Home / Romansa / Disayang Duda Kaya / 5 - MATA YANG TERNODAI

Share

5 - MATA YANG TERNODAI

Author: Ahgisa
last update Last Updated: 2023-08-25 18:02:38

Banyu memandang Lila yang terus saja menatap kertas dengan latar hitam dan seorang bayi kecil dengan lekuk tubuh yang jelas. Melihat muka bayi itu, Banyu yakin anak Lila memiliki paras yang sama dengan Lila. Ia jadi tak sabar melihat Lila versi mini.

Setelah berkendara kurang lebih lima menit, Banyu sudah sampai di bengkel cabang miliknya. Lila yang semula memandangi foto USG anaknya, kini beralih melihat sebuah bangunan luas dengan banyak kendaraan terparkir di sana.

Ada beberapa drum juga alat-alat yang tak Lila ketahui namanya. Bengkel itu nampak ramai. Jadi wajar saja jika suaminya tak mau menemaninya hari ini. Lila jadi berpikir, apakah keterlaluan jika menginginkan suaminya memberi waktu untuk dirinya dan bayinya bersama. Rasanya sudah cukup lama Dimas tak mengajaknya berjalan-jalan. Apalagi beberapa bulan terakhir semenjak Lila dinyatakan hamil.

Melihat keadaan bengkel yang cukup ramai membuat Lila bisa memaklumi bahwa suaminya tak bisa menemaninya. Mungkin juga suaminya berbuat kasar karena memang pekerjaan di bengkel yang penuh itu sangat menyita tenaga Dimas. Hingga Dimas sudah terlalu lelah saat sampai di rumah.

“Kamu mau menemui suamimu, La?” tanya Banyu yang melihat Lila memandang bengkel seolah tengah mencari sesuatu.

Lila menggeleng. “Enggak, Mas.”

“Sudah pernah kesini kan?”

Lila lagi-lagi menggeleng.

Banyu mengerutkan dahinya. Lila belum pernah ke bengkel karena memang tidak ada urusan atau tidak pernah tahu tempat ini? Melihat Lila yang semenjak tadi merasa takjub sepanjang menyusuri jalan menuju ke rumah sakit tempat praktek ibu teman Banyu, pria itu meyakini bahwa wanita ini belum pernah ke kota. Apa mungkin Lila tidak pernah ke kota?

“Ya udah. Aku pergi dulu. Mbok Saimah, Pak Marno, sama Lila boleh jalan-jalan. Tapi jangan sampai lupa waktu ya. Jangan lupa kabarin suamimu La, kalau kamu pulang telat. Nanti ada perang lagi,” ledek Banyu sambil turun dari mobil.

“Makasih ya, Mas. Mbok jadi bisa represing! Ayo, No. Jalan!” ucap Mbok Saimah yang diiringi dengan berjalannya mobil. Mbok Saimah dengan entengnya melambai pada bosnya yang masih saja terkekeh geli dengan tingkah Mbok Saimah yang kocak.

Banyu hanya menggeleng-geleng melihat mobil vila itu melaju, sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam bengkel. Ia mengamati suasana bengkel yang begitu ramai dan beberapa montir yang sedang mengerjakan perbaikan dan melayani pelanggan.

Banyu menghentikan langkahnya melihat salah seorang montir tengah melakukan perbaikan. Melihat caranya memperbaiki, Banyu tahu bahwa montir itu pasti masih baru. Gerakannya yang lambat tak sama dengan montir-montir lama yang pernah ia bawa dari Jakarta untuk membantu pekerjaan bengkel cabang baru miliknya.

“Mas Banyu,” sapa seorang pria dengan badan tambun. Baju yang penuh dengan noda hitam, menandakan sudah berapa lama ia berkutat dengan oli.

“Pak Ahmad, apa kabar Pak?” sapa Banyu dengan senyum sumringah.

“Baik, Mas. Mas Banyu kemari kenapa tidak berkabar? Kan kami bisa siapkan tempat,” ucap Pak Ahmad dengan antusias.

“Sengaja, Pak. Supaya saya tahu gimana biasanya bengkel. Nanti kalau saya bengkel, malah gak kayak biasanya keadannya bengkel.”

“Mas Banyu sidak?” tanya Pak Ahmad terdengar polos.

Banyu tersenyum lebar. “Kurang lebih begitu, Pak. Gimana bengkel Pak. Sudah mau satu tahun kan?”

