamu undangan. Mereka yang sejak tadi menyaksikan keributan ini tanpa suara karena tegang, sekarang saling menyampaikan keheranannya dengan berbagai ekspresi. Ya, semua pasti tidak menyangka jika mempelai wanita di hadapan mereka telah berbadan dua.

"El! Apa yang kamu lakukan? Jangan bikin malu di sini!"

Suara Alden justru membuat gelak yang hebat keluar dari mulutku. "Apa kamu bilang?" tanyaku setelah puas tertawa. "Siapa yang sebenarnya bikin malu? Apakah kalian berdua masih punya malu setelah menusuk aku dari belakang?"

Naya yang masih menunduk kini mengepalkan kedua tangan. Aku tahu ia geram karena dipermalukan di pesta pernikahannya sendiri. Namun, itu semua tidak sebanding dengan luka yang ia goreskan padaku.

"Sekarang kamu, Nay. Apakah dirimu masih punya malu?" Kali ini aku menurunkan volume suara. "Berapa lama persahabatan kita? Kebersamaan selama belasan tahun itu kamu anggap apa, hah?"

Suaraku meninggi lagi. Ruangan pun kembali hening. Sepertinya semua orang ingin tahu bagaimana drama satu babak ini akan berakhir.

"Aku tahu kamu sangat ingin menikah, tapi kenapa harus diam-diam merebut dia dariku? Kalau memang jatuh cinta sama Alden, bilang, Nay! Aku mungkin akan mengikhlaskan lelaki sampah ini untuk kamu."

Alden tiba-tiba menarik tanganku. Dari raut wajahnya aku bisa melihat kemarahan semakin menggulung di dada lelaki itu.

"Hentikan, El!"

Kembali aku tertawa. "Aku memang akan berhenti, Al. Berhenti mencintaimu jelas keputusan yang sudah kuambil sejak undangan ini kuterima pagi tadi," jawabku sambil memperlihatkan layar ponsel. Di sana terpampang undangan pernikahan yang pernah kubayangkan akan bertulis nama Al dan El. Ternyata justru Naya dan Alden yang tertera.

Pantas saja sejak awal mengatakan dirinya telah dilamar dan akan menikah, Naya tidak pernah mau mengungkap identitas sang kekasih. Ia selalu mengelak dan beralasan akan memberi tahu di saat yang tepat.

"Ini udah H-1, Nay. Kenapa aku belum juga dikasih undangan?" Akhirnya aku bertanya melalui W******p kemarin.

Cukup lama pesan itu tidak kunjung ia jawab setelah dibaca. Jelang hampir lima belas menit, akhirnya Naya terlihat mengetik.

"Kamu doain aku aja ya, El. Aku nggak bikin pesta, kok. Hanya akad di KUA aja," jawab Naya.

"Kenapa? Bukannya kamu anak perempuan pertama di keluarga? Masa iya, nggak ada pesta?"

Lagi-lagi pesan itu tidak segera dijawab. Rasa heran semakin bertumpuk di dadaku.

"Aku bisa bantu apa, Nay? Aku ke rumahmu, ya?"

Kali ini dengan cepat Naya membalasnya. "No. Nggak usah, El. Semua udah beres. Minta doanya aja."

Setelah itu Naya offline. Pesanku berikutnya hanya bertanda centang satu. Apakah ia memblokir nomorku? Tidak. Foto profilnya masih terlihat. Mungkin ia hanya sedang mematikan ponsel saja karena tidak ingin terganggu. Bukankah besok ia menikah? Pasti Naya butuh waktu yang tidak bisa diganggu chat atau telepon. Aku bisa mengerti walau banyak pertanyaan di kepala tidak kunjung mendapat jawaban.

Aku dan Naya bersahabat sejak bangku SMP. Kami saling berbagi banyak hal, termasuk kisah pribadi dan keluarga. Namun, tiga bulan terakhir sikap Naya terasa aneh. Ia jadi lebih pendiam dan semakin tertutup. Saat aku mengajaknya jalan-jalan di akhir pekan, ia selalu mengelak.

Hingga suatu hari gadis itu mengatakan dirinya sudah punya kekasih. Aku ikut bahagia sekaligus penasaran, siapa lelaki yang berhasil menaklukkan hati sahabatku.

"Nanti aku kenalkan," selalu begitu jawab Naya. Tidak peduli berapa keras aku berusaha membujuk untuk bisa tahu sosok lelaki itu, ia tetap merahasiakannya.

