Home / Romansa / Dipaksa Menikah dengan CEO / Bab 7 Janji Tetaplah Sebuah Janji

Share

Bab 7 Janji Tetaplah Sebuah Janji

Author: Dewly Lily
last update Last Updated: 2023-10-24 20:00:42

"Saya tidak menyangka Nona Thara mengajak saya bertemu secara mendadak," ucap Malvin setelah duduk tegap di hadapan Moza.

Moza kembali tersadar, ia harus fokus. "Maafkan saya Tuan karena mendadak mengajak bertemu," balas Moza menyunggingkan senyum.

"Tidak, justru saya senang karena saya juga ingin bertemu Nona," timpal Malvin melepas setelan jasnya. Moza kembali menelan saliva.

"Maafkan saya Nona karena saya datang dengan penampilan berantakan. Kali ini saya mengalami hal yang tidak mengenakan di jalan," aku Malvin menyugar rambutnya.

'Heh! Malah minta maaf. Eh, gak! Pak CEO emang harus minta maaf. Bisa-bisanya rambutnya yang disugar, hatiku malah yang bergetar. Sialan!' rutuk Moza hatinya menangis haru dengan pemandangan indah yang baru saja ia lihat.

"Jadi Nona berkaitan dengan pernyataan saya ditelepon kemarin. Saya ingin mengajak Nona—" Moza membola, ia tahu apa yang akan pria di hadapannya ucapkan.

"Tuan Malvin mau pesan apa?" potong Moza dengan cepat. Hatinya belum siap dengan ajakan menikah tiba-tiba yang mungkin Malvin utarakan. Mungkin, tadi rasa percaya diri Moza sungguh tinggi untuk percaya dengan feelingnya kali ini.

"Ah, iya?" Malvin menyahut.

"Kita pesan minuman dulu Tuan. Saya tahu Tuan pasti haus," cetus Moza seraya menyunggingkan senyum manis. Ia kemudian membuka buku menu di samping meja.

"Tuan mau pesan minum apa?" tanya Moza terdengar ramah.

"Cold Press Espresso," jawab Malvin setelah ikut membuka menu.

"Baik, saya akan kembali setelah saya selesai memesan." Moza sengaja meninggalkan Malvin, ia beranjak kemudian melangkah mendekati barista di ujung ruangan.

Bagaimana pun Moza harus mempersiapkan dirinya untuk menolak dengan tegas pernikahan yang sudah diatur sepihak itu. Sekitar lima menit kemudian, Moza kembali bersama seorang pelayan yang membawa nampan minuman Moza dan Malvin. Setelahnya mereka bersama-sama menyeruput minuman mereka masing-masing.

"Nona ada yang ingin saya bicarakan," ucap Malvin menatap wanita di hadapannya.

"Iya, saya juga ingin membicarakan sesuatu dengan Tuan," timpal Moza seraya meletakkan gelas minuman di meja.

"Baiklah, jadi haruskan Nona dulu atau saya dulu yang akan memulai?" tanya Malvin seraya menyunggingkan senyum kecil. Berhasil membuat Moza sedikit terlena.

"Silakan Tuan duluan." Moza mengalah, lagian akan susah untuknya jika memulai percakapan penting setelah diberi senyum manis itu. Apalagi yang ingin ia utarakan adalah sebuah penolakan.

"Baik, karena ajakan menikah saya lewat telepon kemarin tidak disukai Nona. Kali ini secara langsung saya ingin mengatakan ... menikahlah dengan saya Nona Thara. Saya akan menerima Nona maupun masa lalu Nona," ucap Malvin serius seraya menatap wajah Moza yang langsung melongo.

'Ha? Ini bener aku diajak nikah? Perasaan kok enteng bener Pak CEO ngomong. Aduh, hatiku gembira riang tak terkira mendengar Pak CEO ngajak nikah gini. Walaupun emang gak romantis, tapi berhasil bikin hatiku gak simetris." Moza terlena seketika. Rasanya ia seperti dibawa terbang ke awan oleh seorang super hero berwajah tampan.

Namun, sedetik kemudian Moza tersadar.

'Eh, gak! Sadar Moza kamu itu lagi nyamar jadi Thara. Kamu gak boleh goyah! Lupakan wajah tampan Pak CEO dan mari kita tolak dia!' kemelut batin Moza merapal kembali ke niat awal.

"Maaf, Pak CEO mengenai itu—" Kalimat Moza terpotong oleh dering ponsel Malvin yang tiba-tiba berbunyi.

