Juan mengucapkan terima kasih atas harapan Alex. Sang sahabat berpamitan kepada Juan.Jika Juan dan Melani sedang berbahagia dengan pernikahan mereka, berbeda dengan Candra yang kini merasa kepala terasa akan pecah.Bagaimana tidak? Hutang yang ditinggalkan Riana dalam jumlah yang sangat banyak, belum termasuk bunga pinjaman. Belum lagi seluruh aset digadaikan dan membayar gaji karyawan. Tabungannya terkuras sudah dan kini sudah jatuh tempo pembayaran.“Tolong kasih waktu satu bulan lagi, sekarang saya cicil bunganya aja dulu,” kata Candra memohon.“Ini udah tiga bulan, perjanjiannya kan cuma tiga bulan. Itu modal besar mau dipakai sama Bos, kalo gak bisa lunas dalam minggu ini maka semua aset kami sita,” tegas sang penagih hutang.“Tolonglah beri kelonggaran. Saya harus bayar gaji karyawan dan biaya lainnya, lagipula kan bukan saya yang minjam kenapa malah saya yang ditagih? Kalian hubungi saja si peminjam,” kata Candra kesal.Wajah si penagih kini memerah. Dia merasa kesal dengan ka
“Oh ada tamu. Apa kabar Candra? Udah lama gak ketemu,” sapa Juan.Juan menghampiri sang istri kemudian mencium keningnya. Melani tampak bahagia terpancar dari raut wajah.“Ehem.” Candra mendeham.“Oh iya, ada perlu apa?” tanya Juan kemudian duduk di sisi Candra.“Ini, aku butuh pinjaman. Gak banyak kok cuma lima ratus miliar aja, nanti aku cicil deh,” jawab Juan.Juan sudah mengetahui perihal jumlah hutang tersebut, tetapi dia tidak menyangka jika Candra berani meminjam kepadanya juga Melani.‘Bener-bener dah ni orang,’ batin Juan.“Sayang, aku udah kasih penjelasan kalo keuangan kamu yang atur. Lagian kayanya gak ada deh kalo sebanyak itu,” timpal Melani.Tentu saja Juan mengerti jika Melani enggan meminjamkan uang kepada Candra, tetapi dia harus mencari kalimat yang tepat agar Candra tidak tersinggung.Juan tampak diam sejenak sebelum menjawab Candra, kemud
Tidak sampai empat jam orang suruhan Juan menemukan bahwa orang-orang Candralah pelakunya, Melani memutuskan untuk melaporkan mantan suaminya ke polisi untuk menuntut Candra agar diproses secara hukum. Wanita itu menghubungi Alex pengacaranya guna membuat laporan.Polisi bertindak cepat dengan menangkap Candra yang hampir saja kabur, lalu membawanya ke kantor polisi untuk segera dilakukan proses tindakan hukum.Polisi menanyai Candra tentang motif kejahatan yang dia lakukan kepada perusahaan Melani. Candra menyangkal bahwa dialah otak dari pelaku percobaan pengrusakan tersebut. Petugas penyidik memberi bukti-bukti kejahatan berdasarkan pengakuan para tersangka yang tertangkap di gudang.Candra terduduk lemas dan tidak bisa menyangkal atau membantah lagi, lelaki tersebut akhirnya mengakui, bahwa benar dia yang merencanakan sabotase terhadap perusahaan Melani dan Juan. “Oke, emang saya yang suruh mereka. Aku benci orang serakah
“Alex? Ada apa?” tanya Melani sambil berdiri.Alex menatap tamu Melani dan duduk di samping dengan wajah penuh tanya. Melani mengerti raut Alex kemudian menjelaskan kedatangan petugas itu.“Oh, aku ngerti. Sebenernya aku menyayangkan kejadian ini, seharusnya hukum tidak bisa dibeli tapi kenyataannya emang begitu yang kita jalani sekarang. Di mana-mana juga begitu,” pungkas Alex sambil menyindir dirinya dan petugas itu.“Bentar aku bikinin surat pernyataan pembatalan tuntutan dulu yang ditujukan kepada pihak aparat penegak hukum. Mel, kamu yakin mau cabut pengaduan kamu? Kalo ini dicabut maka tuntutan menjadi batal secara hukum,” lanjut Alex.“Gak papa, Lex. Cuma aku minta dia jangan ada lagi di kota ini atau jangan pernah muncul di depanku , itu aja syaratnya,” tegas Melani.Alex segera membuat surat yang dibutuhkan dan ditandatangani oleh Melani. Alex mengatakan nahwa dirinya saja yang akan membawa surat tersebut
“Bentar, kok itu mirip Riana ya?” gumam Candra.Candra memundurkan mobilnya dan memerhatikan sosok wanita yang dia yakini sebagai istrinya. Posisi wanita itu sedang membelakangi, sehingga menyulitkan untuk melihat wajahnya.Saat wanita itu berjalan menuju mobol miliknya, wajahnya tampak samar dan sekilas saja, Candra penasaran dan berencana turun untuk melihat dengan jelas.Akan tetapi niatnya urung katwna melihat seorang pria memakai topi dab masker yang masuk ke dalam mobil yang sama.“Sekilas mukanya bukan Riana sih, badannya aja mirip sih dari belakang. Ah, mikur apa aku sampe segitunya.” Candra merutuk dan melajukan kembali mobilnya.Sudah berjam-jam dia tidak tentu arah, akhirnya Candra singgah ke pom bensin dan mengisi bahan bakar.Pikirannya mengembara tak tentu arah, terkadang terbagi mencari Riana dan menuntutnya untuk mengembalikan uangnya, sisi lain memilih membuka usaha baru lebih kecil.
