Home / Young Adult / Diasuh Bos Besar / Bab 5. Luka Hati

Share

Bab 5. Luka Hati

Author: Maemoonah
last update Last Updated: 2025-08-06 17:07:18

Senyum tipis tersungging di bibir tamu VIP yang tertutup kumis itu.

“Gokil juga gadis ini. Dia bahkan tidak takut sedang berhadapan dengan siapa.” Bathin Tuan Malik terheran-heran, tidak menyangka bila gadis didepannya itu begitu berani dan percaya diri.

Ia meletakkan kembali minuman kemasan botol kaca premium diatas meja. Entah kenapa adrenalinnya seketika terpacu saat bersama gadis yang menurutnya masih dibawah umur itu. Keinginan untuk menaklukkan sikap angkuh dan keras kepalanya begitu kuat hingga menyesakkan dada.

“Kamu sendiri bagaimana? Saya juga butuh bukti yang bisa menguatkan posisimu kalau kamu memang benar dan layak untuk bekerja di tempat ini. Dengan begitu, saya akan menerima tuntutanmu. Akan saya obati kakimu dan membayar dendamu. Itu kompensasi yang bisa saya tawarkan padamu.” Tatap tajam Tuan Malik ke arah Alisa.

“Jadi, bisakah kamu menunjukkan pada saya KTP-mu?” Balas Tuan Malik dengan elegan membalik semua pertanyaan Alisa.

DEG!

Dengan cepat, Alisa menggamit tas kecil miliknya di ketiak. “Oh iya, Tuan tadi minta lagu apa? Saya tadi tidak dengar. Musik Romantis ya?” jawabnya sengaja mengalihkan perhatian. Ia benar-benar takut ketahuan.

Tangannya yang memegang remote tv, dengan acak memutar lagu romantis yang cukup jadul, yang berjudul ‘Since I found you’ dari Cristian Bautista dengan kerasnya.

“Since I found you...” Ucapnya sengaja bernyanyi keras.

Tidak ingin terkecoh lagi, Tuan Malik dengan perlahan namun pasti mendekat, lalu secepat kilat merampas paksa tas kecil yang terhimpit kuat di ketiak Alisa. Kesabarannya sudah habis menghadapi alasan-alasan kosong Alisa.

Begitu kaget luar biasa Alisa, begitu menyadari tas kecil yang dengan segenap daya upaya ia jaga baik-baik, namun akhirnya terlepas juga dari penjagaannya. Dan pelakunya siapa lagi kalau bukan tamu member VIP disebelahnya. Sejak kapan pria kaya itu menjadi pencopet?

“Kembalikan tasku, Tuan! Anda sungguh sangat tidak sopan sekali pada saya. Kembalikan...” Teriak Alisa begitu hebohnya sambil tangannya menggapai-gapai keatas. Berusaha merebut tas miliknya.

Sambil terus mengangkat tas kecil itu tinggi-tinggi keatas, tangan Tuan Malik menggapai dan mencari-cari keberadaan Kartu identitas milik Alisa didalamnya.

Ada satu lembaran kertas yang nyangkut di jemarinya. Dia pun tanpa ragu menarik kertas didalamnya

“Kamu hanya bawa uang 5 ribu rupiah?” Ucapnya begitu terkejut saat menyadari lembaran kertas yang dipegangnya.

Alisa memang sudah tidak memiliki uang lagi. Uang hasil berjualan gorengan di sekolah sebelumnya, sudah habis untuk mengganti rugi rantang susun plastik milik tetangga yang bolong karena ulah Andika, yang sengaja menyulutnya dengan rokok hingga bolong. Dan sisanya ia serahkan semua pada neneknya untuk modal berjualan di pasar.

Meskipun merasa iba, Bos Besar yang mengaku sebagai tamu member VIP Klub malam itu terus mencari-cari benda yang ia incar. Hingga akhirnya ia menemukan lalu mengambil Kartu Pelajar dari dalam tas kecil tersebut. Dan membacanya dengan cepat.

