Di dalam perjalanan yang akan membawanya kembali ke kota masa lalu usai diusir dari rumah sang suami, Liliana tak pernah menyangka perjalanannya akan berubah menjadi mimpi buruk. Sekelompok pria menghadangnya, dan sang pimpinan—seorang pria misterius dan penuh kharisma bernama Ryder—menjadikan Liliana sebagai tawanan. Namun, Ryder bukanlah penjahat biasa. Ia seorang pria dengan misi, seseorang yang mempertaruhkan segalanya demi tanah dan rakyatnya. Liliana terperangkap dalam konflik yang lebih besar dari sekadar penculikan—sebuah pertempuran antara kehormatan, pengorbanan, dan rasa keadilan yang mengguncang hati. Di tengah hutan belantara yang liar, ketegangan di antara Liliana dan Ryder semakin membara. Keduanya saling menantang, saling menguji… hingga batas antara kebencian dan ketertarikan mulai kabur. Saat Liliana menyadari kebenaran di balik penculikan ini, ia harus menghadapi pilihan yang bisa mengubah hidupnya selamanya—melawan pria yang telah menculiknya, atau menyerahkan hatinya kepada seseorang yang tak seharusnya ia percaya.
View MoreLILIANA LENNOX
Kubuka mataku perlahan. Pagi rasanya masih jauh dari harapan. Tubuhku terasa berat, tapi mataku tak mau terpejam lebih lama lagi. Aku masih syok dan juga sangat lelah setelah melewati malam yang panjang dan menyiksa. Malam yang benar-benar membuka kesadaranku, akan betapa bodohnya aku selama ini! Bahkan bau alkohol masih tersisa di udara, bercampur dengan aroma parfum Ethan yang maskulin dan membuatku merinding.
Dengan kesadaran penuh, aku keluar dari selimut dan meraih gaun tidurku yang terserak di lantai. Aku berjalan dengan hati-hati menuju ke jendela setinggi langit-langit, membuka tirainya, dan menatap pemandangan lampu berwarna-warni di bawah sana.
"Celestia," bisikku pada diri sendiri. "Kota yang tak pernah tidur. Sebentar lagi matahari terbit. Berharap aku akan hilang oleh sinarnya..."
Solaris Heights adalah kawasan vila yang hanya dihuni oleh kalangan elite di Celestia, telah menjadi sangkar emasku sejak sebulan yang lalu. Aku terkurung di balik pagar besi tingginya yang melindungi kawasan ini, di mana bersamanya tersimpan rahasia-rahasia yang tak terjamah oleh dunia luar.
"Tak ada yang bisa aku lakukan, bukan?" gumamku sambil menghela napas berat. "Tak ada gunanya berharap! Mereka bersepakat untuk membuangku ke sini."
Meski Celestia adalah ibu kota gemerlap dan menjadi saksi bagi kemewahan serta kekuasaan yang mengatur roda ekonomi dunia, tapi aku merasa seperti dimasukkan ke lubang sumur tergelap dan terdingin yang pernah ada.
Sebulan lalu, aku dijadikan alat transaksi oleh keluargaku sendiri, keluarga Lennox, salah satu konglomerat terbesar di negeri ini. Semua terjadi karena saudara laki-lakiku—Raymond Lennox. Entah sengaja atau tidak—dia telah menyebabkan skandal besar yang mengancam reputasi bisnis keluarga.
Dia mabuk dan bertengkar dengan seseorang di bar sampai orang tersebut terluka parah dan meninggal setibanya di rumah sakit. Sialnya lagi, orang tersebut adalah orang penting di perusahaan Darnell grup.
Dan aku? Entah bagaimana mereka melakukannya. Tiba-tiba aku dikorbankan. Dikirim ke Solaris Heights, dijadikan alat tebusan, dan dinikahkan dengan Ethan Darnell, pewaris utama Darnell Group, keluarga penguasa real estate dan bisnis perhotelan terbesar di negeri ini. Semua ini demi menyelamatkan keluarga Lennox dari kebangkrutan akibat ancaman dari keluarga Darnell.
Aku mengharapkan Raymond mau secara jantan mengakui kesalahannya dan bertanggungjawab. Aku tak peduli meski dia harus dipenjara atau bahkan dibunuh oleh keluarga Darnell jika perlu, untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, tidak ada yang bisa aku harapkan dari seorang Raymond Lennox dan pengecut itu. Dia kabur! Sekarang, aku yang dijadikan tumbal oleh orangtuaku untuk menebus kesalahan Raymond dan berakhir mengenaskan di sini.
Raymond... saudaraku yang terkutuk! Kukepalkan kuat-kuat tinjuku tiap kali mengingatnya.
