Share

Ditalak Di Pelaminan
Ditalak Di Pelaminan
Author: author kinderjoy

Hari Pernikahan

last update Last Updated: 2023-08-26 12:45:14

Selamat membaca❤️

°°

“Kebahagiaan dalam suatu hubungan ada dan dimulai saat sepasang kekasih menikah, duduk bersama di pelaminan dengan senyum yang merekah — terpancar dan menghiasi wajah keduanya. Ya, memang itu yang seharusnya terjadi, bukan tangisan, karena sesungguhnya pernikahan itu bisa memberikan sebuah kebahagiaan dan kehidupan yang baru, bukan derita yang baru.”

Saat itu waktu sudah menunjukan tepat pukul 9 pagi, ada seorang gadis cantik yang sudah siap dengan pakaian yang sebelumnya memang belum pernah ia gunakan, jawi jangkep namanya. Gadis cantik itu sedang duduk di salah satu kursi yang berhadapan langsung dengan sebuah cermin, menampilkan betapa anggun dan cantik dirinya dengan make-up yang tidak terlalu tebal dan nampak natural namun tetap bisa membuat siapa saja yang melihatnya merasa pangling atau bahkan terpesona dengan auranya.

Ya, gadis cantik yang sudah dimaksud adalah Dahayu, Dahayu Ishvara lebih tepatnya, seorang gadis berumur 24 tahun yang kini sedang merasa takut sekaligus senang. Karena, bagaimana tidak? Tepat di hari itu dirinya akan melangsungkan pernikahan dengan seorang lelaki yang baru saja ia kenal, lelaki yang kebetulan orang tuanya adalah teman dari Ibunya sendiri, dan lelaki itu bernama Arkatama Maheswara.

Sejujurnya, saat itu Dahayu belum benar-benar membuka hati dan hidupnya untuk Arka karena masih memiliki rasa trauma — pernah dikhianati oleh seorang pria yang sangat ia cinta, namun bukankah hidup akan terus berjalan? Toh, Arka sendiri berasal dari keluarga yang baik dan kaya raya.

Mungkin beberapa dari kalian yang membacanya akan merasa kesal dengan keputusan Dahayu, benar? Karena, bukankah dengan cara yang seperti itu Dahayu justru hanya akan menyakiti hati Arka? Yang mana ia hanya menggunakan Arka sebagai bahan pelampiasan.

Namun, tentu saja bukan itu yang Dahayu inginkan dan atau harapkan, ada satu dari banyaknya hal lain yang sudah ia pertimbangkan dan fikirkan dengan sebaik mungkin, sebelum pada akhirnya ia berani untuk menerima lamaran dari seorang lelaki yang baru saja ia kenal itu.

“Ya Allah, apakah pernikahan ini akan berjalan dengan baik dan lancar? Apa yang sebenarnya sudah Engkau persiapkan untukku? Kebahagiaan, kah? Atau mungkin kesulitan dan kesedihan?”

Dahayu terus saja beradu dengan isi fikirannya sendiri sembari menatap dirinya dengan nanar lewat pantulan cermin yang berada tepat di depannya — masih belum menyangka jika hari itu akan tiba, hari yang tidak pernah ia bayangkan atau bahkan fikirkan sebelumnya.

“Ah, tidak, aku tahu kalau Allah maha baik. Allah tidak akan mungkin membuat hamba-hambanya merasa kesulitan. Iya, kan?”

Tak terasa, tiba-tiba saja air mata yang sudah menggenang sejak tadi di pelupuk mata Dahayu mulai terjun dengan bebas dan membasahi pipi mulusnya yang sudah dipoles dengan make-up, pun berhasil membuat perias yang sedang merias wajahnya merasa kebingungan.

“Mba, ada apa? Kenapa Mba Dahayu menangis?” Dengan keadaan panik, perias itu langsung mengambil beberapa lembar tisu dan mengelap air mata Dahayu dengan perlahan, berharap agar air mata itu tidak merusak hasil karyanya, “Ada apa, Mba Dahayu? Apa yang sedang Mba Dahayu fikirkan?” tanyanya dengan begitu lembut

Dahayu yang sadar akan hal itu pun juga langsung mengambil beberapa lembar tisu untuk mengelap air matanya, tak lupa pula untuk melempar senyumnya agar perias itu tak merasa khawatir dengan keadaannya, "Tidak apa-apa, Mba. Saya hanya sedang terharu, saya masih belum menyangka kalau sebentar lagi saya akan menjadi seorang istri.”

Perias itu pun menghela nafas leganya sembari tersenyum setelah mendapati jawaban dari Dahayu, “Saya turut senang mendengarnya, Mba. Pernikahan adalah suatu hal yang begitu sakral, berharap jika hanya akan dilakukan satu kali saja seumur hidup, dan tentunya bersama dengan orang yang kita sayang dan cinta.”

Dahayu sendiri hanya bisa merespon ucapan perias itu dengan senyuman dan anggukan kepala saja, sebelum pada akhirnya ada salah satu anggota wedding organizer yang datang untuk memberi tahu jika acara akan segera dimulai, pun mempersilakan mempelai wanita untuk menuju ke tempat pembacaan ijab kabul.