“Sudah kuduga, kamu ternyata masih dibawah umur.” Ucapnya dengan tatapan penuh kemenangan, ternyata dugaannya sejak awal memang benar.

Ia pun mengembalikan lagi tas kecil beserta kartu pelajar pada pemiliknya. Kembali duduk di sofa sambil sibuk menggunakan ponselnya.

“Hallo, Pak Riko, saya Malik Al Fatir, bisa tolong sambungkan dengan Bos anda! ... Ya benar, Bos Besar anda. Saya ingin melaporkan status pegawai anda yang bernama...?” ucapnya pura-pura menelpon Riko. Tuan Malik menatap tajam ke arah Alisa yang terlihat murka itu dan bertanya, “Siapa nama lengkapmu tadi?”

“Bukankah Tuan sudah membacanya sendiri barusan? Lagipula, kenapa mesti dilaporin segala sih? Memangnya saya Koruptor? Yang suka nilep uang rakyat?” jawab Alisa kesal.

Setelah mengambil kembali barang pribadi miliknya, Alisa pun mendaratkan bokongnya di sofa kulit, lalu melipat kedua tangannya dengan kasar.

“Kritis juga jawabanmu. Tapi bukan itu tujuan saya. Saya hanya berusaha meluruskan peraturan pada jalurnya. Tidak ada maksud lain.” Jelas Tuan Malik diplomatis.

Ia pun kembali berpura-pura berbicara serius mengenai diri Alisa pada Riko. Semua itu adalah bagian dari rencananya untuk membuat Alisa tidak nyaman dan mundur dengan sukarela.

Meskipun suara lagu terdengar keras membahana, namun Alisa bisa mendengar kata demi kata yang terucap lancar dari bibir pria disampingnya.

Mendengar penjelasan tersebut, tangan Alisa bergerak cepat mematikan lagu. Hal ini sangat serius, dan pria disampingnya itu ternyata tidak main-main dengan ancamannya.

Ia bangkit dari sofa dan berdiri tepat didepan meja Tuan Malik lalu menyampaikan ganjalan didalam hatinya.

“Apakah salah, kalau saya bekerja demi meringankan beban keluarga? Tidak bolehkah saya memperbaiki kehidupan keluarga saya agar menjadi lebih baik?  Apakah dilarang bila orang miskin bercita-cita menjadi orang kaya?” Cecar Alisa cukup emosional.  Sekaligus mempertanyakan dimana letak kesalahannya.

“Apalagi saya bekerja atas inisiatif sendiri. Tanpa tekanan apalagi pemaksaan dari pihak keluarga.” imbuhnya  membela diri.

Tuan Malik menghela nafas panjang. “Bukan pekerjaannya yang salah, melainkan usiamu yang belum layak berada di tempat seperti ini! Ini area khusus dewasa, dan kamu belum waktunya untuk menyelami apalagi menjalani dunia malam seperti ini.” Tidak bosan-bosannya Tuan Malik memberi pengertian pada Alisa.

Telinga Alisa terasa berdengung mendengar ceramah malam dari tamu member VIP yang dilayaninya. “Cukup, Mister! Saya muak mendengar ocehan  Anda! Jangan merasa sok suci dan sok bersih! Anda sebagai orang kaya, tidak pernah merasakan bagaimana susahnya menjadi orang miskin. Kelaparan, penghinaan sudah menjadi makanan kami sehari-hari.”

“Tuan pikir enak disuruh bekerja seperti ini apa? Tidak enak sama sekali! Tapi keadaan yang memaksa saya. Menerima kekerasan dari pengawal-pengawal Anda, bahkan Anda sendiri merendahkan saya! Mau pulang juga tidak bisa, karena tugas belum selesai. Dan gara-gara pekerjaan ini, saya sampai dibenci oleh teman akrab saya, padahal saya sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri.” Nafas Alisa turun naik karena tak kuasa menahan luapan emosi.

“Kalau anda menginginkan saya untuk tidak bekerja lagi di tempat ini, OKE FINE! I’m Quit Now! Saya akan pergi. Hengkang dari tempat ini secara sukarela. Semoga Anda PUAS!”