Hingga pagi tadi, saat aku baru saja bangun dari tidur yang tidak lelap, sebuah pesan masuk ke ponselku. Pengirimnya nomor tidak dikenal.

"Sepertinya hanya kamu yang tidak diundang oleh Naya. Ini aku kirimkan undangannya."

Siapa pengirim pesan ini? Apakah ia mempunyai maksud tersembunyi dengan mengirim pesan seperti itu padaku?

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

user avatar
Ameera Sovie
the best othor
2023-09-12 08:24:07
0
37
Calon Suami yang Disembunyikan
"Jadi, calon suami yang selama ini kamu sembunyikan adalah tunanganku, Nay?"Perempuan dengan make up tebal itu hanya menunduk. Laki-laki di sampingnya menggerakkan tangan dengan kikuk. Ia seolah ingin meminta maaf padaku, tetapi tidak satu kata pun terucap. Aku mengarahkan jari telunjuk sangat dekat ke wajahnya. "Nggak kusangka kamu akan setega ini, Al. Bukankah sejak awal kita bertunangan, aku menyampaikan harapan untuk bisa tinggal di rumah ini? Kenapa justru kamu beli buat dia, hah?"Ruang tamu yang disulap menjadi tempat resepsi itu seketika hening. Semua undangan yang semula sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, kini menatap ke arah kami bertiga.Kulayangkan tamparan ke wajah lelaki yang berdiri di samping mempelai wanita itu. "Ini untuk pengkhianatanmu, Al!"Pipi kanan Alden yang putih langsung berwarna kemerahan. Ia hendak mengusapnya, tetapi aku telah lebih dulu menampar sekali lagi. "Ini karena kau membuat sahabatku juga berkhianat."Aku beralih pada Naya. Wanita dengan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Bukan Wanita Suci
Setelah beberapa menit, sebuah video masuk ke aplikasi WhatsApp. Ternyata itu undangan pernikahan Naya. Namanya tertulis indah di samping lima huruf yang sangat aku kenal. Alden. Lelaki yang telah hampir satu tahun bertunangan denganku. Gadis yang telah aku anggap seperti saudara kandung kini justru menggunting dalam lipatan. Sebuah pesan teks kembali masuk saat dadaku masih bergemuruh dan kedua mata berkaca-kaca. "Kamu pasti terkejut dan tidak menyangka kalau aku kirim bukti lainnya."Nomor asing itu mengirim foto Alden dan Naya yang sedang mendatangi klinik dokter kandungan. Setelahnya, sebuah dokumen berisi fakta bahwa Naya telah mengandung juga dikirim melalui WhatsApp. Pesan-pesan itulah yang membawa langkahku ke tempat ini. Sekarang, di depanku Naya sedang melayangkan tatapan tajam pada Alden. Lelaki itu bergegas mendekati pengantinnya. "Aku bisa jelaskan, Nay.""Jelaskan apa? Bahwa kamu nggak bisa mutusin dia sebelum pernikahan ini? Bahwa kamu masih mencintainya? Bahwa kamu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Lelaki Tak Dikenal
Tidak hanya aku yang terpana, Alden dan kedua orang tua Naya juga. Mereka adalah orang-orang yang sudah sangat dekat denganku dan tahu kenyataan itu.Kalau pun itu sebuah fakta, haruskah Naya membeberkannya di tempat ini? Ia bahkan pernah berjanji tidak akan bicara tentang wanita yang melahirkanku. Lalu, tadi itu apa? "Nay," tegur Alden lirih sambil menarik tangan sahabatku. Naya bergeming. Ia masih memberikan tatapan nanar. "Kenapa? Perempuan ini sudah mempermalukan kita. Wajar kalau aku juga bikin dia malu, Al."Beberapa orang terlihat menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut. Begitu pula dengan ayah dan ibu Naya. Ada sorot iba di mata mereka, tetapi keduanya tetap membeku. Perlahan kutarik napas dengan harapan bisa menguapkan getar kemarahan dari sekujur badan. Aku tahu, banyak yang sedang merekam kejadian ini. Pesta Naya mungkin sebentar lagi viral di jagat maya. Media sosialku bisa saja diserbu banyak akun. Apapun tindakan dan ucapan setelah ini, pasti akan menentukan pa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Nikah, Yuk