“Sana pergi! Bau banget aih ni orang, nantingak ada yang mau makan bakso di sini,” usir seorang pemuda.“Lapar, minta makan dikit aja,” ujar seorang wanita dengan suara lemah.Candra yang baru saja selesai memandu parkir sebuah mobil bergegas menuju temoat usahanya.“Ada apa ini, Rudi?” tanya Candra.“Ini nih, enak aja minta makan gratis. Bau banget lagi, nanti gak ada yang mau makan di sini, Pak,” jawab Rudi.“Sa-saya cuma mau minta makan, lapar,” ulang wanita itu kembali.Candra terkesiap dan mendekati wanita yang aroma tubuhnya sangat bau. Dia memandang wajah wanita tersebut dengan seksama, sambil memicingkan mata.Wanita tersebut menatap takut Candra dan segera menundukkan kepala dalam, dia memilin ujung bajunya. Suara perut yang keroncongan terdengar.“Riana? Ini kamu?” tanya Candra tidak percaya.Wanita itu menggeleng dan berlari meninggalkan tempat itu
“Hei, kamu kenapa, Riana!” seru Candra dengan wajah panik.Bu Murni mengambil tisu dan menengadahkan kepala Riana, lalu menyumbat lubang hidung dengan tisu.Tisu yang berwsrna putih kini berubah warna menjadi merah, Bu Murni segera mengganti kembali. Keadaan tersebut berulang selama lima menit.Candra diam dan menatap tajam wanita yang berada di depannya. Lelaki itu mencari sisa cinta kepada Riana yang baru saja ditemukan, ‘aneh, gak ada perasaan apapun,’ batin Candra.“Diminum dulu ini airnya.” Bu Murni memberikan segelas air.Dua menit kemudian Riana menguk air yang di berikan oleh Bu Murni hingga tandas.“Jadi waktu itu aku sebenarnya sering selingkuh gonta ganti laki-laki, aku juga selingkuh sama Tama. Laki-laki di hotel waktu itu ya si Tama, aku cari semua asetmu dan gadaikan ke rentenir kaya trus kabur sama Tama ke kota sebelah.”“Dua bulan semua teeasa indah dan aku terbuai sama bujuk rayu sama perlakuan dia di ranjang. Aku makin cinta sama suami sahabatku itu, hari itu aku nunt
“Boleh aku gendong? Eh, gak usah. Aku berkeringat dan kena debu, bau lagi,” ujar Candra.“Ah, ga papa kok. Namanya juga jagoan, gendong aja,” kata Juan.Juan mengambil putranya dari kereta dorong bayi dan menyerahkan kepada Candra. Bukan main bahagia Candra yang tampak dari wajahnya yang semringah.Mereka menuju sebuah cafe dan duduk di sana, Melani meninggalkan mereka dan berbelanja untuk kebutuhan mereka.“Sekali lagi makasih loh udah selamatkan anakku, Can. Oh ya, sekarang lagi sibuk urus usaha sekalian parkiran juga? Gigih kamu,” tutur Juan.“Begitulah, Juan. Kalian tampak bahagia dan harmonis, punya anak ganteng begini lagi.” Candra menyerahkan bayi lucu itu kepada Juan.“Sejak semua hartaku disita, aku pakai uang yang ada dan beli rumah mungil sederhana gak jauh dari sini. Aku sempat sakit kena radang paru-paru karena tidur sembarangan, aku tidur di lantai buka baju karena panas, aku gak beli A