“Ya, gini Mas. Rame terus,” jawab Pak Ahmad seadanya.

“Selalu rame?”

“Iya, Gak pernah sepi, Mas. Alhamdulillah, rejeki Mas Banyu!” ucap pak AHmad dengan sumringah.

Banyu hanya manggut-manggut saja. Setahunya, data bengkel mengatakan bahwa bengkel tak seramai ini. Sebenarnya dimana letak laporan yang salah. Apakah datanya yang salah hitung, ataukah memang selalu ramai tapi karena pekerjaannya selesai tak tepat waktu karena montir-montir baru yang Banyu lihat sehingga data pelanggan bengkel terlihat tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Ramai, tapi sebenarnya ini pekerjaan yang menumpuk.

Jadi datanya yang betul, atau memang pendapatan yang selisih banyak?

“Mas, sudah lama?” tanya Dimas yang berjalan mendekat dengan senyum ramahnya.

Pak Ahmad yang melihat Dimas mendekat memilih mundur dan pamit hanya dengan gerakan sederhana. Banyu sendiri menjawab kode Pak Ahmad dengan mengangguk samar.

“Bengkel lumayan rame ya, Dim?” tanya Banyu sambil memperhatikan bengkel dari ujung ke ujung.

“Mm– ya, beberapa minggu ini cukup bagus, Mas. Laporan bulan ini sepertinya labanya meningkat,” ucap Dimas dengan gugup.

“Oh ya? Bagus juga. Kamu pakai promosi apa sampai pelanggan bertambah dengan jumlah yang lumayan?”

“I–itu.. Kita ngobrol di dalam aja, Mas. Disini terlalu berisik.”

Dimas mempersilahkan Banyu untuk berjalan lebih dahulu. Sedangkan Banyu yang bisa membaca gelagat gugup Dimas, yakin bahwa banyak hal terjadi dan tak disampaikan kepadanya. Pasti ada yang dilakukan oleh Dimas hingga ia tak mau menjawab pertanyaan Banyu saat ini.

Mereka berjalan menuju sebuah sofa panjang dan duduk sambil memperhatikan pelanggan yang keluar dan masuk. Banyu kira ia akan dibawa menuju ruangan miliknya. Seingatnya ia berpesan pada Attar untuk menyediakan satu ruangan khusus untuk dirinya dan Attar jika berkunjung ke bengkel cabang.

“Silahkan, Pak.”

Banyu duduk dan menatap ruangan yang hampir penuh itu dan mendapati seorang wanita yang sedang berada di balik meja resepsionis memandangi Dimas dengan penuh minat. Matanya berbinar menatap Dimas yang ada di sampingnya. Entah mengapa firasat Banyu tak enak soal ini.

“Jadi, apa promosi yang kamu gunakan supaya bisa menarik pelanggan dengan cepat?”

“Saya rasa ini karena promosi dari pelanggan ke orang-orang terdekat. Selama ini saya tidak ada promosi khusus. Mungkin mereka tahu dari cerita pelanggan-pelanggan sebelumnya. Servis yang bagus membuat orang-orang kembali kemari lagi, Mas.”

“Syukurlah kalau begitu. Kamu sudah pernah berikan survei kepuasaan pelanggan?”

“Ah– itu–”

“Permisi, Pak. Ini kopinya,” ucap wanita yang sedari tadi sudah memperhatikan Dimas. Wajah perempuan itu nampak bersemu merah saat Dimas mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja setelah Dimas kembali mengarahkan pandangannya pada Banyu.

“Saya akan berada di bengkel ini sampai satu hingga dua bulan kedepan. Saya gak mau pembicaraan kita selalu diinterupsi dengan hal-hal yang kurang penting. Ada ruangan yang bisa saya pakai untuk bekerja? Saya gak mungkin ada di ruangan ini kan?” sindir Banyu sambil menatap ruangan ramai yang diisi dengan pelanggan-pelanggan yang sibuk.

“Oh, itu– ada Mas, Mas Banyu bisa pakai ruangan saya. Mari saya antar,” ucap Dimas yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Dimas mengarahkan Banyu pada sebuah ruangan di ujung bengkel. Ruangan itu nampak sederhana dan rapi. Seperti tidak sering dipakai. Sebagai Manager bengkel cabang, ruangan ini terlalu bersih. Letaknya juga sangat tenang dan berada terlalu di ujung. Terlalu tidak strategis untuk mengamati bengkel yang ramai setiap saat.