Seperti tahu jalan pikiranku, sosok yang mengenakan setelan jas mahal itu kini mengangguk. "Ya. Aku lihat dari awal kamu datang ke pesta itu dan melabrak pengantin."Aku menarik napas berat, menghembuskannya perlahan seakan ingin mengosongkan paru-paru, lalu tersenyum getir. "Menurutmu, apakah kejadian tadi akan viral?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke jalan raya yang tidak terlalu ramai. "Sudah.""Se-serius?""Buka saja ponselmu. Walau bukan nomor satu, kamu masuk trending Twitter sekarang. Facebook juga sudah ramai sepertinya."Bergegas aku mengambil ponsel di dalam tas. Benar saja, video resepsi Naya dan Alden sudah bertebaran di dunia maya. Kami bertiga menjadi tokoh utamanya. Walau wajahku hanya terpampang beberapa detik karena lebih banyak yang merekam dari belakang, tetap saja itu memalukan. Aku menjerit dan kembali menutupi wajah dengan dua tangan. Bagaimana aku harus menghadapi dunia setelah ini? "Kamu nggak salah, kok."Sesaat aku tidak percaya dengan kalimat yang
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Bukan Pernikahan yang Sesungguhnya
Wajah-wajah yang sedang melintas di kepalaku seketika menghilang karena pertanyaan konyol lelaki itu. Memangnya kenapa kalau dia tampan? Hanya karena wajah rupawan, bukan berarti aku harus menerima lamaran dadakannya, kan?"Hei, Bung! Pernikahan itu bukan seperti kamu beli tiket bus. Sekarang beli lalu bisa langsung berangkat. Memangnya, kehidupan apa yang bisa dijanjikan dari pernikahan dengan orang asing?""Banyak. Aku bisa memberikan apa saja yang kamu mau setelah kita menikah. Lagi pula, ini bukan pernikahan yang sesungguhnya."Entah mimpi apa semalam hingga kejutan terus menerus datang, bahkan dari orang yang baru menerobos masuk dalam kehidupanku ini. "Apa maksudnya bukan pernikahan yang sesungguhnya?""Begini," ujar lelaki itu dengan sangat bersemangat. Ia menjatuhkan tubuhnya di sampingku. Duduknya teramat dekat kali ini hingga bahu kami hampir saling bersentuhan. "Kita hanya melakukan resepsi seperti orang pada umumnya, tapi tanpa janji suci."Ya, Tuhan. Kenapa Kau hadirkan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Menagih Tawaran
Sambungan telepon diputus tanpa aku sempat berkata-kata lagi. Dengan lunglai, tanganku yang memegang ponsel jatuh ke pangkuan. "Kenapa?"Pertanyaan itu tidak diucapkan dengan keras, bahkan cenderung lembut untuk ukuran suara laki-laki. Namun, cukup membuatku terkejut. Aku menoleh ke arah pemilik suara. Reinhard sedang menatap dengan sorot mata yang berbeda sepanjang kami berinteraksi hari ini. Apakah ia tahu aku sedang mendapat cobaan bertubi-tubi?"Oh, i-ini telepon dari bos tempatku bekerja."Aku hampir tidak sanggup melanjutkan kata-kata. Pandangan mata mulai kabur dan panas. Tolong, jangan sekarang. Aku tidak ingin menangis lagi di depan lelaki ini. "Masukkan alamat tempat kerjamu di sini," tunjuk Reinhard ke arah layar di dashboard. Aku menatapnya bingung. "Aku butuh memasukkannya dalam peta untuk sampai ke sana," ujarnya lagi.Segera aku mengetik lokasi toko, kemudian mengalihkan pandangan ke tepi jalan. Tanpa bicara lagi, Reinhard melajukan mobil miliknya dengan kecepatan se
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Hampir Saja
"What?" Reinhard kemudian terbahak sambil menutup mulutnya. "Kenapa kamu jadi mencuri kata-kataku? Pertanyaannya nggak salah, nih? Seingatku, hampir satu jam yang lalu tawaran itu ditolak mentah-mentah."Aku melempar kepala ke sandaran kursi sambil mengeluarkan karbondioksida hasil pernapasan dari mulut. Seolah dengan itu aku bisa menghempas semua yang menekan dalam hidup. Kunyalakan ponsel kembali dan membuka pesan dari Nia. Baris-baris kalimat itu kuperlihatkan pada Reinhard yang masih memberikan tatapan tidak percaya. "Kamu baca ini."Lelaki itu mengambil handphone dari tanganku. Tidak disangka ia membaca redaksinya dengan suara keras. "Kenapa belum kirim uang, Mbak? Aku ujian minggu depan.""Baca atasnya lagi.""Mbak, kapan mau transfer? Ibu marah-marah terus karena beras habis."Aku diam kini. Tangan Reinhard terus menggeser layar ponsel. "Nia ini siapa?""Adikku. Tidak, lebih tepatnya ibu kami sama, tapi dengan ayah yang berbeda.""Kamu yang biayai sekolahnya?"Sekali lagi ku