Usai menyelesaikan kalimat terakhirnya, Alisa menghambur keluar tanpa menoleh lagi kebelakang. Sambil menahan sakit di dada, ia menyeka air matanya yang sudah tak terbendung lagi.

Bullshit penghasilan besar! Bullshit jalur orang dalam. Dan Bullshit teman akrab. Ia sudah tidak tahan lagi menghadapi semua orang yang berhubungan dengan Klub malam itu. Mereka semua sepertinya sengaja bersekongkol untuk mempermainkan nasibnya malam ini.

Sambil menahan nyeri di kaki, Alisa terus berlari menembus remangnya lampu trotoar dan pekatnya malam. Hari ini, kembali menjadi hari sialnya lagi. Di-dzalimi oleh orang kaya brengsek, di-exploitasi oleh manajer, dan di-benci teman akrab yang sudah dia anggap saudara sendiri. Dan Parahnya, dia malah pulang tidak membawa uang sepeser pun. Sia-sia sudah usahanya sejak petang tadi.

Sementara itu, di tempatnya, Tuan Malik menyugar rambutnya kasar. Tertegun beberapa saat, menyesali perbuatannya. Ia sadar telah bersikap keterlaluan pada Alisa. Sungguh, dia tidak berniat melarang gadis yang sempat menjadi pemandunya tadi, untuk bekerja di tempatnya demi memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Hanya saja dia belum waktunya.

Ia mengambil ponsel dan mulai melakukan panggilan ke nomor Riko. “Riko, coba kamu cari lagi gadis itu di loker! Kalau dia ingin pulang, biarkan saja! Jangan lupa berikan salary-nya hari ini.” Titahnya pada Riko. Nada suaranya sedikit bergetar, terdengar begitu mengkhawatirkan Alisa.

Dahi Riko berkerut. “Jadi, si Lisa itu melarikan diri lagi?” ucapnya tidak suka. “Bos mau kasih harga berapa untuk jasa pelayanannya malam ini? Tarif LC sekelas Alisa itu hanya kisaran 100 ribu per service, Bos!”

“Jangan 100 ribu, Riko! Itu terlalu murah. Beri dia 1 juta. Ditambah upah kerjanya didepan lobby tadi 500 ribu. Dan berikan kompensasi atas insiden tidak menyenangkan didepan lobby tadi sebesar 10 juta untuknya. Kakinya cedera gara-gara insiden tersebut.” Ucapnya dengan rinci pada anak buahnya.

“Banyak sekali, Bos! Harga segitu biasanya sekelas artis. Nanti Marlena cemburu bagaimana?” Riko terkesan keberatan dengan keputusan yang diambil Bosnya tersebut.

Heran juga Tuan Malik mendengar komentar miring dari manajer operasionalnya mengenai rincian gaji tetap yang akan diberikan Alisa nanti. “Kenapa menurutmu Marlena mesti cemburu dengan kisaran gaji yang akan diterima Alisa? Apa hubungannya?”

Riko jadi kelimpungan mendapat pertanyaan balik seperti itu dari Bosnya. “Maafkan saya Bos! Saya kira Bos menyukai Marlena selama ini.”

Dari balik ponsel, Tuan Malik mengulum senyum. “Saya memang menyukai Marlena dengan kapasitasnya sebagai penari profesional. Dan saya juga menyukai  temannya karena kagum akan Keberanian dan Kegigihannya. Intinya, saya menyayangi semua pegawaiku yang memiliki talenta atau nilai plus di mataku.” Jelas Tuan Malik panjang lebar pada Riko.

Anggukan kepala diberikan Riko karena kini semuanya menjadi jelas. “Jadi begitu rupanya. Saya mengerti sekarang, Bos! Kalau begitu, akan saya cari si Lisa sekarang!”

“Baiklah. Urus semuanya sampai beres. Saya harus kembali ke rumah. Mau istirahat. Jangan lupa beritahu saya perkembangannya besok! Saya seminggu disini.” Perintahnya dengan jelas.