Dan entah apa yang telah dilakukan oleh mulut berbisa ibu tiriku, Alina Lennox, hingga dia mampu meredam kemarahan dan membuat kesepakatan dengan keluarga Darnell untuk menyelesaikan masalah ini. Sayangnya, keputusan yang mereka ambil adalah dengan mengirimku--alih-alih Raymond--pada keluarga Darnell sebagai tebusan atas kematian orang mereka. Sial!
Secara praktis, keluarga Darnell dan keluarga Lennox yang seharusnya bermusuhan kini menjadi besan. Aku dinikahkan secara tidak adil dengan pewaris mereka, Ethan Darnell yang terkenal kejam, buruk rupa, cacat, dan seorang pria tua penggerutu yang bahkan kehilangan kejantanannya alias mandul. Tapi dia masih bisa memimpin kerajaan bisnisnya, sebagai seorang presiden legendaris, praktis hanya bermodalkan kekejaman dan kekayaannya yang tak terhingga.
Yah, rumor-rumor mengerikan sejenis itu yang sering aku dengar dan juga diyakini oleh seluruh kalangan untuk menggambarkan pria ini--Ethan Darnell. Dia menguasai hampir separuh wilayah negeri ini dengan caranya yang tak biasa.
Rumor Kenapa? Karena memang tak ada seorangpun dari kami yang pernah bertemu secara langsung dengannya. Dia terus bersembunyi, menutupi kekurangannya, sebagai akibat dari kondisinya yang cacat, tidak normal, tapi arogan itu. Dia yang telah membuat perusahaan Darnell berubah dari perusahaan kecil menjadi kerajaan bisnis terkuat yang begitu agresif dan selalu mengobarkan pertempuran dan persaingan dengan perusahaan lain kapanpun di manapun.
Sampai sebulan yang lalu aku masih berpikir, mungkin Ethan Darnell ingin menunjukkan posisinya pada dunia bahwa dia masih layak dihormati. Bagiku, dia seperti anak kecil yang butuh validasi. Dia akan menyerang siapa saja yang ingin membuka kelemahannya.
Kata-kata ibu tiriku terus menghantuiku, "Lili, kau harus melakukannya. Hanya cara ini agar kita bisa selamat! Akan aku pastikan Raymond membalas semua kebaikanmu dengan setimpal suatu saat nanti..."
Pernikahan ini bukanlah pilihanku. Ini adalah pengorbanan yang dipaksakan padaku untuk menyelamatkan keluarga dan perusahaan orangtuaku dari kehancuran.
Di belakangku, terdengar suara gerakan berat selimut yang disingkap. Ethan, pria yang sekarang menjadi suamiku, bangkit dari tempat tidur. Meski sudah sebulan kami menikah dan aku resmi menjadi miliknya, baru semalam dia muncul dan menunjukkan wajahnya di hadapanku.
Bayangan seorang pria tua penggerutu seketika hilang digantikan ketakutan yang mencekam saat pertama kali aku melihatnya semalam. Ethan sama sekali berbeda dari rumor yang sering aku dengar.
Kejam? Ya, dia sangat kejam. Sekujur tubuhku saat ini bahkan rasanya babak belur akibat ulahnya semalam. Dia pria yang cacat? Ya, dia memang tidak bisa berjalan di atas kedua kakinya tanpa bantuan kursi roda akibat kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya beberapa tahun lalu. Bahkan sepasang matanya hampir buta. Tapi, rumor yang mengatakan dia seorang pria tua lemah? Oh, tidak, sama sekali tidak benar!
Aku tahu semalam ada pesta besar di vila ini. Hanya saja aku tidak mengira dia akan datang dalam keadaan mabuk berat tepat saat aku berusaha kabur. Aku hanya ingin pulang dan meminta orangtuaku membatalkan pernikahan tidak adil ini. Sebulan hidup sendirian di sini tanpa kepastian dan tidak tahu harus berbuat apa, itu membuatku gila.
Saat aku akan melangkah keluar, seseorang sudah berdiri di depan pintu. Ethan didorong di atas kursi roda oleh asistennya dan memasuki vila. Suasana gelap, pria itu tak ingin ada penerangan.
Aku mundur diam-diam ingin mencari jalan keluar lain.
"Terlambat untuk kabur," bisik seseorang di belakangku sambil menodongkan pistol pada pinggangku. Aku melirik dan menyadari seorang pengawal pribadi dari keluarga Darnell sedang berdiri mengancamku.
Aku merinding. Aku tidak sadar kapan dia ada di sana. “Aku... hanya ingin pulang. Kumohon...”
"Kembalilah ke kamarmu dan selesaikan tugasmu! Keluargamu sudah menjualmu pada keluarga Darnell. Tidak ada tempat untuk kau kembali. Kau tahu itu?"
Aku tidak punya pilihan selain kembali ke kamar. Aku sudah dikurung di sini sebulan penuh dan tidak ada jalan untuk kabur.