“Mas Banyu bisa disini dulu, saya ada perlu sebentar.”

Banyu hanya mengangguk, ia tahu Dimas terlalu banyak menunda penjelasan semua pertanyaan yang ia lontarkan. Banyu pun menuju tempat duduk yang digunakan sambil menunggu Dimas yang keluar entah untuk apa.

Banyu mendapati kursi tempatnya duduk ini sangat nyaman. Sangat berbanding terbalik dengan kesan ruangan yang sederhana. Banyu duduk sambil mengamati setiap sudut ruangan itu. Tangannya pun tergelitik untuk membuka satu persatu laci yang ada di ruangan itu.

“Brengsek!” umpat Banyu saat menemukan sebuah celana dalam wanita berwarna merah. Wajahnya tak bisa menutupi rasa jijik saat menemukan benda bekas dengan bau khas itu disana.

‘Milik siapa ini?! Apa Dimas melakukan ini dengan Lila di kantor?! Sialan! Mataku!’

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Disayang Duda Kaya   FINAL CHAPTER - SHEENA - SHANA SPECIAL CHAPTER 3

    Sepuluh Tahun KemudianPerempuan berusia tiga puluh dua tahun itu tampak cantik dengan balutan gaun pesta berwarna merah yang menawan. Rambutnya yang panjang tergerai indah. Penampilannya jelas membuat mata pria manapun menatapnya dengan penuh minat. Muda dan Tua, semuanya menatap wanita bernama Shana Rose Adnan itu dengan tatapan kagum.“Nah ini, anak kami paling bungsu. nantinya Shana yang akan ikut mengembangkan bisnis di bidang ini. Dia lulusan Universitas Teknologi Rhein-Westfalen Aachen,” ucap Banyu bangga pada kolega bisnisnya.“Luar biasa, Jerman! Ich freue mich auf die Zusammenarbeit mit Ihnen,” ucap salah seorang kolega Banyu sambil mengulurkan tangannya.Shana pun tersenyum dan membalas jabat tangan itu. “Ja, ich bin auch gespannt darauf. Lasst uns zusammenarbeiten und Großartiges erreichen!”“Anakmu Luar biasa, Banyu,” puji pria yang lain.Dipuji terus menerus membuat Banyu selalu tersenyum. Ia sangat senang, meskipun seorang wanita, anak perempuannya bisa menunjukkan pad

  • Disayang Duda Kaya   SHEENA - SHANA SPECIAL CHAPTER 2

    Sheena lebih banyak diam setelah kedatangan Rain waktu itu. Ia bahkan lebih banyak mengurung dirinya di kamar. Seperti saat ini, ia lebih memilih untuk duduk dan menatap foto bersama kembarannya ketika kecil. Tak lama, ia memilih untuk menutup foto itu dan membenamkan wajahnya di lututnya yang sudah merapat.“Shen, Lo ngapain?” tanya Shana yang baru saja membuka pintu kamar Sheena tanpa permisi.Sheena tak menjawab. Wanita itu hanya diam, sama sekali tak bersuara.“Shen, Gue mau jalan sama Rain, ayo jalan bertiga. Lo udah lama pengen jalan-jalan ke Kota Tua kan?” ucap Shana yang berjalan mendekat dan kemudian memegang pundak saudara kembarnya. Tak lama gadis itu terkejut karena pundak itu seolah bergetar.“Shen, Lo nangis? Kenapa?” tanya Shana sambil mengguncangkan bahu kembarannya.Sheena dengan kasar menepis tangan Shana. “Lo sengaja kan?”“Sengaja?” tanya Shana bingung. “Sengaja ap–”“Lo– Lo kan saudara Gue Shan. Lo tega sama Gue? Lo tau Gue suka sama Rain. Gue masih berbaik hati s

  • Disayang Duda Kaya   SHEENA - SHANA SPECIAL CHAPTER 1

    Tujuh Tahun KemudianShana masuk ke dalam rumah dengan senyum ceria. Ia juga banyak berceloteh. Entah apa saja yang dia ceritakan, kepada teman lelaki yang mengekor di belakangnya. Lelaki nyatanya tidak memprotes apapun. Ia mendengar dengan seksama, sesekali ikut tertawa dengan cerita Shana.“Shan, sama Rain?” tanya Lila yang baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar celoteh ceria salah satu anak gadisnya yang kini sudah masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi di kota metropolitan itu. Jurusannya juga tak main-main, anak gadisnya itu memilih untuk mengambil Teknik Mesin.“Iya, Ma.” Shana segera memeluk Mamanya dan mencium punggung tangannya.“Hai, Tante. Rain kesini lagi. Semoga Tante gak bosen ya,” ucap Rain yang kemudian mencium punggung tangan Lila dengan takzim.“Gak akan pernah bosen. Tante malah seneng. Kalian udah makan?” tanya Lila bersemangat.“Belum, Tante. Rain laper,” ucap Rain tapa berbasa-basi. Pria muda itu tampaknya sudah tak sungkan dengan Lila.“G