“Siap, Bos!”

Usai mendengar ucapan Riko, Tuan Ibnu Malik segera memutus panggilannya dan memanggil semua pengawalnya untuk bersiap kembali ke kediamannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diasuh Bos Besar   Bab 9. Dewa Penolong

    Bullshit penghasilan besar! Bullshit jalur orang dalam. Dan Bullshit teman akrab. Ia sudah tidak tahan lagi menghadapi semua orang yang berhubungan dengan Klub malam itu. Mereka semua sepertinya sengaja bersekongkol untuk mempermainkan nasibnya malam ini. Sambil menahan nyeri di kaki, Alisa terus berlari menembus remangnya lampu trotoar dan pekatnya malam. Hari ini, kembali menjadi hari sialnya lagi. Di-dzalimi oleh orang kaya brengsek, di-exploitasi oleh manajer, dan di-benci teman akrab yang sudah dia anggap saudara sendiri. Dan Parahnya, dia malah pulang tidak membawa uang sepeser pun. Sia-sia sudah usahanya sejak petang tadi.Sementara itu, di tempatnya, Tuan Malik tertegun beberapa saat, menyesali perbuatannya. Ia sadar telah bersikap keterlaluan pada Alisa. Sungguh, dia tidak berniat melarang gadis yang sempat menjadi pemandunya tadi, untuk bekerja di tempatnya demi memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Hanya saja dia belum waktunya.Ia mengambil ponsel dan mulai melakukan pang

  • Diasuh Bos Besar   Bab 8. Kenakalan Andika

    Alisa merasa begitu nelangsa. Tak sanggup bertahan, ia menjatuhkan tubuhnya hingga menyentuh tanah. Kakinya sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya yang kembali dibuat shock. Padahal pikiran, hati bahkan tubuhnya begitu lelah menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi dalam hidupnya. Ia mengambil tas ranselnya lalu menutupkan ke mukanya. Setelah itu, dia berteriak dan menangis sejadi-jadinya. “Apa salahku, ya Allah! Hingga Kamu terus menerus menimpakan kesialan padaku?” “Apa Engkau tidak sayang padaku?” “Padahal aku selalu berbuat baik pada semua orang.” “Tapi kenapa mereka semua membenciku?” “Terus aku harus bagaimana setelah ini?” “Aku harus bagaimana?” Huu... huu... huu... Protes Alisa pada Tuhannya. Tidak terima menerima semua kenyataan ini. Menyampaikan keluh kesahnya tanpa henti. Disaat sedang serius-seriusnya melampiaskan kesedihan didalam dada, sayup-sayup terdengar olehnya sekawanan kendaraan bermotor yang mendekat. Bunyinya begitu mengganggu pendengaran. Sangat b

  • Diasuh Bos Besar   Bab 7. Beasiswamu Dicabut!

    Ditelusurinya koridor sekolah dengan gerak cepat, menaiki tiap anak tangga hingga sampai juga didepan kelasnya. Kelas XI-2.Tampak olehnya guru pelajaran jam pertama, Bu Warni tengah sibuk mengabsen teman-temannya. Alisa pun segera masuk dengan mode merintih memegang perut.“Maaf, Bu War! Saya habis dari toilet tadi. Biasa, lagi PMS, Buk!” ucap Alisa beralasan. Ia berjalan tertatih-tatih menuju bangkunya. Sungguh akting yang sempurna.Bu Warni hanya melengos tidak peduli mendengar alasan klise Alisa, kemudian lanjut mengabsen siswanya.Sambil menahan senyum lega di dada karena tidak ketahuan, Alisa pun duduk di kursinya dan menyiapkan bukunya, mulai serius menerima pelajaran.Walaupun ia mendapat beasiswa melalui jalur titipan panti milik Dinas Sosial, namun nilai akademik Alisa cukup bagus dibanding rata-rata kelas. Peringkat ke 3 kelas, sudah cukup membuktikan kalau otaknya lumayan encer.Ting... Ting...Lonceng istirahat ke satu berbunyi.“Liz, gorenganmu mana?”“Kamu gak jualan go

