Dijual Ibu Mertua Karena Mandul

Dijual Ibu Mertua Karena Mandul

last updateLast Updated : 2025-02-18
By:  NuraselinaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
25Chapters
509views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dunia memang kejam... Sampai sampai hidup Lula terbalik dengan sempurna. Biasanya ia berjalan di jalanan bertabur bunga nan wangi bersama keluarga kecilnya. Namun siapa sangka jika jalan itu kini bertabur bara api yang siap membakarnya. Kenyataan pahit membayangi hidupnya setelah sang suami menerima hasil lab kesuburan mereka, Pria itu memberitahu ibunya bahwa mereka tak bisa memberi keturunan. Arhan-suami Alula bungkam, tak memberitahu tentang hasil lab yang mereka lakukan. Sampai-sampai sang ibu mertua tega menjual sang menantu pada pria hidung belang demi kepentingannya sendiri tanpa sepengetahun putranya. "Mi... Aku mohon jangan seperti ini, Mas Arhan akan marah dengan apa yang Mami lakukan padaku," racau Lula dengan wajah basah karena air matanya. "Arhan tidak akan tahu jika kau bungkam! Aku tak butuh menantu tak berguna sepertimu! Patuhlah jika kau tak ingin Arhan menceraikanmu!" Percayalah, hati Lula sangat hancur menerima kenyataan dan perlakuan buruk yang menimpanya. Bisakah Lula terlepas dari belenggu sang mertua? Lalu bagaimana sikap Arhan jika ia mengetahui kebenaran itu?

View More

Chapter 1

Bab 1. Hasil Lab Yang Disembunyikan

“Mandul?” tanya Arhan Bahtiar Rajastra pada dokter kandungan yang ada di hadapannya.

  Arhan Bahtiar Rajastra, pria kaya raya berusia 32 tahun. Pria tampan pemilik hidung mancung itu saat ini sedang mengambil hasil pemeriksaan kesuburan dirinya dan sang istri. Namun ia dikejutkan oleh hasil yang diberikan dokter. Pria pemilik perusahaan Datvil property itu membolakan mata dengan tangan bergetar saat memegang kertas hasil pemeriksaan.

  “Tidak, tidak mungkin. Ini pasti salah,” racaunya tak percaya.

  “Hasil pengujian ini sudah akurat, Pak. Jika Anda masih ragu bisa lakukan pemeriksaan ulang. Tapi seperti yang Anda tahu, ini sudah yang ke tiga kalinya Anda memeriksakan kesuburan Anda dan istri,” balas Dokter di hadapannya.

  Arhan meremas kertas tersebut dengan rahang mengeras dan keluar dari ruangan dokter. Langkah pria itu terkesan angkuh saat meninggalkan rumah sakit sambil memegang kertas yang sangat ia benci. Arhan berkendara dengan menggila, mobil yang ia kemudikan membelah jalan raya tanpa memikirkan keselamatan diri juga pengguna jalan lainnya.

  “Berengsek! Kalau seperti ini bagaimana aku bisa punya anak?!” makinya, berulang kali memukul kemudi mobil.

  Pria bermata coklat itu kembali ke rumah bak istana yang ia bangun bersama sang Ibu. Begitu sampai ia langsung mencari keberadaan sang istri, Lula Faradhisa, gadis desa yang ia pinang dua tahun lalu.

  “Mi. mana Lula?” tanya Arhan dengan nada tak bersahabat.

  “Lula pergi, mungkin sebentar lagi pulang. Ada apa?” tanya Edna Aurora, Ibu kandung Arhan. “Kamu dari rumah sakit kan? Gimana hasilnya? Kalian semua subur kan? Bisa kasih Mami keturunan kan?” tanya Edna terkesan menuntut penuh harap.

  Arhan tak langsung menjawabnya, ia mengepalkan tangan sambil mengulas senyum pahit. Tatapan Edna pun seolah menuntut jawaban yang hanya ia inginkan. Membuat Arhan merasa tertekan dan takut dengan apa yang akan dilakukan Edna jika tahu mereka tidak akan pernah bisa mendapat keturunan.

  “Kami tidak bisa punya anak, Mi,” balasnya dengan suara bergetar.

  “Apa?! Jadi selama ini Lula mandul?!” tanya Edna memperjelas ucapan Arhan.