"Ethan sudah cukup mabuk. Seharusnya itu memudahkan urusanmu malam ini! Beri apa yang dia inginkan—seorang pewaris!" ujarnya sekali lagi sebelum mendorongku masuk ke kamar.
Aku kembali ke kamar yang penerangannya sengaja diredupkan itu. Aku… merasa sesak sekali melihat Ethan yang sudah berbaring di tempat tidur.
"Kemarilah dan lepaskan pakaianku!" ujarnya dengan suara yang berat dan penuh intimidasi.
Aku berjalan tertatih karena minim penerangan. Aku bahkan tidak bisa melihat wajah pria ini dengan jelas. Aku hanya bisa berdiri gemetar di samping tempat tidur. Tiba-tiba dia menarik tanganku dan menyeretnya sampai aku tersungkur ke dadanya.
"Kenapa? Kau jijik melihat pria cacat?" ujarnya dengan nada penuh ketersinggungan.
"Ti-tidak, Ethan! Aku akan melayanimu!"
Sungguh aku berusaha untuk tidak berpikir saat mengatakannya. Aku bahkan diam-diam bersyukur saat sadar kamar ini cukup gelap. Aku takut membayangkan ekspresi wajahku sendiri saat menyadari apa yang sedang aku lakukan saat ini.
Dengan tangan gemetar, aku menelanjangi Ethan Darnell. Dia benar-benar hanya bisa berbaring di tempat tidur. Tapi, tidak dengan tangannya. Dia begitu kuat dan sigap menelanjangiku dan mendudukkanku di atas tubuhnya. Aku kaget saat kulitku bersentuhan dengannya.
"Lakukan dengan cepat!" perintahnya.
Ethan terengah-engah di atas ranjang super besar dan empuk. Dia memegang erat pinggang kecilku yang sama sekali tidak berdaya. Dia menekankan tubuhku pada tubuhnya. Astaga, saat itulah aku sadar bahwa Ethan Darnell sama sekali bukan seorang pria lemah!
Wajahku sedikit memanas, mengingat kegilaan yang terjadi semalam. Astaga... akhirnya aku tahu setelah sebulan menjadi misteri. Tubuh berotot, kejantanan yang bisa membuatku pingsan, dan birahi yang tidak terkendali. Dia... kasar dan juga nikmat!
LILIANAMalam itu terasa dingin meski api di perapian pondok masih menyala. Kabut tipis menggantung di luar, seolah-olah ikut menyembunyikan dosa-dosa yang belum sempat terbongkar.Aku mencoba mendorong dadanya. Tapi dia terlalu kuat, dan aku terlalu lemah dalam pelukannya.“Lepaskan aku, Ryder!” desisku, separuh panik, separuh muak.Tangannya menelusuri pinggangku dengan perlahan, seolah menandai wilayah kekuasaannya. Sentuhan itu membuat tubuhku tegang, tidak karena gairah, tapi karena jijik dan ketakutan. Getar tangannya terasa dingin di kulitku, menciptakan gelombang mual dalam perutku.“Aku tidak melakukannya! Aku bukan pelacur!” teriakku putus asa.Tapi memang itu kabar yang beredar. Bahkan dimuat dalam laporan berita khusus untuk istri-istri pria ternama. Nama dan wajahku terpampang jelas di layar, disandingkan dengan judul yang membuat semua orang jadi menyalahkanku atas perceraianku dengan Ethan tiga tahun lalu. Gosip yang terlalu sempurna untuk dipercaya, terlalu keji untuk
LILIANAMalam sudah larut. Angin dari celah pintu pondok tua ini menggesek pelan kulitku, membawa aroma tanah basah dan kabut. Di dalam pondok yang terbuat dari kayu keras ini hanya diterangi lampu minyak, aku berdiri mematung. Napasku tertahan. Di depanku, Ryder berdiri tegak. Tegas. Matanya menyorotiku seperti elang memangsa mangsanya."Baiklah," katanya akhirnya, suaranya dalam dan tajam. "Aku akan melepasmu..."Aku hampir tidak percaya dengan yang kudengar. Lidahku kelu. Dadaku seperti akan meledak. Apakah ini berarti dia sadar akan kebodohannya karena telah mempercayai Ethan? Ataukah... apakah kata-kataku akhirnya menyentuhnya? Membuatnya iba?Namun, sebelum aku bisa meresapi perasaan itu, suara dinginnya kembali menusuk."Dengan satu syarat," lanjutnya.Aku mengerjapkan mata. Tentu saja. Selalu ada syarat. Tak pernah semudah itu. Aku mengepalkan tangan, mencoba menenangkan detak jantungku yang kacau."Syarat?" gumamku, nyaris tak terdengar.Ryder menatapku tajam, seperti memutus