Malvin dengan sopan meminta waktu untuk mengangkat telepon yang masuk dan langsung diberi anggukan oleh Moza.

"Apa? Rapat dadakan?" ucap Malvin seraya mengerutkan alis.

"Itu sangat penting. Kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya?" balas Malvin menanggapi seseorang yang meneleponnya.

"Baik saya akan segera ke sana," jawab Malvin akhirnya.

Moza langsung cemberut saat mendengar penuturan kalimat Malvin sebelum mengakiri panggilan. Apakah ia akan ditinggal? Padahal ia belum mengutarakan niatnya. Sebelum itu ia harus bisa menegaskan penolakannya sekarang.

"Baik, Tuan Malvin saya hanya ingin menjelaskan," sahut Moza sebelum Malvin mengutarakan niatnya.

"Maaf, Nona saya benar-benar harus pergi sekarang. Tiba-tiba ada hal mendesak terjadi. Saya berjanji akan segera bergegas kemari setelah masalah terselesaikan," potong Malvin seperti dugaan Moza.

"Baik, saya akan tunggu selama tiga puluh menit tidak lebih dari itu. Jika selama tiga puluh menit Tuan tidak kunjung kembali. Saya akan anggap hubungan ini berakhir dan saya akan pergi," tegas Moza akhirnya.

Bagaimana pun niat awalnya untuk menegaskan penolakan itu harus terjadi malam ini. Jika tidak, langsung mengakhiri hubungan juga bukan sesuatu yang buruk, yang penting cepat terselesaikan. Apalagi jika itu diakibatkan oleh kesalahan pihak pria. Thara takkan mengalami masalah dan lagi Malvin menyetujuinya. Jadi Moza akan menunggu sekarang.

Setelah ditinggal Malvin, wanita itu memandang ke luar jendela. Meratapi nasibnya yang begitu tidak terduga. Belum ada seminggu, pertemuan bahkan baru dilakukan dua kali tapi dia justru langsung diajak menikah oleh seseorang yang begitu wah dibanding Rendy.

Bolehkah ia membandingkan dua pria itu? Selama sepuluh tahun sudah Moza menanti Rendy, berharap pria itu akan membuka hati untuk menerima keberadaannya. Cinta pertama yang masih menetap mengisi relung hati, tetapi cinta Moza yang besar bahkan tidak dilirik Rendy sedikit pun. Hubungan mereka masih terbatas dengan kata teman wanita atau mungkin Rendy tak menganggap Moza sebagai wanita.

"Ah, tiba-tiba kenapa aku jadi sedih gini." Moza mengelap sudut matanya kemudian menguap. Dia harus bisa menunggu di restoran ini, setidaknya selama tiga puluh menit kedepan.

***

"Beraninya seorang Direktur Eksekutif mengadakan rapat tanpa memberikan pemberitahuan kepada pimpinan perusahaan," racau Malvin merasa kesal. Dengan kasar ia memakai dasinya kembali.

Savian di sampingnya tampak ikut bergegas menuju ruang konferensi di gedung cabang perusahaan Batara Group.

"Rapat diadakan mendadak, Pak. Info yang saya dapat mereka akan membahas tentang proyek yang akan perusahaan cabang realisasikan," jelas Savian seraya menggeser layar IPad dalam genggaman.

"Aku akan mengurus rapat ini. Sekretaris Savian tolong urus mobil dinasku. Sudah dua kali acenya mati. Aku sudah tidak tahan lagi. Belilah mobil baru sekarang, akan kupakai untuk menemui Nona Thara setelah rapat ini selesai," perintah Malvin yang langsung dilaksanakan Savian setelah mereka berpisah.

Kedatangan Malvin di ruang konferensi perusahaan cabang Batara Group begitu mengejutkan Pak Anton, Direktur Eksekutif Batara Group yang masih aktif menjabat sejak Kakek Rama masih menjadi pimpinan perusahaan.

Proyek besar yang awalnya akan diambil alih diam-diam oleh Pak Anton akhirnya diambil alih oleh Malvin secara langsung. Jika saja Malvin tak datang dalam rapat, sekali lagi proyek besar pasti akan jatuh ke tangan Direktur Eksekutif.

"Ah, menyebalkan. Kenapa Kakek tidak memecat Direktur Eksekutif sialan itu. Jadwalku jadi berantakan," umpat Malvin seraya menyugar rambutnya dan bergegas keluar perusahaan.

Di halaman depan ia sudah disambut oleh Savian dengan mobil BMW keluaran terbaru berwarna light black yang sungguh memanjakan mata. Malvin menyeringai, bangga dengan hasil kerja Savian yang selalu memuaskan. Sekretarisnya itu bahkan sangat paham akan seleranya.

Savian bergegas turun kemudian membukakan pintu mobil.

"Tidak, aku akan duduk di depan. Sekretaris Savian tolong antar aku ke restauran Bugenville," pinta Malvin seraya merapikan dasi yang ia kenakan.

Savian tampak mengalihkan atensi ke jam di pergelangan tangan. "Ini sudah satu jam berlalu. Pak CEO akan tetap ke tempat pertemuan?" tanya Savian ragu karena atasannya tak pernah seperti ini.

"Iya, aku akan tetap ke sana. Memeriksa apakah calon istriku itu tetap menungguku," jawab Malvin menyunggingkan senyum kecil di sudut bibir.

Saat di dalam mobil, Malvin tampak merapikan rambutnya.

"Jika Nona Thara masih menunggu Anda. Sepertinya kalian memang berjodoh," celetuk Savian mengutarakan pikirannya.

"Aku harap begitu. Namun, janji tetaplah janji. Jika ternyata calon istriku itu pergi maka hubungan itu berakhir. Karena akulah yang telah terlambat datang karena Direktur Eksekutif sialan itu," tukas Malvin dengan rahang mengeras.

Ia kemudian mengalihkan atensi ke jam di pergelangan tangan. Akankah wanita yang ingin ia jadikan istri itu masih menunggunya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 35 Menanti Hari Bahagia

    Bab 35 Menanti Hari BahagiaSejak lamaran Malvin dan Moza viral di media, nama Moza mendadak jadi buah bibir. Beberapa portal berita menyoroti kisah cinta mereka, sebagian publik mendukung, tapi tak sedikit juga cibiran yang muncul.Moza membaca komentar-komentar itu dengan hati ciut.“Dia bukan siapa-siapa.”“CEO Batara Group menikahi gadis biasa? Lucu banget.”“Pasti cuma ngincer harta.”Ia menutup layar ponselnya dengan tangan gemetar. Nafasnya terasa berat, dadanya sesak.Pintu kamar terbuka, Malvin masuk dengan langkah tenang. Ia langsung duduk di samping Moza, menatapnya penuh selidik. “Kamu kenapa?”Moza buru-buru menggeleng. “Nggak… nggak apa-apa.”Malvin mengerutkan dahi. “Kamu baca komentar orang, ya?”Air mata Moza jatuh, meski ia cepat-cepat menyeka. “Aku takut, Vin. Mereka semua benar. Aku bukan siapa-siapa. Aku cuma karyawan biasa. Bagaimana mungkin aku bisa jadi istrimu? Aku… aku takut bikin malu kamu.”Malvin menarik napas panjang, lalu menggenggam jemarinya erat. “Moz

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 34 Lamaran yang Menghebohkan

    Bab 34 Lamaran yang MenghebohkanRestoran mewah itu dipenuhi cahaya lilin dan alunan musik lembut. Malvin menatap Moza dengan sorot mata penuh keyakinan, sementara kotak cincin kecil di tangannya terbuka, memperlihatkan permata yang berkilau di bawah cahaya.“Moza…” suara Malvin terdengar jelas, dalam, dan penuh ketulusan. “Maukah kamu menikah denganku?”Air mata Moza langsung jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar. Sementara hatinya campur aduk antara bahagia, takut, dan tak percaya momen ini benar-benar terjadi.“Malvin, aku…” suaranya tercekat.Malvin tersenyum samar, lalu bangkit dari kursinya, berlutut di hadapan Moza. Semua tamu restoran sontak memperhatikan mereka. Beberapa bahkan bersorak kecil, sebagian lainnya mengeluarkan ponsel untuk merekam.Moza panik melihat sorotan itu. “Vin, berdiri… orang-orang lihat!”“Biar saja,” jawab Malvin mantap. “Aku tidak malu menunjukkan pada dunia siapa wanita yang aku cintai.”Moza terisak, wajahny

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 33 Keseriusan Malvin

    Bab 33 Keseriusan MalvinKeesokan harinya, sesuai permintaan Nenek Puspa, Malvin dan Moza datang ke rumah keluarga besar Batara. Udara di ruangan terasa tegang. Semua anggota keluarga sudah berkumpul, termasuk Kakek Rama yang duduk di kursi besar dengan wajah serius.Moza menunduk sepanjang jalan masuk, merasa sangat canggung. Jemarinya sesekali menggenggam ujung rok, menahan gugup. Sementara Malvin berdiri tegak di sampingnya, wajahnya tenang namun tegas.“Kamu akhirnya datang juga, Malvin.” Suara Kakek Rama terdengar berat.“Ya, Kek. Ada apa?” jawab Malvin sopan.Nenek Puspa menatap cucunya dengan pandangan lembut, lalu bergeser pada Moza. “Kami dengar kabar, Malvin. Tentang hubunganmu dengan gadis ini.”Moza sontak menegang, jantungnya berdetak kencang. Ia melirik Malvin dengan panik, seakan ingin kabur saat itu juga. Namun genggaman tangan Malvin yang tiba-tiba menyentuh jemarinya membuatnya sedikit tenang.“Benar, Nek. Aku menjalin hubungan dengan Moza. Dan aku tidak main-main.”

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 32 Dukungan yang Tak Terduga

    Bab 32 Dukungan yang Tak Terduga Pintu ruangan CEO Batara Group masih terbuka lebar. Thara berdiri di sana, menatap dengan wajah kaget antara Moza dan Malvin yang berdiri berdekatan. Tatapannya sempat beralih ke jemari Moza yang masih dalam genggaman Malvin, membuat suasana makin canggung. Moza buru-buru melepaskan tangannya, wajahnya memerah panik. “Tha… aku bisa jelasin.” Thara menghela napas panjang, lalu melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Wajahnya tidak marah, hanya penuh kebingungan. “Jelaskan apa, Za? Aku udah tau semuanya," balas Thara membuat Moza langsung ternganga. Apa maksudnya dari udah tau semuanya? Thara mendekat ke Moza, lalu meraih tangan sahabatnya. “Za, aku justru merasa lega." Moza mengerjap, bingung. “Le … lega?” "Iya, karena kamu akhirnya bisa lupain Ryan. Aku tahu kamu sebenarnya juga ada rasa kan untuk Malvin," "Itu ...." Moza terdiam, sadar jika ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Namun, Moza juga sadar siapa dirinya. “Tha,

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 31 Ketahuan & Pengakuan

    Bab 31Ketahuan & PengakuanLangkah Moza terasa berat ketika melintasi lobi kantor Batara Group sore itu. Tas kerja disampirkan di bahu, sementara jemarinya meremas ponsel erat-erat. Sejak beberapa hari terakhir, perasaannya tak pernah tenang. Semakin sering ia bertemu Malvin, semakin besar pula ketakutan yang membayangi: kebohongannya terbongkar.Namun, anehnya, semakin lama ia bersama pria itu, ada getaran yang tak bisa ia pahami. Tatapan mata tajam Malvin, suara beratnya yang penuh wibawa, bahkan kebiasaan kecilnya menyentuh rambut setiap kali berpikir—semua membuat hati Moza berdebar tak karuan.“Aku nggak boleh baper … ini semua cuma akting. Ingat, Moza,” batinnya menegur diri sendiri.Sayangnya, logika tak pernah mampu melawan rasa.***“Masuk,” suara berat Malvin terdengar jelas ketika pintu ruangannya diketuk.Entah kenapa tiba-tiba Thara alias Moza yang menyamar diminta untuk datang langsung ke kantor menemui Malvin secara langsung. Moza melangkah masuk dengan hati-hati. Pand

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 30 Malvin Tahu Sekarang

    "Kumohon Tuan rahasiakan kebenaran ini," bujuk Thara dengan wajah memelas. Savian mematung di tempat, ia sudah memprediksi respon Thara. Namun, ia tak menyadari jika dirinya akan segoyah ini. Thara meraih kedua tangan Savian kemudian menggenggamnya dalam satu telungkupan tangan. Wanita itu bersungguh-sungguh dengan permintaannya. "Mungkin akan sangat sulit karena di satu sisi Tuan adalah karyawan Batara Group. Tapi saya mohon untuk satu ini, demi kebaikan bersama. Karena Moza menggantikan saya juga karena saya memaksa dia. Jadi ini semua salah saya. Jika Moza sampai dipecat, hubungan persahabatan kami yang sudah terjalin bertahun-tahun pasti hancur. Saya mohon Tuan, tolong jangan beri tahu identitas Moza yang sebenarnya ke Malvin," pinta Thara dengan kedua bola mata berkaca-kaca menatap pria di hadapannya.Savian mendesah sepertinya ia memang sudah goyah sejak awal. "Baiklah Nona saya tidak akan memberitahukan Pak CEO tentang kebenaran Nona Moza," cetus Savian setelah tahu tentang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status