  Arhan tersenyum getir dengan lidah keluh, enggan untuk membalas pertayaan sang Ibu. Membuat Edna yang terkenal dengan perangai buruknya seketika mengubah raut wajah. Ia tersenyum tipis, namun tangannya terkepal seolah menahan gejolak amarah di hatinya.

  “Sudahlah, Mi. Jangan bicarakan anak terus, aku pusing,” pinta Arhan sambil melonggarkan dasinya, lalu berjalan melintasi Edna dengan langkah gontai.

  *

  *

  *

  Tak berselang lama Lula, wanita yang telah dinikahi Arhan dua tahun lalu pulang dengan beberapa paper bag di tangannya. Wanita cantik berusia 27 tahun itu melenggang dengan santai menuju kamar. Ia pun tersenyum saat melihat sang suami sudah berada di rumah. Bersantai dengan tab di tangannya sambil bersandar di atas tempat tidur mereka.

  “Sayang... Kamu sudah pulang? Kirain aku kamu masih di kantor,” sapa Lula seraya mengecup kedua punggung tangan juga pipi suaminya.

  Arhan terdiam, tak membalas kecupan yang biasa mereka lakukan saat bertemu, baik di rumah ataupun di luar rumah. Lula mengerenyit heran pada sikap tak biasa suaminya. Ia duduk di samping Arhan dan merangkul lengan sang suami dengan manja.

  “Kamu capek ya?” tanya Lula.

  “Hmm….”

  Lula menghela napas, ia kembali memeluk tubuh sang suami yang selalu memanjakannya itu dengan mesra. Namun pergerakan Lula ditampis oleh Arhan meski dengan gerakan lembut.

  “Aku lelah, aku mau istirahat,” ucap Arhan malas, lalu membaringkan diri di tempat tidur, bahkan memunggungi istrinya.

  Lula hanya tersenyum sambil mengangguk meski ia merasa ada yang aneh dengan sikap suaminya. Lula Faradisha, dua tahun lalu ia hanya seorang gadis lugu berasal dari desa. Keberuntungan hidup menjadikannya Cinderella di dunia nyata. Harta, cinta, bahkan perhatian dari keluarga Arhan telah ia dapatkan tanpa kekurangan sedikit pun.

  Bibir mungil wanita itu tersenyum meski samar, lalu beranjak dari tempatnya untuk membersihkan diri. Mengganti pakaian dan duduk di samping Arhan. “Sayang… Aku tahu kalau kamu sedang berpura-pura lelah. Cerita dong kamu kenapa? Lagi ada masalah ya di kantor?” tanya Lula sambil mengusap rambut Arhan dengan lembut.

  “Aku lelah sayang." Arhan sedikit acuh tanpa mau membuka matanya.

  “Lelah banget? Yaudah deh kalau gitu, padahal aku mau cerita sama kamu kalau Kakak aku di kampung sudah lahiran. Nanti kita ke kampung ya, aku kangen banget pengen ketemu sama keponakan aku.”

  Arhan langsung membuka matanya, ia menegakkan tubuh dan duduk bersejajar di samping istrinya. Kata anak yang keluar dari mulut Lula kembali membakar api di hati yang sudah hampir padam. Namun kekesalan di wajah Arhan tak disadari oleh Lula, wanita itu pun tersenyum dan kembali bergelayut manja di lengan suaminya.

  “Nggak!” balas Arhan dengan ketus.

  Lula terkejut dengan nada bicara Arhan, ia melepaskan tangannya dan menatap wajah sang suami dengan lekat. “Kok gitu? Oh iya… kamu pasti sibuk banget ya, yaudah deh, aku sendiri aja yang ke sana.” Lula masih berusaha berpikir positif akan perubahan suaminya.

  Arhan mengusap wajah dengan gusar sambil menghela napas. “Terserah kamu, malam ini aku pergi ke luar kota. Ada kerjaan mendadak selama dua bulan,” balasnya.

  Lula mulai merasa tak tenang, tak biasanya Arhan bersikap acuh dan kasar padanya. Bahkan pria itu selalu menghindari tatapan mata sang istri. Arhan beranjak dan mengemasi pakaian ke dalam koper seorang diri. Padahal selama dua tahun ini semua kebutuhannya, Lula sendiri yang menyiapkannya. Lula langsung mengejar langkah Arhan ke dalam walk in closet yang ada di dalam kamar mereka.