LILIANAEntah berapa lama aku duduk meringkuk di ranjang keras itu, tubuhku kaku dan pegal. Tali kasar yang mengikat pergelangan tangan dan kakiku terasa semakin menyakitkan setiap kali aku mencoba bergerak. Udara di dalam pondok kayu ini dingin, menusuk tulang, dan semakin menambah perasaan putus asa yang menggerogoti hatiku.Aku benar-benar bosan, tapi yang lebih dominan adalah rasa kesal yang membakar dalam dada.Siang tadi, seorang pria bertubuh kekar mengantarkan makanan. Ia juga menawariku bantuan untuk ke toilet, dengan sikap dingin dan formal seperti robot. Aku menolak keduanya. Aku tidak ingin bergantung pada siapapun di tempat ini, apalagi menunjukkan kelemahan.Dia mengabaikan semua rengekanku untuk membebaskanku. Wajahnya datar, bahkan saat aku berusaha memohon ataupun mengancam. Sejak upayaku kabur semalam — dengan mencuri salah satu kuda mereka — semua orang di tempat ini tampaknya jauh lebih berhati-hati.Aku mendesah pelan, menahan rasa frustrasi.Ketika malam tiba dan
LILIANADia menjatuhkanku ke ranjang kokoh dan cukup besar di pondok ini. Ranjang ini bahkan terasa lebih nyaman daripada yang mereka berikan padaku di pondok tempat aku dikurung semalam. Tapi, bukan soal ranjang yang ingin aku keluhkan. Aku inginkan jawaban.Ryder tidak bisa pergi begitu saja setelah apa yang baru saja dia katakan. Seharusnya aku sadar dari awal ini terasa aneh. Aku berjuang untuk duduk dan berlari ingin mencegah Ryder pergi.Aku menatap punggung Ryder dengan tatapan marah yang membara. Lelaki itu tetap tak bergeming, seolah-olah pertanyaanku tak berarti apa-apa baginya. Tanpa menoleh sedikit pun, dia berjalan menuju pintu kayu pondok yang reyot itu. Pondok ini bahkan tak memiliki jendela—tempat ini jelas dibuat untuk menahan seseorang. Sepertiku.“Tunggu!” teriakku, suaraku menggema keras di ruangan yang pengap ini. “Jangan coba-coba meninggalkanku tanpa jawaban, Ryder! Jangan berani mengabaikan pertanyaanku!”Aku merasakan nadiku berdegup cepat di bawah kulitku. Ke
LILIANAAku tidak punya pilihan selain berkuda dengannya. Ryder menarikku ke atas kudanya dengan kasar, membuat tubuh kami otomatis berimpitan. Aku bisa merasakan napasnya yang berat di belakang telingaku, sementara satu tangannya mencengkeram tali kendali dan tangan lainnya melingkari pinggangku erat.Aku merasa muak pada diriku sendiri. Aku menyesal kenapa tidak pernah mau repot-repot belajar cara bertahan hidup di alam. Setidaknya akan bermanfaat pada saat seperti ini. Tidak memiliki keahlian khusus menjadikanku seperti beban."Duduk diam dan jangan banyak bergerak," desisnya. "Kalau kau mencoba melompat turun, aku tidak akan bertanggung jawab jika kau terluka."Aku menggigit bibir, menahan amarah yang berkecamuk di dadaku. Aku tahu Ryder bukan orang yang bisa diajak bernegosiasi dengan mudah, terutama dalam situasi seperti ini. Kudanya berlari melintasi jalanan berbatu yang sepi, jauh dari perkampungan terdekat. Aku merasa terperangka
LILIANATekadku sudah bulat. Seharian bahkan sampai malam, aku terus memikirkan rencana untuk kabur. Aku mencuri waktu berkeliling perkampungan ini demi mempelajari rute pelarianku dan kendaraan apa yang bisa kugunakan.Ada sejumlah mobil kemah dan truk di lapangan desa terpencil ini, diparkir di area yang digunakan untuk api unggun saat malam. Tapi terlalu banyak orang di sana saat malam. Mustahil aku mencuri salah satunya tanpa membuat mereka sadar.Lalu cara lain apa yang bisa kugunakan? Kuda? Entah kenapa tiba-tiba aku teringat kuda yang dipakai Ryder saat membawaku ke sini. Aku mengoreksi ide itu. Kuda itu ditinggalkan di kampung sebelumnya, dan kami ke sini menggunakan truk.Tak putus asa, aku menyelinap lagi setelah dari sungai untuk mandi. Aku terus mencari dan benar saja, ada beberapa kuda di kandang. Sekitar tiga atau empat. Tampaknya mereka menggunakan kuda untuk berburu.Aku sudah memikirkan dan mempersiapkan segalanya. Malam nanti, menjelang fajar, saat orang-orang terlel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments