"Mama, ngapain mama disini? Ayo kerumahku!" Tiba-tiba saja susi datang ter pogoh-pogoh dan mengajak calon ibu mertuanya, Entah dari mana Susi mengetahui bahwa calon ibu mertuanya datang. "Gak, saya ke sini cuma mau ngasih peringatan saja kepadamu, jangan pernah mendekati anak saya lagi, putuskan saja hubungan mu dengan Raka, Bu, tolong jaga anak ibu jangan sampai kegatelan sama Raka! jadi perempuan Kok tukang nyamperin laki-laki sih," ucap ibunya kakak sambil menatap Bibi Santi dan juga Susi dengan tatapan merendahkan. "heh bu, jadi orang punya mulut itu sedikit di rem, mana ada anak saya kegatelan pada anak kamu, yang ada anak Kamu yang nyamperin susi kesini, anak saya itu cantik dan bisa mendapatkan yang lebih dari anak kamu," jawab Bibi Santi dengan ucapan yang tak kalah tajam, bahkan tatapan mereka berdua sama-sama seperti ingin menerkam. "halah, Meskipun begitu tetap saja derajat ekonomi keluarga kami jauh lebih rendah dibanding ekonomi keluarga kami, jadi orang miskin seperti
(Kita kayanya ga usah undang keluarga miskin ya, palingan juga kasih amplop sepuluh ribu tapi yang datang sekeluarga, belum lagi makan nya pada rakus karena dirumah nya biasa makan nasi garam hahaha) tiba-tiba Susi membuka percakapan di grup WhatsApp keluarga, Minggu depan kakak nya Susi, bernama Sintya menikah.(Lagi ngomongin siapa sih?) tanya Septian anak dari uwak Jeni, kakak nya bapak.(Ya siapa lagi kalo bukan keluarga miskin yang anak sulung nya pergi rantau tapi ga kaya-kaya) jawab Susi, dia adalah anak dari paman Adit.(Ohahahah, iya mending jangan di undang aja, malah jadi beban, belum lagi nanti mereka pasti bungkus banyak makanan) balas lagi Septian.Aku geram membaca grup WhatsApp keluarga besar, aku tau mereka sedang menyindir keluarga bapaku, mereka dengan santainya menggunjing keluargaku, sedangkan ada aku dan ke-2 adiku di grup itu, tapi mereka sama sekali tidak peduli.TingTing"Halo kak? Apa kakak sudah baca wa grup? Mereka menyindir kita kak!" adiku mengadu padaku
"Ya tetap saja kamu menyusahkanku Anas, kamu pikir setiap kamu meminjam, aku tinggal memetik uang dari pohon?" ujar wak Jeni tidak mau kalah."Ya sudah kalau misalkan teteh tidak mau meminjamkan, tidak usah marah-marah seperti ini teh," bapak sudah mulai meninggikan intonasi suaranya, terlihat juga dari raut wajah bapak sudah emosi kepada kakak perempuannya ini."Berani kamu ngomong tinggi sama teteh? Heh Sisil, sebaiknya kamu menikah saja dengan juragan Wira, juragan Wira sempat menanyakan mu kepada uwak, daripada kamu harus jauh-jauh capek-capek kerja ke ibu kota, mending kamu jadi istri nya juragan Wira saja!" aku kaget dengan ucapan Wak Jeni, bisa-bisanya dia main jodoh-jodohkan aku kepada orang lain."Sudah sana pergi teh, tidak akan ada anakku yang menikah muda, apalagi dengan juragan Wira yang istrinya sudah ada 4!" tolak bapak dengan tegas sembari mengusir wak Jeni secara halus."Cihhh, so kaya sekali, Sisil! kalau kamu mau berubah pikiran untuk menikah dengan juragan Wira, d
Tanpa basa-basi dan mengucap salam, mereka bertiga keluar dari rumahku."Awwww aduh!!!"Aku mencubit kecil lengan Septian, meskipun cubitan nya kecil, tapi aku yakin rasanya perih."Kenapa sih kamu Tian!" tanya bibi Santi pada keponakanya."Auuwww ateu, aku dicubit Sisil huhuhu," dengan gaya khas kemayu nya, Septian mengadu pada bibi Santi.Bibi Santi berbalik dan memelototiku, akupun hanya mengangkat kedua bahuku.Kini keluargaku semuanya duduk di ruang tamu, adik-adikku antusias membuka koper yang aku bawa, karena di dalam koper banyak barang dan juga oleh-oleh yang aku beli."Waaaah kak, bagus banget ini bajunya, sepatunya juga, aku suka kak!" ucap Lisa adik bungsuku.Aku melihat Rifki pun bahagia, tapi mungkin karna dia anak laki-laki jadinya tidak eksfresif seperti Lisa.Aku melihat bapak duduk dan menghela nafas panjang, sebelum bapak membuka obrolan, aku terlebih dulu membuka pembicaraan."Bapak, kenapa bapa dengan mudah memberikan sertifikat rumah pada paman Adit?" tanyaku sam
"Ehhh kok kamu, mau ngapain kesini? Ini bagian saya, pergi sana!" Ternyata aku bebarengan dengan wak Jeni, yaampun sebenarnya aku malas berdebat, tapi apa boleh buat?"Maaf wak, para pengontrak juga sudah tau, kalo kontrakan ini bagian bapak, punya uwak kan di depan," jelasku dengan nada sabar sambil menunjuk ke arah kontrakan wak Jeni."Ya gabisa gitu dong, bapakmu kan sudah memberikan perintah kepada uwak untuk mengurus kontrakan ini, kok kamu main ambil alih, memang nya siapa kamu?" Hahaha lucu sekali wak Jeni ini, sudah jelas kan aku ini anak bapak."Aku? Aku anak nya lah, bapak sudah menyuruhku untuk menagih kontrakan, karena kata bapa, uang dari para pengontrak tidak pernah sampai ke tangan bapak!" jelasku dengan nada naik 1 oktaf."Wah masa iya mbak sil ga di sampaikan? Betul-betul tidak amanah ya Bu Jeni ini!" tiba-tiba saja salah satu pengontrak ikut nimbrung pada perdebatan kami.Aku melihat wajah wak Jeni merah padam, entah menahan malu, marah atau ingin buang air besar, a
Lalu Lisa memperlihatkan gawainya padaku, Aku terperanjat kaget melihat video yang Lisa putar.Terlihat Septian sedang berjoget tik-tik menggunakan hot pants dan juga tantop merah muda."Astaga ini beneran Septian?" tanyaku kaget kepada Lisa."Iya bener, ini saudara kita tercinta kak, cantik bukan heheh?" Lisa cengengesan meledek Septian.Aku tidak menyangka bahwa Septian sudah separah ini, Aku kira dia hanya berdandan kemayu saja."Tapi Lis, kalau dilihat-lihat, ini kamar nya Septian kan? Apa uwak Jeni sama Wak Komar tidak memarahinya?" tanyaku penasara, sangat tidak mungkin orang tua tidak memarahi anak laki-lakinya berpenampilan aneh seperti ini."Kalau Wak Komar sih Lisa enggak tahu ya, tapi kalau Wak Jeni kayaknya tahu deh, soalnya di beberapa video milik kak Septian, aku liat Wak Jeni ada ikuti tik-tikan sama ka Septian." jawab Lisa sambil ngotak ngatik handphonenya, sepertinya dia akan memberikan kejutan yang lain kepadaku."Nih lihat!" akupun langsung menyambar ponsel yang dip
Haduh, bagaimana ini, aku takut emak jadi bahan Bullyan di rewang nanti!"Ya sudah nanti rewang nya Sisil temenin emak ya," aku harus menemani emak untuk ke kandang macan itu, Aku tidak mau ibu menjadi bahan bulan-bulanan mulut-mulut pedas saudara bapak."Iya sil terserah kamu saja!" timpal emak pasrah.TingTing"Mbak, nanti ada orang yang mau jadi reseller di online shop kita, kapan kira-kira Mbak bisa bertemu dengan orangnya? Katanya biar dia sekalian main ke online store kita," ada WhatsApp masuk dari salah satu karyawan ku."Mungkin sekitar tiga hari lagi, ya bilang saja biar dia janjian sama Mbak di Jakarta saja," balasku, karena untuk sekarang-sekarang aku tidak bisa kembali dulu ke Jakarta.Alhamdulillah reseller ku terus bertambah, semakin hari penjualan pun semakin meningkat, yang jelas pundi-pundi uang pun semakin banyak."Pakeeeet!" "Paket!" Suara kurir paket terdengar nyaring dari luar, akupun langsung menghampiri nya."Iya kang, atas nama siapa?" tanyaku."Teh maaf, in
"kita ga dapat bingkisan juga gapapa kok Santi, kita kesini cuma mau ikut pengajian aja, masa saudara ada acara pengajian kita ga datang." jawab emak pelan, aku tahu emak merasa harga dirinya sudah tercabik-cabik, karena bibi Santi berbicara seperti itu di depan para ibu-ibu yang lain, aku salut pada emak, beliau masih bisa berbicara lembut pada orang modelan bibi Santi."Halah masa iya, dari dulu juga kan teteh kalau misalkan ada acara apa-apa memang selalu bawa satu keluarga, gini deh aku punya penawaran," balas bibi Santi dengan nada pongah, aku masih memantau nya.Dari kami bertiga tidak ada yang menjawab ucapan bibi Santi."Kalau kalian mau dapat bingkisan, bantu beresin di sini yah, nanti aku kasih satu bingkisan satu orang," angkuh sekali wanita ini, memangnya dia fikir aku tidak mampu untuk membeli bingkisan apa?"Tak Sudi kami bantu-bantu disini, mau besar bayarannya pun kami tidak akan mau diperlakukan