  “Aku aja yang siapin, kamu istirahat aja.” cegah Lula saat Arhan hendak memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper.

  Arhan tak menolak, ia menjatuhkan setelan jas yang sudah diambilnya begitu saja ke lantai, lalu pergi dari hadapan istrinya. Jantung Lula bergemuruh saat melihat sikap acuh suaminya. Mata jernihnya pun mulai berkaca-kaca. “Sayang… kamu kenapa sih? Aku ada salah apa sama kamu?” lirihnya sambil memeluk pakaian Arhan yang tadi dijatuhkan.

  Lula menangis tanpa tahu apa yang terjadi. Meski begitu ia tetap mengemasi keperluan suaminya sambil terisak. Begitu selesai Lula keluar dan mencari keberadaan Arhan. Langkah kakinya terhenti saat ia melihat keberadaan Arhan di balkon kamarnya. Lula ingin kembali melangkah, namun langkah itu tertahan karena percakapan Arhan di telepon yang masih bisa didengarnya. Terlebih pria itu menyebutkan namanya dalam percakapan mereka.

  “Aku minta jangan beri tahu Lula, biar aku saja yang memberitahu hasilnya,” ucap Arhan membuat kening Lula mengerenyit bingung.

  “Ah ya satu lagi, setelah pulang dinas aku akan melakukan pengecekan lagi. Aku tidak yakin dengan hasil kemarin. Pasti ada kesalahan,” sambungnya.

  Lula masih mendengarkan percakapan suaminya entah dengan siapa. Tanpa senaja wanita itu menyenggol vas bunga yang ada di dekat pintu. “Astaga, untung tidak jatuh,” gumamnya sambil menangkap vas bunga tersebut dengan satu tangan.

  Arhan mendengar suara Lula, ia langsung bergegas dan mengambil alih vas bunga yang ada di tangan istrinya. “Kamu nggakpapa?” tanya Arhan menunjukkan perhatiannya.

  Hati Lula menghangat saat menerima perhatian tersebut. Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum hingga lesung pipinya terlihat. “Nggakpapa kok, tadi hanya tidak sengaja kesenggol,” balas Lula.

  “Syukurlah kalau begitu, lain kali hati-hati,” ucap Arhan kembali dengan sikap dingin.

  Lula merasa bingung dengan perubahan sikap Arhan yang tak bisa ia mengerti. Ia pun merasa penasaran dengan percakapan sang suami di telepon tadi. “Sayang… tadi kamu nelpon siapa?” tanya Lula mencari tahu.

  “Bukan siapa-siapa,” balas Arhan acuh lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

  Pria yang biasa dipanggil Arhan itu masih belum mepercayai hasil lab yang ia lihat tadi. Ia masih belum percaya jika mereka tidak bisa memiliki keturunan. Hatinya merasa sedih, seolah ada ribuan jarum yang menusuknya. Ia pun merasa bingung harus bagaimana mengatakannya pada sang istri. ‘Sudahlah, nanti akan aku beri tahu setelah pulang dinas,’ batinnya.

  “Tapi kok kamu nyebutin nama aku sih? Apa yang nggak boleh aku tahu?” tanya Lula penasaran.

  “Jangan banyak tanya, kepalaku sakit. Lebih baik buatkan aku kopi.”

  Lula membungkam mulutnya, ia tersenyum getir sambil menerka apa yang sebenarnya terjadi. Wanita itu keluar dari kamar dengan langkah tak fokus hingga hampir terjatuh dari tangga. “Astaga… apa yang aku pikirkan? Mungkin suamiku sedang banyak pikiran karena perkerjaannya yang menumpuk. Ayolah La, berpikir positif aja,” gumamnya berusaha menenangkan diri.

  Lula membuatkan kopi untuk Arhan di dapur. Setelah siap ia langsung kembali ke kamarnya dengan semangat. Namun semangat itu berganti dengan kecemasan juga keterkejutan ketika Ibu mertua yang biasa bersikap lembut melontarkan makian untuknya.

  “Menantu tak berguna!” Maki Edna membuat jantung Lula bergemuruh hebat dan hampir menjatuhkan gelas yang ia pegang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
25 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status