  • Diasuh Bos Besar   Bab 6. Dewa Penolong

    Hampir tengah malam. Alisa duduk memeluk tubuhnya di kursi halte bis. Udara dingin menusuk kulit dan hatinya yang terluka. Ia sungguh tidak mengerti, kenapa semua orang bersikap begitu jahat padanya hari ini. Malam semakin larut. Sudah tidak ada angkutan umum yang beroperasi jam segini. Ingin memesan ojek online, tapi tidak ada paketan data. Ingin naik taksi juga tidak ada uang. Dimatikan segera daya ponsel karena kesal. Kesal pada situasi dan kondisi yang tidak mendukungnya sama sekali.Tak lama berselang, dari kejauhan tampak motor yang lampunya berpendar terang hingga menyilaukan matanya. Alisa pun menoleh ke arah jalan. Ternyata ada motor sport warna merah yang menepi, lalu memanggilnya dengan akrab, “Hei, anak baru! Butuh tumpangan gak?” teriak laki-laki berhelm teropong itu cukup keras.Begitu kaca gelap helm dibuka, tampaklah siluet wajah yang ia kenal. Melihat kedatangan sang dewa penolongnya, Alisa langsung bangkit dan menghambur dengan riangnya. “Tentu saja, Rel! Kenapa

  • Diasuh Bos Besar   Bab 5. Luka Hati

    Senyum tipis tersungging di bibir tamu VIP yang tertutup kumis itu.“Gokil juga gadis ini. Dia bahkan tidak takut sedang berhadapan dengan siapa.” Bathin Tuan Malik terheran-heran, tidak menyangka bila gadis didepannya itu begitu berani dan percaya diri. Ia meletakkan kembali minuman kemasan botol kaca premium diatas meja. Entah kenapa adrenalinnya seketika terpacu saat bersama gadis yang menurutnya masih dibawah umur itu. Keinginan untuk menaklukkan sikap angkuh dan keras kepalanya begitu kuat hingga menyesakkan dada.“Kamu sendiri bagaimana? Saya juga butuh bukti yang bisa menguatkan posisimu kalau kamu memang benar dan layak untuk bekerja di tempat ini. Dengan begitu, saya akan menerima tuntutanmu. Akan saya obati kakimu dan membayar dendamu. Itu kompensasi yang bisa saya tawarkan padamu.” Tatap tajam Tuan Malik ke arah Alisa.“Jadi, bisakah kamu menunjukkan pada saya KTP-mu?” Balas Tuan Malik dengan elegan membalik semua pertanyaan Alisa.DEG!Dengan cepat, Alisa menggamit tas ke

  • Diasuh Bos Besar   Bab 4. Alasan Mangkir

    Waktu terus berjalan. Tanpa terasa, sudah 30 menit berlalu. Di ruang loker wanita, Alisa hanya diam duduk terpaku memandangi Kartu Pelajarnya yang menunjukkan kalau usianya saat ini masih 16 tahun. Memang belum layak untuk bekerja. Sedangkan usia 17 tahunnya baru enam bulan lagi. “Ternyata usiaku memang belum layak untuk bekerja.” Desahnya memendam sedih.“Lantas aku harus bagaimana? Kalau ketahuan bagaimana? Apa Tuan Malik akan melaporkanku pada Bos Besar? Tapi, Marlena sudah bilang ke Pak Riko kalau usia kami sama.” ucapnya resah tiada akhir. Membuatnya tak kunjung beranjak dari kursi loker.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.10 wib. Di ruang VIP karaoke, Tuan Ibnu Malik duduk resah, tidak sabar menunggu Alisa. “Kemana gadis itu.” Tangannya bergerak menelpon Riko. “Riko! Suruh segera kesini, si Lisa itu! Dia pamit ke loker untuk mengambil KTP hampir satu jam yang lalu.” Titah sekaligus lapornya pada bawahan.Riko terlonjak kaget dari kursinya, begitu mendengar laporan dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status