“Assalamualaikum, permisi, maaf mengganggu. Apakah persiapan dari mempelai wanita sudah siap semua? Karena semua persiapan dari mempelai pria sudah siap dan kebetulan waktu dari acara ini juga akan segera dimulai.”

“Waalaikumsalam, Mba. Iya, sudah, semua persiapan dari mempelai wanita sudah siap.”

“Baik kalau begitu mari kita keluar untuk menuju ke aula, tempat dimana proses pembacaan ijab kabul itu akan dilakukan.”

Beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu pun langsung saling bertatap mata — terutama Dahayu dan Inka, yang mana anak dan Ibu itu juga langsung saling berpegangan tangan satu sama lain dengan maksud untuk saling menguatkan dan menenangkan, berharap jika acara itu akan berjalan dengan baik dan lancar.

“Ibu, bagaimana ini? Dahayu takut.”

Wanita paruh baya yang dipanggil dengan sebutan Ibu oleh Dahayu itu pun langsung tersenyum, “Kamu yang tenang ya, Nak, ada Ibu di sini yang akan selalu menemani kamu. Kamu juga harus banyak berdoa dan meminta kepada Allah agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan lancar, ya?”

Dahayu yang mendapati nasihat itu dari Sang Ibu pun hanya meresponnya dengan anggukan kepala, yang bahkan lagi-lagi ia juga tetap mencoba untuk tersenyum dengan maksud untuk menyalurkan aura positif agar semua yang diinginkan di hari itu bisa tercapai dan berjalan dengan sebaik mungkin.

“Sudah siap ya, Bu Dahayu?” Salah satu anggota wedding organizer itu kembali bertanya untuk memastikan

“Iya, sudah, Mba. Saya sudah siap,” jawab Dahayu dengan sangat lugas dan jelas

"Baik, Bu. Kalau begitu mari ikut saya, karena mempelai pria dan beberapa saksi yang hadir juga sudah siap di aula."

Dahayu menganggukan kepalanya, lalu anggota wedding organizer itu langsung membantu Dahayu untuk berjalan menuju ke aula — tempat dimana proses pembacaan ijab kabul itu akan dilakukan, tentunya juga dengan Inka yang berada tepat di sebelahnya.

Jika salah satu dari kalian ada yang bertanya, apakah Dahayu hanya tinggal bersama dengan Inka saja? Maka jawabannya adalah iya, karena Dahayu sendiri merupakan anak semata wayang dari sepasang suami istri yang menikah sekitaran 26 tahun yang lalu. Lalu jika ada yang bertanya lagi, ada dimana Bapak Dahayu? Maka jawabannya adalah di tempat lain yang lebih nyaman dan damai, yang mana cinta pertama Dahayu itu sudah pergi meninggalkannya sejak ia baru saja menginjak usia 5 tahun.

“Seandainya saja Bapak masih ada di sini, pasti Bapak bisa menyaksikan anak semata wayangnya menikah, walaupun bukan dengan lelaki yang benar-benar dicintainya.”

Satu dari beberapa hal lain yang perlu kalian ketahui juga, acara pernikahan Arka dan Dahayu saat itu sebenarnya lebih didominasi oleh keluarga Arka, dalam artian semua hal yang berhubungan dengan acara pernikahan itu lebih banyak diurus oleh mereka, mengingat jika nyatanya saat itu Dahayu dan Inka merupakan keluarga yang dapat dikatakan tidak mampu, sangat jauh berbeda dengan keadaan keluarga Arka.

“Bismillah…”

Dengan langkah kaki yang terasa begitu berat, Dahayu terus saja merapalkan doa di dalam hatinya sembari terus berjalan untuk menuju ke tempat aula pernikahannya. Dan saat dirinya sudah mulai memasuki area aula itu, ia bisa melihat sudah ada banyak sekali para tamu undangan yang hadir, bahkan ia juga bisa melihat Sang calon suami yang sedang berdiri dari kejauhan sembari menatapnya — melihatnya dengan senyum yang begitu tulus, senyum bahagia saat melihat seorang wanita cantik yang tak lama lagi akan menjadi istrinya.

“Kamu benar-benar cantik, Dahayu. Sungguh, aku berani bersumpah untuk hal itu.”

Lelaki itu membisikan dua kalimat yang begitu indah tepat di dekat rungu Dahayu saat Sang puan sudah berada tepat di sebelahnya, membuat yang mendengar pujian itu merasa malu, bahkan hatinya terasa bergetar karena tak kuasa untuk menahan rasa bahagia, entah rasa bahagia seperti apa yang sudah dimaksud olehnya.

--- bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditalak Di Pelaminan   Akhir Cerita

    Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia

  • Ditalak Di Pelaminan   Jeenara Tavisha

    Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan

  • Ditalak Di Pelaminan   Bukti

    Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod

  • Ditalak Di Pelaminan   Janji Rakyan

    Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah

  • Ditalak Di Pelaminan   Ucapan Selamat

    Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel

  • Ditalak Di Pelaminan   Dahayu ; Sudah Cukup

    Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status