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-08-08
อ่านเพิ่มเติม
Ketahuan
Tangan lelaki itu dengan cepat menarik lenganku dan memaksa untuk masuk. Aku berusaha melepaskan diri. Namun, tenaganya jauh lebih kuat. Kantong di tanganku terlepas. Beberapa croissant di dalamnya berhamburan ke lantai. "Lepaskan! Aku bukan anak kecil yang bisa kamu perdaya seperti dulu!""Coba saja kalau bisa! Kali ini aku pasti bisa mendapatkan tubuhmu, El!"Seketika bayangan mengerikan berkelebat di kepalaku. Tidak ada cara lain, aku harus berteriak untuk mendapatkan bantuan. "Tolong! Tolong aku!" Sambil berteriak, aku terus meronta. Saat lelaki itu berhasil menarik tubuhku dalam cekalan yang lebih kuat, sebuah ide melintas begitu saja. Aku arahkan lutut dengan sekuat tenaga ke bagian vitalnya. Ia berteriak, saat itulah tangannya melemah. Aku meronta sekuat tenaga dan berhasil melepaskan diri. Tanpa berpikir panjang, aku berlari menyusuri lorong dengan napas terengah dan berusaha mencapai tangga. "Hei! Jangan lari! Anak kurang ajar!"Kupercepat langkah. Ketika berhasil mencapa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-09-05
อ่านเพิ่มเติม
Jangan Ambil Dia
Reinhard bergegas berdiri. Ekspresi di wajahnya bercampur antara terkejut, kesal, dan entah apa lagi."Ka-kakek? Kenapa Kakek ke sini?""Lho, memangnya ada yang melarang Kakek datang ke tempat tinggal cucu sendiri? Lalu, sejak kapan kamu senang membawa lawan jenis masuk ke sini? Memangnya Kakek mengajarimu berperilaku melanggar norma?""Oh, i-ini .... Ini Rihana, Kek. Di-dia ...." Reinhard sejenak menatap ke mataku seolah meminta persetujuan. Aku tidak tahu harus berbicara apa. "Di-dia is-istriku, Kek," ujarnya lagi dengan ragu. Tentu saja bukan hanya si kakek yang terpana. Aku juga tidak menyangka ia akan memperkenalkan aku sebagai istrinya.Tidak disangka, lelaki yang usianya mungkin sudah enam puluh tahun itu langsung berteriak dan menyerang Reinhard dengan pukulan tangan bertubi-tubi. "Kurang ajar! Anak nggak beradab! Sejak kapan kamu menikah? Kapan? Di mana, hah? Jawab kakekmu ini!"Reinhard berlari menghindar, sementara sang kakek terus mengejarnya. Beberapa kali pukulan yang
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-09-05
อ่านเพิ่มเติม
Yang Sebenarnya
Kakek berjalan sambil terus menggumamkan kalimat yang tidak jelas terdengar. Aku dan Re memerhatikannya sampai ia membuka pintu. "Re, bagaimana ini?" Saat itu Kakek telah menutup pintunya dari luar. Reinhard meletakkan telunjuknya di depan mulut pertanda aku harus diam. Ia mengambil ponsel dari dalam saku dan menelepon seseorang."Kakek sedang berjalan ke tempatmu. Masih ingat skenario yang pernah aku perlihatkan?"Ia diam sejenak, sepertinya sedang mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya."Ya, tentang pernikahan. Semua sama, tapi ada satu detail tambahan."Hening lagi. "Istriku beda keyakinan. Alasan itu membuat kami menikah di Kanada bulan kemarin."Bicaranya kembali terjeda beberapa detik, hingga ia mengakhiri pembicaraan."Ok. Thanks, Fer."Reinhard menghela napas panjang. Ia kemudian menatapku sambil memberikan senyum lebar, membuat eye smile miliknya semakin terlihat jelas. Kedua mata itu benar-benar membentuk bulan sabit yang khas. "Aman.""Hm, jadi kamu memang sudah mere
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-09-05
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status