  • Disayang Duda Kaya   NOAH SPECIAL CHAPTER 3 (END)

    Sudah jatuh, tertimpa tangga. Ungkapan itu sangat cocok untuk Mirea yang terjerembab karena ternyata masih terlalu sakit untuk digunakan berjalan.Rasa sakitnya mungkin bisa dia tahan, tapi rasa malunya terlalu besar saat ini. Ia bahkan hanya bisa menunduk ketika tangan yang sedikit kekar itu kembali mengangkatnya.“Non Mirea,” ucap Satpam yang tergopoh membuka gerbang. Saat pria itu hendak mengambil Mirea, Noah tampak bergeming.“Biar saya yang antar ke dalam rumah. Tolong antar saya,” ucap Noah yang terlihat tenang menggendong Mirea.Satpam itupun mengangguk dan berjalan di depan Noah. Sementara itu Mirea masih setia menutup mukanya karena sangat malu. Kulitnya yang memang tidak terlalu putih itu, tetap saja memerah seperti kepiting rebus jika ia malu.Baru saja melewati pintu rumah, para pekerja di rumah itu sudah histeris melihat luka-luka di tubuh Mirea. Mereka bahkan melupakan siapa yang menggendong Mirea.“Non Mirea, ya ampun Non. Non Mirea kenapa?! Aduh Non–”Mirea sudah tak m

  • Disayang Duda Kaya   NOAH SPECIAL CHAPTER 2

    Semua orang termangu saat Noah dengan cepat membuka baju seragamnya secara paksa, hingga menyisakan undershirt berwarna putih untuk menutupi tubuhnya yang sudah sedikit membentuk.Noah dengan cepat menutup baju putih Mirea yang tersiram sehingga tidak terlihat orang lain. Juga supaya kuah bakso itu ikut menyerap ke bajunya dan sedikit mengurangi rasa terbakar di tubuh Mirea.“Rea, gak apa-apa? Panas ya?”ucap Noah panik.“Aargh, panas..” desis Mirea sambil menahan rasa terbakar di setengah tubuhnya.“Maaf, ya. Gue gak tau. Jalannya nikung,” ucap perempuan yang tadi membawa satu nampan berisi dua mangkok bakso dengan kuah yang masih sangat panas. Meski begitu wajahnya lebih tampak kesal daripada meminta maaf dengan tulus.Tanpa banyak kata, Noah segera mengangkat Mirea saat itu juga. Membuat semua orang yang ada di sana semakin terkejut. Bahkan Clarine yang disamping Mirea memekik tak percaya dengan kejadian itu.Sementara orang yang membawa nampan bakso yang ternyata bernama Reaza itu

  • Disayang Duda Kaya   NOAH SPECIAL CHAPTER 1

    Tiga Tahun KemudianNoah, remaja berumur enam belas tahun itu, adalah atlit basket yang sangat berbakat di sekolahnya. Dengan tinggi badan yang mencolok dan keahlian bermain basket yang luar biasa, Noah telah menjadi pusat perhatian di antara teman-teman sekelasnya. Hari itu, lapangan basket sekolah dipenuhi dengan suara tawa dan semangat.Noah sedang berlatih intensif bersama tim basketnya. Pukulan bola dan derap langkah kaki menggema di udara. Teman-temannya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik dalam sesi latihan tersebut. Di antara kerumunan pemain basket yang bersemangat, Noah memimpin dengan keterampilan dan ketangkasannya yang luar biasa.Namun, ada sesuatu yang membuat suasana semakin hidup. Para wanita di antara penonton, terutama kelompok teman sekelas Noah, tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Mereka berdiri di pinggir lapangan, sorak sorai, dan berteriak memberikan semangat kepada Noah. Seiring dengan setiap tembakan dan aksi spektakuler yang diperlih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status